Kebutuhan Energi Per Jenis
33
2016 INDONESIA ENERGY OUTLOOK
Penggunaan batubara untuk kebutuhan industri terus meningkat, namun pangsanya masih jauh di bawah BBM.
Laju pertumbuhan batubara adalah 4,9 per tahun untuk skenario dasar dan 5,7 per tahun untuk skenario tinggi.
Pada tahun 2050 pemanfaatan listrik meningkat pesat hingga hampir 6,1 kali lipat untuk skenario dasar dan
menjadi lebih dari 7,5 kali lipat untuk skenario tinggi. Hal ini terjadi karena teknologi berbasis listrik terus berkembang
pesat dan dominan digunakan hampir di semua sektor, terutama di sektor rumah tangga dan komersial. Juga
sejalan dengan peningkatan taraf hidup masyarakat yang menyebabkan masyarakat lebih memilih teknologi yang
mudah dalam pengoperasiannya yang pada umumnya mengggunakan energi listrik.
Peranan bahan bakar nabati BBN yang berupa biodiesel pada tahun 2014 hanya 0,85 . Kemudian pada tahun 2050
peranannya meningkat menjadi 2,63 untuk skenario dasar dan 2,75 untuk skenario tnggi. Pemanfaatan
BBN ini didukung dengan adanya mandatori biofuel yang dinyatakan dalam Permen ESDM No. 122015 yang
merupakan revisi dari regulasi sebelumnya yang telah menetapkan pemakaian biodiesel B-100 maksimum 30.
Mengingat rendahnya eisiensi peralatan berbahan bakar biomassa, teknologi yang digunakan banyak beralih
menjadi teknologi berbahan bakar yang lebih eisien seperti BBM dan listrik. Oleh karena itu peranan biomassa
selama kurun waktu 2014 - 2050 diperkirakan akan menurun hingga sebesar 2,4 untuk skenario dasar dan
skenario tinggi.
Sesuai dengan kemampuan produksi gas dan LPG yang sudah mengandalkan impor, maka pemakaiannya hanya
meningkat sebesar 5,2 dan 2,2 per tahun untuk skenario dasar dan 6,0 dan 2,3 untuk skenario tinggi. Pada tahun
2050 peran gas akan meningkat menjadi 13,8 untuk kedua skenario, sedang peran LPG akan turun menjadi
2,0 untuk skenario dasar dan 1,6 untuk skenario tinggi. Rendahnya peran LPG karena LPG mayoritas digunakan
di sektor rumah tangga yang pertumbuhannya terbatas karena terkait dengan pertumbuhan penduduk.
The use of coal in industrial will continue to increase whereas its share is still far below oil fuel. Growth rate for coal is
4.9 per year for base scenario and 5.7 per year for high scenario.
In 2050, electricity utilization is projected to increase rapidly by nearly 6.1-fold according to base scenario and more than
7.5-fold for high scenario. This is due to the rapidly growth of technology based on electricity that predominantly used
in almost every sector, particularly in the household and commercial sectors. This is also in line with the improving
standards of living that causes people to favor a more convenient technology, which generally use electricity.
In 2014, biofuel will only play a minor role of 8.5. The share is projected to increase in 2050 reaching up to 2.63 for
base scenario and 2.75 for high scenario. Biofuel utilization is supported by the mandatory stated in MEMR Regulation
No. 122015, which is a revision of previous regulation with the use of biodiesel B100 has set to a maximum of 30.
Given the low eficiency of biomass equipment, many technologies are switching to eficient technologies such as
oil fuel and electricity. Therefore during the period 2014 – 2050, the share of biomass is projected to decrease to 2.4
for both base scenario and high scenario.
In accordance with gas production capacity and the import relying state of LPG, gas and LPG demand will rise by 5.2
and 2.2 per year on base scenario and by 6.0 and 2.3 per year on high scenario respectively. In 2050, the role of
gas will increase to 13.8 for both scenarios, whereas the role of LPG will decrease to 2.0 for base scenario and 1.6
for high scenario. The low role of LPG is caused by the small growth in the household sector as the primary users of LPG
which is based on population growth.
34
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2016
Gambar 3.2 Proyeksi kebutuhan energi inal menurut sektor Figure 3.2 Projection of inal energy demand by sector
Sebagai penggerak ekonomi nasional, kebutuhan energi sektor industri diperkirakan terus meningkat dan
mendominasi total kebutuhan energi inal, kemudian diikuti oleh kebutuhan energi sektor transportasi sebagai
sektor pendukung kegiatan ekonomi.
Baik untuk skenario dasar maupun skenario tinggi, pangsa konsumsi energi sektor industri meningkat dari 45 di
tahun 2014 dan menjadi 49 di tahun 2050, sedangkan pangsa konsumsi energi sektor transportasi meningkat dari
36 pada tahun 2014 menjadi 39 untuk skenario dasar dan menjadi 40 untuk skenario tinggi pada tahun 2050.
Sesuai dengan perkembangan penduduk yang meningkat dengan laju pertumbuhan 0,74 per tahun, penggunaan
energi di sektor rumah tangga meningkat tipis. Dengan mempertimbangkan penurunan pemakaian kayu bakar
dan minyak tanah di sektor rumah tangga, selama kurun waktu 2014 - 2050, pangsa penggunaan energi di sektor ini
menurun dari 11,5 pada tahun 2014 menjadi 4,5 untuk skenario dasar dan 4,3 untuk skenario tinggi.
Energy demand of industrial sector, which is considered as the national economy driver, is expected to increase
and dominate the total inal energy demand followed by transportation sector which supports the economic activity.
In both scenarios, share of energy demand in industrial sector will increase from 45 in 2014 to 49 in 2050. While
in transportation sector, energy demand will increase from 36 in 2014 to 39 for base scenario and 40 for high
scenario in 2050.
In alignment with population growth rate of 0.74 per year, energy demand in household sector increases slightly. The
decrease of irewood and kerosene utilization in household sector, during the period of 2014 - 2050, causes share of
energy demand in household sector to also decrease from 11.5 in 2014 to 4.5 and 4.3 for base scenario and high
scenario respectively.