2
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2016
1.1 Latar Belakang
Background
Ketidakstabilan politik dan perubahan iklim merupakan salah satu faktor eksternal utama yang telah merubah
paradigma energi dan memaksa dunia beradaptasi untuk mencapai keamanan energi jangka panjang yang
berkelanjutan. SDG Sustainable Development Goal yang diresmikan pada United Nations Summit di New York pada
bulan September 2015 lalu merupakan perwujudan usaha dunia internasional dalam menjawab tantangan ini. SDG
adalah capaian dan indikator yang digunakan oleh negara anggota PBB untuk merancang agenda dan kebijakan
politik hingga tahun 2030, menggantikan MDG Millennium Development Goal yang telah berakhir tahun 2015.
Tidak hanya untuk menjamin keamanan energi, SDG juga bertujuan mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan
dan mengatasi perubahan iklim dengan menetapkan 17 tujuan global. Penetapan SDG ini mengindikasikan bahwa
perencanaan energi yang andal dan berkelanjutan sangat penting untuk mendukung pembangunan jangka panjang.
Beberapa tujuan global dalam SDG yang terkait dengan perencanaan energi antara lain Energi Bersih Terjangkau
poin 7, Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak poin 8, Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab poin
12, dan Aksi Terhadap Iklim poin 13.
Disisi lain, berdasarkan kesepakatan pada The Conferences of Parties COP ke-16 United Nations Frameworks
Convention on Climate Change UNFCCC di Cancun serta pertemuan G-20 di Pittsburg, Pemerintah Indonesia
berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 dengan usaha sendiri dan mencapai 41 jika
mendapat bantuan internasional pada tahun 2020 dari kondisi tanpa adanya rencana aksi mitigasi. Untuk tahun
2030, pemerintah mentargetkan mitigasi GRK sebesar 29 dengan usaha sendiri atau menjadi sebesar 41 dengan
bantuan internasional yang disampaikan dalam pertemuan COP ke-21 di Paris.. Namun dominasi energi fosil dalam
bauran energi Indonesia menyebabkan diperlukannya usaha yang menyeluruh untuk mencapai target tersebut.
Political instability and climate change is one of the major external factors that have shifted the paradigm of energy
and force the world to adapt in order to achieve long-term sustainable energy security. SDG Sustainable Development
Goal, which was launched at the United Nations Summit in New York in September 2015 as a manifestation of the
international efforts in answering this challenge. SDG are targets and indicators used by UN members to set the
agenda and political policy until 2030, replacing the MDG Millennium Development Goal, which expired in 2015.
Not only to ensure energy security, SDG are also aimed at ending poverty, achieving equality and tackling climate
change by establishing 17 global goals. SDG indicates that a reliable energy planning is crucial to support long-term
development. Some of the global goals in SDG related to energy planning are the Affordable and Clean Energy point
7, Decent Work and Economic Growth point 8, Responsible Consumption and Production point 12, and Climate Action
point 13.
On the other hand, based on the 16th Conferences of Parties COP United Nations Frameworks Convention on Climate
Change UNFCCC in Cancun as well as the G-20 meeting in Pittsburg, the Government of Indonesia is committed to
reduce greenhouse gas emissions by 26 in 2020 from the condition in the absence of mitigation actions and up to
41 with international assistance. For 2030, the government aims to mitigate GHG emissions by 29 or up to 41 with
international assistance as delivered in the COP 21 meeting in Paris. However, the dominance of fossil fuels in Indonesia
energy mix requires a comprehensive effort to achieve these targets.