29
2016 INDONESIA ENERGY OUTLOOK
untuk pembangunan SPBG. Anggaran pembangunan SPBG tersebut bersifat single year sehingga pembangunan
harus diselesaikan dalam satu tahun anggaran. Padahal pembangunan SPBG memerlukan waktu yang cukup
lama, mulai dari disain, proses lelang, pemesanan peralatan, pabrikasi, pengangkutan dari luar negeri,
instalasi, komisioning, dan operasi. Dengan kondisi ini, pembangunan SPBG tidak dapat diselesaikan pada bulan
Desember sehingga APBN yang tersedia tidak digunakan hangus. Dengan demikian, pembangunan SPBG yang
dapat bersifat multi years akan mengatasi kendala ini, sehingga konsumsi BBG dapat lebih besar dari konsumsi
tahun 2014 yang 1.152 MMCF.
2.6.7 Pembangunan Kilang Minyak
Pembangunan kilang minyak baru sudah 22 tahun tidak ada padahal konsumsi BBM terus meningkat. Pada tahun
1994 konsumsi BBM nasional mencapai 40 juta kilo liter sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi sekitar
59 juta kilo liter. Kondisi ini mengakibatkan impor BBM, khususnya bensin dan minyak solar, tidak dapat dihindari
guna memenuhi kebutuhan BBM nasional. Padahal impor BBM menguras devisa dan merupakan salah satu faktor
yang menjadikan nilai tukar rupiah terdepresiasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Presiden RI menetapkan Pepres 1462015 tentang Pelaksanaan Pembangunan
dan Pengembangan Kilang Minyak di Dalam negeri. Pembangunan kilang minyak adalah pembangunan kilang
minyak baru, sedangkan pengembangan kilang minyak adalah penambahan fasilitas kilang minyak yang sudah
beroperasi.
Dalam rangka meningkatkan kelayakan keekonomian pelaksanaan
pembangunan kilang
minyak dan
pengembangan kilang minyak dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas insentif iskal dan non iskal
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan mengintegrasikan pemroduksian petrokimia.
Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak dapat terlaksana karena adanya jaminan penyediaan bahan baku
dan jaminan pembelian produk kilang. Seperti diketahui construction. The budget is for a single year so construction
should be completed within one iscal year. Yet the construction requires longer periods of time, ranging from
design, bidding process, ordering equipment, manufacturing, transportation from abroad, installation, commissioning,
and operation. With this condition, development of gas fuel stations can not be completed in December so that the
available budget is forfeited. Thus, the multi-years funding for gas fuel construction will overcome this obstacle and
CNG consumption can be higher than the consumption in 2014 that was 1,152 MMCF.
2.6.7 Development of Oil Reinery
There has been no new oil reinery construction for the last 22 years, while fuel consumption continues to rise. In 1994,
national fuel consumption reached 40 million kilo liters and in 2014 increased to approximately 59 million kilo liters.
These conditions led to import of fuel, especially gasoline and diesel oil in order to meet national fuel demand. Fuel import
depletes the foreign exchange and is one of the factors that depreciate rupiah exchange rate.
In this regard, the President set President Regulation 1462015 on the Implementation of Oil Reinery Construction
and Development in Indonesia. Oil reinery construction is referenced to the construction of new oil reinery, while the
development of oil reinery is related to the facilities addition in operating oil reinery.
In order to improve economic feasibility of the construction and development of oil reineries, facilities provision for iscal
and non iscal incentives in accordance with the existing regulations and also petrochemicals production integration
are necessary.
Construction and development of oil reinery can be accomplished because of the guarantee on raw materials
supply and on products purchasing. Construction of oil
30
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2016
bahwa pembangunan kilang minyak memerlukan investasi yang padat modal dengan marjin yang kecil. Adanya
jaminan pembelian produk kilang memperkuat keyakinan investor untuk berinvestasi dengan marjin yang terukur.
Selain itu, adanya insentif iskal dan non iskal berkonstribusi terhadap penurunan investasi dan peningkatan beneit
melalui pengurangan berbagai biaya pajak dll selama pembangunan dan pengoperasian kilang minyak.
Untuk mempercepat pembangunan kilang dan proyek strategis nasional lainnya, Presiden menetapkan Perpres
32016. Perpres 32016 mengatur tentang kemudahan perizinan, penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRW, penyediaan tanah untuk lokasi pembangunan, adanya jaminan pemerintah, dan lainnya. Dengan demikian,
berbagai kendala ‘kronis’ dalam pembangunan proyek strategis, termasuk kilang minyak, dapat teratasi dengan
regulasi ini.
Untuk itu, Perpres 1462015 dan Perpres 32016 telah menyepakati rencana pembangunan kilang minyak baru di
Tuban Jawa Timur dan Bontang Kalimantan Timur. Selain itu, pengembangan kilang minyak yang ada juga telah
mendorong investor untuk melakukan pengembangan kilang Balikpapan, Cilacap, Dumai, dan lainnya.
reineries needs intensive capital investment with small margin. The guarantee of products purchasing strengthen
the conidence of investors to invest with a measured margin. In addition, the iscal and non iscal incentives contribute to
the decline in investment and increase the beneit through reduction of various costs taxes, etc. during the construction
and operation of the reinery.
To accelerate the construction of reineries and other national strategic projects, the President set Presidential
Regulation 32016. It regulated the licensing facilities, adjustments on the spatial plans RTRW, provision of land
for the construction site, the government guarantee, and others. Thus, various ‘chronic’ obstacles in the development
of strategic projects, including oil reineries, can be solved with this regulation.
To that end, Presidential Regulation 1462015 and 32016 planned to build new oil reineries in Tuban East Java and
Bontang East Borneo. In addition, development of existing oil reineries has also encouraged investors to undertake the
reinery development in Balikpapan, Cilacap, Dumai and other locations.