100
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2016
Halaman kosong blank page
Bab 7. Penutup
Chapter 7. Closing
102
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2016
The government requires analysis of the long-term national energy demand and supply that considers the appropriate
technology to achieve GHG mitigation targets and realize the SDG goal, as well as to realize independence and security
of national energy. BPPT-OEI 2016 includes various related analyses with theme “Energy Development in Supporting
Green Industry”. BPPT-OEI 2016 discusses two scenarios base scenario and high scenario and three cases depletion
of coal reserves case, green industry base case and green industry high case.
GDP growth for base scenario is assumed to grow by an average of 6 from 8,566 trillion rupiah in 2014 to 69,778
trillion rupiah in 2050 at 2010 constant prices. For high scenario, GDP is predicted to grow by 6.9 per year. These
conditions will increase energy demand of 962 million BOE in 2014 to 5,449 million BOE in 2050, an increase of 4.9 per
year for base scenario. As for high scenario, energy demand will increase 5.7 per year. This will cause energy demand
elasticity for the period 2014-2050 to reach 0.82 for base scenario and 0.83 for high scenario.
Energy demand can be fulilled from development of energy resources and energy imports. Primary energy supply during
the period 2014-2050 will increase from 1,289 million BOE in 2014 to 7,218 million BOE in 2050 or increase 4.7 per year
for base scenario. In high scenario, primary energy supply will increase by 6.1 per year. Energy supply will continue
to be dominated by fossil energy by 2050. The largest share is held by coal while NRE role is still relatively small by only
14.9 of total energy supply in 2050 for base scenario. More than 50 utilization of NRE is for electricity generation.
Indonesia has been a net crude oil importer for a long time and will be a net natural gas importer in 2027 base scenario,
a net coal importer in 2046 depletion of coal reserves case, and a net energy importer in 2029 base scenario. Various
problems need to be given priority for solutions as energy is Pemerintah membutuhkan analisis tentang kebutuhan
dan penyediaan energi nasional jangka panjang dengan mempertimbangkan teknologi yang tepat untuk mencapai
target mitigasi GRK dan mewujudkan tujuan SDG, serta mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.
BPPT-OEI 2016 memuat berbagai analisis terkait hal tersebut di atas dengan mengangkat tema “Pengembangan
Energi untuk Mendukung Industri Hijau”. Dalam BPPT-OEI 2016 dibahas dua skenario skenario dasar dan skenario
tinggi dan 3 kasus kasus pengurasan cadangan batubara, kasus industri hijau dasar dan kasus industri hijau tinggi.
Pertumbuhan PDB untuk skenario dasar diasumsikan tumbuh rata-rata sebesar 6 dari 8.566 triliun rupiah pada
tahun 2014 menjadi 69.778 triliun rupiah pada tahun 2050 pada harga konstan 2010. Untuk skenario tinggi, PDB
diprakirakan tumbuh rata-rata sebesar 6,9 per tahun. Kondisi tersebut akan meningkatkan kebutuhan energi
dari 962 juta SBM pada tahun 2014 menjadi 5.449 juta SBM pada tahun 2050, atau meningkat rata 4,9 per tahun
untuk skenario dasar dan 5,7 per tahun untuk skenario tinggi. Hal ini menjadikan elastisitas kebutuhan energi
untuk kurun waktu 2014-2050 sebesar 0,82 untuk skenario dasar dan 0,83 untuk skenario tinggi.
Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut dapat disediakan dari pengembangan sumber daya energi
maupun dari impor energi. Penyediaan energi primer pada kurun waktu 2014-2050 meningkat dari 1.289 juta SBM
pada tahun 2014 menjadi 7.218 juta SBM pada tahun 2050 atau meningkat rata-rata sebesar 4,7 per tahun untuk
skenario dasar, sedangkan untuk skenario tinggi meningkat rata-rata sebesar 6,1 per tahun. Penyediaan energi akan
tetap didominasi oleh energi fosil sampai dengan tahun 2050. Pangsa terbesar adalah batubara, sedangkan peran
EBT masih relatif kecil pada tahun 2050 hanya sebesar 14,9 dari total penyediaan energi untuk skenario dasar. Lebih
dari 50 pemanfaatan EBT adalah untuk pembangkitan listrik.
Indonesia sudah lama menjadi net importir minyak bumi dan akan diikuti menjadi net importir gas bumi pada tahun
2027 skenario dasar, net importir batubara pada tahun 2046 kasus pengurasan cadangan batubara, dan akhirnya
net importir energi pada tahun 2029 skenario dasar.