Karakter Semangat Kebangsaan Karakter Peduli Lingkungan Karakter Cinta Tanah Air Pelaksanaan Pendidikan Karakter melalui Pembiasaan a. Karakter Religius Pembiasaan Rutin

88 Pengondisian lingkungan dalam rangka mengembangkan karakter disiplin adalah dengan disediakannya jam dinding di setiap ruangan dan adanya tata tertib guru dan siswa yang dipajang di tembok.

3. Karakter Peduli Sosial a. Pembiasaan Spontan

Pembiasaan spontan dalam kaitannya dengan karakter peduli sosial adalah pemberian teguran, nasehat dan sanksi kepada guru maupun siswa yang melanggar peraturan, hal tersebut menunjukkan adanya sikap peduli dengan sesama dalam rangka untuk mejadikan individu tersebut bisa memperbaiki diri. b. Pembiasaan Rutin Pembiasaan rutin dalam rangka untuk mengembangkan karakter peduli sosial adalah bersalaman dengan bapakibu guru sebelum masuk ke kelas di depan gerbang dan bersalaman juga dengan bapakibu guru di kelasnya masing-masing sebelum pulang sekolah.

4. Karakter Semangat Kebangsaan

Karakter semangat kebangsaan ini dikembangkan melalui pembiasaan keteladanan yaitu adanya upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin di SD tersebut.

5. Karakter Peduli Lingkungan

Karakter peduli lingkungan dikembangkan dengan pengondisian lingkungan yang berupa sarana dan prasarana yang mendukung terhadap pelestarian maupun kebersihan lingkungan, sarana dan 89 prasarana tersebut adalah tempat sampah, slogan ajakan untuk merawat tumbuhan,wc, dan wastafel.

6. Karakter Cinta Tanah Air

Karakter cinta tanah air ini ditandai dengan dipajangnya foto presiden, wakil presiden, dan lambang negara di setiap ruangan di SD Negeri Glagah

e. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SD Negeri Glagah

Pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Glagah mengembangkan 6 karakter yaitu religius, disiplin, peduli sosial, semangat kebangsaan, peduli lingkungan dan cinta tanah air yang dikembangkan melalui kegiatan pembiasaan, proses pembelajaran, ekstrakurikuler, dan manajemen sekolah yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter melalui Pembiasaan a. Karakter Religius

Karakter religius dikembangkan melalui pembiasaan rutin dan pengondisian lingkungan, adapun pembiasaan rutin tersebut adalah berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran, sholat, dan tadarus. Pengondisian lingkungan dalam rangka mengembangkan karakter religius adalah tersedianya mushola dan slogan-slogan Islami.

1. Pembiasaan Rutin

90 Pembiasaan rutin di SD Negeri Glagah dimulai pada saat siswa memasuki gerbang sampai pulang sekolah lagi. Pembiasaan rutin tersebut dapat dirangkum dari hasil wawancara berikut. Peneliti : “ Bentuk kegiatan rutin apa saja yang ada di sekolah? ” Kepala Sekolah: ”10 menit sebelum pelajaran bersih-bersih, tadarus, menyanyikan lagu Indonesia raya, bersalaman di halaman kepada bapak ibu guru yang piket, menyanyikan lagu padamau negeri waktu pulang, berdoa sebelum sesudah belajar, sholat dhuha dan dhuhur, sholat dhuha diadakan per kelas tapi bergantian biasanya.” Kamis, 28 Mei 2015 Berdasarkan hasil wawancara di atas kegiatan rutin di SD Negeri Glagah menurut kepala sekolah adalah membersihkan kelas sebelum pelajaran,berdoa, tadarus,menyanyikan lagu Indonesia Raya, bersalaman di halaman kepada bapak ibu guru yang piket, menyanyikan lagu padamu negeri waktu pulang, sholat dhuha dan sholat dhuhur. Hasil wawancara dari kepala sekolah ada yang sama ada juga yang berbeda jika dibandingkan dengan hasil wawancara guru sebagai berikut. Peneliti : “Bentuk-bentuk kegiatan rutin apa di sekolah dalam rangka untuk menanamkan niali- nilai karakter kepada para siswa?” If : “Bentuk kegiatan rutin tadarus, infaq setiap hari jumat, sholat dhuha setiap hari jumat, upacara, pulang sekolah memberi salam, kayak ada orang atau guru yang masuk kelas juga memberi salam sebagai tanda untuk menghormati, berdoa sebelum dan sesudah, salaman pagi-pagi di gerbang, berbaris masuk kelas bersalaman, menyanyikan lagu Indonesia raya pada pagi siang padamu negeri.” Sabtu, 09 Mei 2015 Rn : “Kegiatan rutinnya itu ada beroda, tadarus setiap pagi setiap akan memulai pelajaran, menyanyikan lagu Indonesia raya, dan padamu negeri ketika pulang, berbaris ketika pulang, sholat dhuhur dan dhuha, habis syawalan iuran untuk latihan kurban, infaq tiap jumat sebagian untuk zakat dan sebagian lagi untuk beli mukena, salaman di gerbang waktu pagi dengan guru piket.” Jumat, 15 Mei 2015 Berdasarkan hasil wawancara dapat terlihat bahwa pembiasaan rutin hasil wawancara kepala sekolah dan guru ada perbedaan 91 walaupun hanya sedikit tetapi hal ini juga dapat dibuktikan dengan hasil observasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pembiasaan rutinnya adalah tadarus, infaq setiap hari jumat, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, bersalaman dengan guru piket saat pagi dekat dengan gerbang, menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pelajaran pada pagi hari, menyanyikan lagu padamu negeri sebelum pulang, sholat dhuhasholat dhuhur. Hasil wawancara tersebut setelah dilihat melalui observasi tidak semua kegiatan rutin tersebut dilaksanakan. Pembiasaan rutin yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan karakter religius adalah berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran, tadarus 10 menit sebelum proses pembelajaran, dan sholat dhuhur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan tersebut akan diperjelas sebagai berikut.

a. Berdoa

Kegiatan rutin yang setiap hari dilaksanakan yaitu berdoa sebelum dan sesudah pelajaran sudah dilakukan oleh semua siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara sebagai berikut. Peneliti : “Apakah kamu selalu berdoa sebelum dan sesudah pelajaran serta melakukan tadarus sebelum belajar? Ar : “Iya.” Selasa, 26 Mei 2015 Iv : “Iya.” Selasa, 26 Mei 2015 Ib : “Iya.” Selasa, 26 Mei 2015 Hn : Iya.” Selasa, 02 Juni 2015 Ay : Iya.” Selasa, 02 Juni 2015 Bg : Iya.” Selasa, 02 Juni 2015 Tf : “Iya.” Selasa, 02 Juni 2015 Dv : “Iya.” Selasa, 02 Juni 2015 92 Hasil observasi menunjukkan kegiatan rutin yang pertama yaitu berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan selama 14 kali menunjukkan bahwa setiap kelas sudah berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Hal ini juga diperkuat dari dokumtasi sebagai berikut. Gambar 3. Salah satu siswa kelas I C maju ke depan untuk memimpin doa. Terlihat juga foto presiden, wakil presiden, dan lambang negara yang dipajang di kelas tersebut.

b. Sholat

Hasil wawancara yang lain terkait dengan kegiatan rutin siswa adalah pelaksanaan sholat dhuhurdhuha. Peneliti : “ Apakah kamu selalu melaksanakan sholat dhuhur dan sholat dhuha yang dijadwalkan oleh kelas? ” Iv : “Iya selalu sholat dhuhur dan dhuha.” Selasa, 26 Mei 2015 Ib : “Iya selalu.” Selasa, 02 Juni 2015 Dv : “Iya Alhamdulillah.” Sabtu, 06 Juni 2015 Berdasarkan hasil wawancara di atas berarti siswa rutin melaksanakan sholat dhuhasholat dhuhur yang telah dijadwalkan oleh kelas mereka masing-masing. Berdasarkan hasil observasi juga sudah terlihat siswa secara mandiri melakukan sholat di mushola. Setelah selesai wawancara peneliti menunggu waktu dhuhur dan peneliti ke mushola di unit 2, kemudian peneliti mengamati bahwa kelas V C melaksanakan sholat dhuhur secara mandiri tanpa diperintah secara 93 berjamaah dengan salah seorang siswa laki-laki menjadi imam sholat. Catatan lapangan 12. Hal in juga di dukung dengan salah satu dokumentasi siswa kelas V C yang melaksanakan sholat dhuhur secara mandiri sebagai berikut. Gambar 4. Siswa kelas V C melaksanakan sholat dhuhur berjamaah.

c. Tadarus

Tadarus Al Qur’an sebagai kegiatan rutin juga rutin dilakukan 10 menit setelah berdoa sebelum proses pembelajaran berlangsung dengan hafalan surat-surat pendek dari kelas 1 samapi kelas VI. Berdasarkan hasil observasi selama 14 kali setiap hari semua kelas melaksanakan tadarus. Walaupun ada yang guru maupun siswa non muslim siswa maupun guru tetap di dalam kelas mendengarkan tadarus hal ini membuktikan tidak adanya nilai toleransi. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru agama. Peneliti :”Oh begitu, oh iya disini gurunya adakah yang non muslim.” Guru :”Ada di unit 1 ada 2 di unit 2 ada 1.” Peneliti :”Jika gurunya non muslim tetap tadarus atau tidak.” Guru :”Ya tetap tadarus mereka tadarus sendiri.” Peneliti :”Kelas rendah juga tadarus sendiri.” Guru :”Iya sendiri.” Peneliti :”Tapi kan mereka belum bisa membaca Al-Qur’an.” Guru :”Mereka itu hanya membaca tulisannya mba.” Peneliti :”Jika ada murid yang non muslim bagaimana bu?” 94 Guru :”Kadang jika ada gurunya mereka ditarik keluar dengan guru agamnya untuk siraman rohani mereka, jika tidak ya mereka tetap di dalam.” Hasil dokumentasi di kelas I B juga memperkuat adanya tadarus yang dilakukan berikut ini. Gambar 5. Suasana kelas I B yang sedang melakukan tadarus menghafal surat- surat pendek dalam Al Qur’an.

2. Pengondisian Lingkungan