Electricity Issues Permasalahan Energi Saat Ini

21 2016 INDONESIA ENERGY OUTLOOK

2.6.1 Pengurangan Subsidi BBM dan Listrik

Subsidi energi sangat membebani ekonomi nasional dan membuat pembangunan isik dan sosial terganggu. Untuk itu, mulai akhir Desember 2014, subsidi atas bensin premium dihapus dan subsidi minyak solar untuk kendaraan bermotor bersifat tetap sebesar Rp. 1.000 per liter. Hal ini ditandai dengan ditetapkannya Perpres 1912014 yang ditindaklanjuti dengan Permen ESDM 042015 dan Kepmen ESDM 0135K12MEM2015. Kebijakan subsidi listrik juga telah dikurangi dengan tidak diberikannya lagi subsidi listrik terhadap 12 golongan tarif tenaga listrik sebagaimana diatur dalam Permen ESDM 312014. Ke 12 golongan tarif tenaga listrik tersebut mencakup untuk keperluan rumah tangga ≥ 1.300 VA, bisnis ≥ 6.600 VA, industri ≥ 200 kVA, kantor pemerintah ≥ 6.600 VA, penerangan jalan umum tegangan rendah, dan layanan khusus. Penghapusan subsidi BBM dan listrik tersebut mendorong menurunnya subsidi energi dari 315 triliun rupiah pada tahun 2014 menjadi 119 trilliun rupiah pada tahun 2015 yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan sosial.

2.6.1 Fuel and Electricity Subsidy Reduction

Energy subsidies are a heavy burden on the national economy, and can impaire social and physical development. Starting in late December 2014, subsidy on gasoline premium was deleted and subsidy on diesel oil for transportation sector was ixed at Rp. 1,000 per liter. This was stipulated in Presidential Regulation 1912014 and was followed by MEMR Regulation 042015 and MEMR Decree 0135K12MEM2015 Electricity subsidy policy has also been reduced. Twelve tariff groups no longer received electricity subsidy as stipulated in MEMR Regulation 312014. The 12 tariff classes include households ≥ 1,300 VA, business ≥ 6,600 VA, industrial ≥ 200 kVA, government ≥ 6,600 VA, low voltage street lighting, and special services. Elimination of fuel and electricity subsidies reduced energy subsidies of 315 trillion rupiah in 2014 to 119 trillion rupiah in 2015 and was spent for infrastructure and social development.

2.6 Kebijakan Energi Terkini

Recent Energy Policy Gambar 2.5 Perkembangan subsidi energi tahun 2010 – 2015 dan rencana 2016 Figure 2.5 Energy subsidy develepment in 2010-2015 and plans in 2016 140 258 315 311 315 119 102 50 100 150 200 250 300 350 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Tr il iu n R u p iah Tr il io n R u piah Listrik Electricity BBM, LPG, BBN Oil Fuels, LPG, Biofuels Total 22 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2016

2.6.2 Pembangunan Jaringan Gas Bumi untuk Rumah Tangga

Untuk mempercepat diversiikasi minyak tanah, pemerintah membangun jaringan distribusi gas untuk rumah tangga Jargas. Pembangunan Jargas dilakukan pada wilayah yang tersedia jaringan distribusi dan tersedia alokasi gas bumi untuk rumah tangga. Dalam perkembangannya, program pembangunan Jargas juga berfungsi untuk mengganti LPG, yang sebagian besar konsumsi LPG domestik diperoleh dari impor. Dengan demikian, program Jargas berdampak terhadap penghematan devisa, peningkatan ketahanan energi, sekaligus merupakan program mitigasi GRK karena mampu menurunkan emisi GRK. Pada tahun 2015, ditetapkan regulasi tentang pengoperasian Jargas yang dibangun oleh pemerintah Permen ESDM 202015 sebagai pengganti Permen ESDM 292009. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga yang dibangun oleh pemerintah. Untuk itu, pemerintah menugaskan Badan Usaha BUMN untuk mengoperasikan Jargas dengan mengusulkan harga jual gas kepada Badan Pengatur Hilir Migas BPH Migas serta SKK Migas wajib menyiapkan alokasi gas bumi sesuai dengan wilayah penugasan. BUMN yang ditunjuk untuk mengoperasikan dan atau membangun dan mengoperasikan Jargas adalah PT Pertamina Persero dan PT PGN Persero. Pengoperasian Jargas oleh Pertamina diatur dalam Kepmen ESDM 3328K12MEM2015. Adapun pembangunan dan pengoperasian Jargas oleh PT Pertamina Persero diatur dalam Kepmen ESDM 2042K10MEM2015 dan Kepmen ESDM 4822K12MEM2015. Adapun pembangunan dan pengoperasian Jargas oleh PT PGN Persero adalah Kepmen ESDM 4823K12MEM2015. Total Jargas yang telah dibangun hingga tahun 2015 mencapai 213.132 rumah tangga termasuk dengan anggaran pemerintah mencapai 97.100 rumah tangga yang tersebar di NAD, Riau, Jambi, Sumsel, Jabodetabek, Jabar, Jateng, Jatim, Kaltim, Kalut, Sulsel, dan Papua Barat. Adapun total konsumsi gas bumi untuk rumah tangga tahun 2014 mencapai 636 MMCF.

2.6.2 Development of Natural Gas Network for Households

To accelerate kerosene diversiication, the government developed natural gas network for households Jargas. Jargas development carried out on residential area which has availability on distribution and allocation of natural gas. In its development, Jargas program also serves as LPG substitute which is mostly imported. Thus, the Jargas program has impact not only on foreign exchange savings but also on energy security improvement as well as GHG mitigation reduction. In 2015, regulation on the operation of Jargas that were built by the government was established MEMR Regulation 202015 replacing MEMR Regulation 292009. This is done to optimize utilization of the distribution network. To that end, the State Owned Enterprises SOE is assigned to operate Jargas by proposing the gas price to the Regulating Agency for Downstream Oil and Gas BPH Migas whereas SKK Migas is obligated to allocate natural gas in accordance with the working areas. The appointed SOE to build andor operate Jargas is PT Pertamina Persero and PT PGN Persero. Jargas operation by Pertamina is stipulated in MEMR Decree 3328K12 MEM2015. As for the construction and operation of Jargas by PT Pertamina Persero is regulated in MEMR Decree 2042K10MEM2015 and MEMR Decree 4822K12 MEM2015. While the construction and operation of Jargas by PT PGN Persero is stipulated in MEMR Decree 4823K12MEM2015. Total Jargas built until 2015 reached 213,132 households, including 97,100 households with government budget, and distributed in Aceh, Riau, Jambi, South Sumatra, Jabodetabek, West Java, Central Java, East Java, East Kalimantan, North Kalimantan, South Sulawesi and West Papua. As for total natural gas consumption of households in 2014 reached 636 MMCF.