18
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2016
Tabel 2.3 Sumber daya energi baru dan terbarukan Table 2.3 New and renewable energy resources
Sumber Source: Ditjen EBTKE, 2015 Directorate General of NREEC, 2015 Ditjen EBTKE, 2014 Directorate General of NREEC, 2014
Ditjen EBTKE, 2013 Directorate General of NREEC, 2013 KESDM, 2013 MEMR, 2013
2.4.2 Potensi Sumber Daya Energi Baru dan Terbarukan
Potensi energi baru terbarukan EBT di Indonesia saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu peraturan
yang mengatur pemanfaatan EBT adalah Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Untuk
mendukung pengembangan EBT di Indonesia, diperlukan pemetaan potensi EBT yang ada di Indonesia.
2.4.2 New and Renewable Energy Resource Potential
Potency of new and renewable energy NRE in Indonesia is not fully utilized. One of the regulation governing the
use of NRE is Presidential Regulation No. 5 of 2006 on the National Energy Policy. To support the development of
NRE in Indonesia, mapping the existing potential of NRE in Indonesia is required.
No Jenis energi
Energy type Sumber Daya
Resources Cadangan
Reserves Potensi
Potential
Kapasitas terpasang
Installed capacity
1 Panas bumi
Geothermal 12,386 Mwe
16,524 MWe 28,910 MW
1,403.5MW 2
Hidro Hydro
75,000 MW 45,379 MW
Sumberdaya teridentifikasi Identified resources
8,671 MW 3
Mini-mikrohidro Mini- micro hydro
2,600.76 KW 4
Biomassa Biomass
32,654 MWe 1,626 MW Off
Grid 91.1 MW On
Grid 5
Energi surya Solar energy
4.80 kWhm
2
day 14,006.5 KW
6 Energi angin
Wind energy 970 MW
1.96 MW 7
Uranium Uranium
3,000 MW 30 MW
8 Shale gas
574 TSCF 9
Gas metana batubara Coal bed methane
456.7 TSCF 10
Gelombang Laut Wave energy
1,995.2 MW Potensi Praktis
Practical Potential 11
Energi Panas Laut OTEC Ocean Thermal
Energy Conversion 41,012 MW
Potensi Praktis Practical Potential
12 Pasang Surut
Tide and tidal power 4,800 MW
Potensi Praktis Practical Potential
19
2016 INDONESIA ENERGY OUTLOOK
2.5 Permasalahan Energi Saat Ini
Current Energy Issues
2.5.1 Permasalahan Umum
Permasalahan sektor energi di Indonesia saat ini dapat dirangkum secara ringkas yaitu cadangan energi fosil yang
semakin berkurang dan akses masyarakat terhadap energi yang masih terbatas terutama di daerah tertinggal, terpencil,
dan perbatasan. Dari sisi cadangan, produksi minyak yang terus menurun dan kebutuhan bahan bakar minyak
BBM yang terus meningkat akan menyebabkan impor minyak mentah serta BBM terus meningkat. Dari sisi akses,
pengembangan energi untuk daerah tertinggal, terpencil, dan perbatasan lebih diutamakan menggunakan energi
terbarukan yang sumbernya tersedia di wilayah tersebut dan dapat terus digunakan secara berkesinambungan.
Namun pengembangan energi terbarukan tersebut masih terkendala dari sisi teknologi dan pendanaan. Biaya
produksi energi terbarukan masih relatif mahal sehingga belum kompetitif dan belum terjangkau oleh masyarakat.
Disparitas wilayah juga menjadi permasalahan sendiri dalam distribusi komoditas energi. Wilayah Jawa mempunyai
kebutuhan energi yang sangat besar sedangkan potensi sumber daya energi yang dimiliki sangat terbatas.
Sedangkan di wilayah luar Jawa mempunyai potensi sumber energi yang cukup besar namun kebutuhan
energinya masih relatif kecil. Disamping itu, infrastruktur energi di wilayah luar Jawa masih sangat kurang. Gas juga
belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan dalam negeri karena infrastruktur yang tersedia belum
memadai. Secara umum infrastruktur energi yang ada saat ini masih sangat kurang dan dapat menjadi penghambat
dalam pengembangan wilayah serta pemerataan akses masyarakat terhadap energi.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah memberikan prioritas kepada pemanfaatan
energi dalam negeri, seperti meningkatkan persentase penyaluran gas bumi domestik dan pemenuhan kebutuhan
batubara dalam negeri melalui kebijakan domestic market obligation DMO. Disamping itu pemerintah
terus meningkatkan pengembangan infrastruktur energi terbarukan, kilang minyak, LNG terminal, pipa transmisi
dan jaringan gas, SPBG, depot serta akan menyiapkan cadangan penyangga energi.
2.5.1 General Issues
Current issues of energy sector in Indonesia can be summarized as depletion of fossil energy reserves and limited
access to energy especially in remote and border areas. In terms of reserves, oil production continues to decline and the
increase in oil fuels demand will lead to increasing imports of crude oil and oil fuels. In terms of energy access, energy
development in remote and border areas is centered at renewable energy that is available in the region and may
continue to be used in a sustainable manner. But the NRE development is constrained on technology and funding
side. Production cost of renewable energy is still relatively expensive thus not competitive and not affordable by the
community.
Region disparity also becomes a problem in energy commodities distribution. Java has high energy demand
while potential energy sources are extremely limited. Whereas regions outside Java have high potential energy
resources but with still relatively small energy demand. In addition, energy infrastructure outside Java is also still very
poor. Gas also can not be utilized optimally for domestic demand due to inadequate infrastructure. In general, the
existing energy infrastructure is still very poor and becomes an obstacle in region development and community access
to energy.
In order to overcome these problems, the government prioritizes domestic energy utilization such as increasing the
percentage of domestic natural gas distribution and domestic market obligation DMO policy for domestic coal demand.
The government also continues to promote infrastructure development of renewable energy, reineries, LNG terminals,
transmission pipeline and gas network, gas fuel stations, depot, as well as energy buffer reserves.