18 3 Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam Muchlas Samani 2013:19, pendidikan karakter harus meliputi dan berlangsung pada,
1. Pendidikan Formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TKRA, SDMI, SMPMTS, SMAMA, SMA,MAK
dan perguruan tinggi melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan atau ekstra-kurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiadaan.
Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
2. Pendidikan Nonformal
Dalam pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan
lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan atau ektra-kurikuler, penciptaan budaya lembaga, dan
pembiasaan. 3.
Pendidikan Informal Dalam pendidikan informal pendidikan karakter berlangsung dalam
keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa di dalam keluarga terhadap anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya.
C. Tujuan Pendidikan Karakter dalam Seting Sekolah
19 Dharma Kesuma, dkk 2011:9 pendidikan karakter dalam seting sekolah
memiliki tujuan sebagai berikut: 1 menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadiankepemilikian peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;
2 mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;
3 membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Berdasarkan tujuan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter di sekolah adalah mengembangkan dan menguatkan nilai-
nilai kehidupan yang nantinya akan menjadi kepribadian peserta didik, kemudian mengoreksi setiap perilaku, perkataan, peserta didik yang tidak
sesuai dengan peraturan yang berlaku agar perilaku tersebut bisa berubah, kemudian yang ketiga bahwa dengan adanya penerapan pendidikan karakter di
sekolah maka akan menciptakan suasana sekolah yang harmonis.
D. Pendekatan Pendidikan Karakter
1. Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan penanaman nilai
inculcation approach
adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam
diri siswa. Menurut pendekatan ini, tujuan pendekatan nilai adalah diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa dan berubahnya nilai-nilai
siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan Superka, et al.1976 dalam Masnur Muslich 2010:108
2. Pendekatan Perkembangan Kognitif
20 Dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya
memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah
moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Menurut pendekatan ini, perkembangan moral dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam
membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi Elias, 1989 dalam Masnur Muslich
2010:109.
3. Pendekatan Analisis Nilai
Pendekatan analisis nilai
values analysis approach
memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis,
dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan
analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial. Sementara itu, pendekatan perkembangan kognitif
lebih berfokus pada dilemma moral yang bersifat perseorangan Masnur Muslich, 2010:114
4. Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendekatan klarifikasi nilai
values clarification approach
memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan
perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai- nilai mereka sendiri. Menurut pendekatan ini, tujuan pendidikan karakter ada
tiga. Pertama, membantu siswa menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai
21 mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain. Kedua, membantu siswa agar dapat
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri. Ketiga, membantu siswa agar mampu
menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, mampu memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola
tingkah laku mereka sendiri Superka, et. Al 1976 dalam Masnur Muslich 2010:116.
5. Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Pendekatan pembelajaran
berbuat
action learning
approach
menekankan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun
secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Superka, et al 1976 dalam Masnur Muslich 2010:119 menyimpulkan ada dua tujuan utama pendidikan
moral berdasarkan kepada pendekatan ini. Pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perseorangan
maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri. Kedua, mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang
harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi. Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada 5
penedekatan yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter, tinggal sekolah memilih pendekatan mana yang cocok
22 untuk diterapkan di sekolah. SD N Glagah lebih fokus menggunakan
pendekatan klarifikasi nilai dalam melaksanakan pendidikan karakter, dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan yang lain.
E. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Sehari-hari
Masnur Muslich 2010:175 menyatakan bahwa penerapan pendidikan budi pekerti dapat dilakukan dengan berbagai startegi pengintegrasian.
Strategi yang dilakukan adalah pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari. Adapaun bentuk-bentuk pengintegrasian tersebut adalah sebagai berikut:
1. KeteladananContoh
Kegiatan pemberian contohteladan ini bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi sekolah yang dapat dijadikan
model bagi peserta didik. 2.
Kegiatan Spontan Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara spontan
pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikaptingkah laku peserta didik yang kurang baik, seperti
meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding. 3.
Teguran Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk
dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka.
4. Pengkondisian Lingkungan
23 Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan
sarana fisik. Contoh: penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan- slogan mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik,
aturan atau tata tertib sekolah yang di tempatkan pada tempat yang strategis sehingga peserta didik mudah membacanya.
5. Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah
berbaris masuk ruang kelas, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, membersihkan
kelasbelajar. Novan
Ardy Wiyani
2012:140-149 mengemukakan
bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari di sekolah
dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut. 1.
Pembiasaan Keteladanan Pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku
sehari-hari yang tidak diprogramkan karena dilakukan tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku dan sikap
guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan
bagi peserta didik. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih saying, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras. Kegiatan ini meliputi
24 berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan
dan keberhasilan orang lain, datang tepat waktu. 2.
Pembiasaan Spontan Pembiasaan spontan yaitu kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian
khusus, meliputi pembentukan perilaku memberi senyum, salam, sapa, membuang sampah pada tempatnya, budaya antre, mengatasi silang
pendapat pertengkaran, saling mengingatkan ketika melihat pelanggaran tata tertib sekolah, kunjungan rumah, kesetiakawanan sosial, anjangsana.
3. Pembiasaan Rutin
Pembiasaan rutin merupakan salah satu kegiatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di sekolah, seperti upacara
bendera, senam, doa bersama, ketertiban, pemeliharaan kebersihan Jumat Bersih.
4. Pengondisian
Pengondisian yaitu
penciptaan kondisi
yang mendukung
terlaksananya pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata
bijak yang dipajang dilorong sekolah dan di dalam kelas dan kesehatan diri.
Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dapat dilakukan
melalui pembiasaan keteladanan, pembiasaan spontan, pembiasaan rutin, dan pengondisian lingkungan yang lebih mengarah kepada penyediaan sarana dan
25 prasarana yang mendukung internalisasi pendidikan karakter, dan teguran
yang merupakan salah satu hal yang termasuk dalam aspek pembiasaan spontan.
F. Strategi Pendidikan Karakter Secara Terpadu Di Sekolah