Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama

49 suara yang digetarkan oleh pita suara, seperti tampak pada vokal u, a dan i. Selaras dihasilkan oleh larink dan dihasilkan oleh pengiring bunyi sebagai hasil saringan dalam sistim suara. Pengiring dimaksudkan sebagai kekuatan yang dihasilkan vokal lainnya. Hal ini harus dilatihkan sebagai lanjutan dari latihan sebelumnya. Bahwa kemampuan berbahasa dapat diperoleh melalui aspek-aspek keterampilan sebagai berikut Edja Sadjaah, 2005: 1 keterampilan menyimak mendengarkan listening skill, keterampilan berbicara speaking skill, keterampilan membaca reading skill, dan keterampilan menulis. Oleh karena itu membina kemampuan berbahasa anak tunarungu dapat dilakukan dengan mengkombinasikan ke empat keterampilan tersebut.

5. Metode Bina Bicara

Ada beberapa metode dalam membina kemampuan biacara anak tunarungu, diantaranya: • Metode kata lembaga atau metode per kata atau metode global kata, yang disajikan kepada anak adalah bahan materi kata-kata yang tujuannya agar anak mampu mengucapkan keseluruhan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata. Penyajiannya dapat bervariasi, misalnya dengan mengelompokkan kata benda, kata kerja, dsb. Sebaiknya dimulai dari kata yang sudah dikenal anak, misalnya ibu, bapak. • Metode suara ujaran fonem atau speech sound method yaitu mengajarkan serentetan fonem bunyi bahasa bukan secara alfabetisnya, namun dari bunyi- bunyi bahasa. Jadi bukan dari a, be, ce namun suara artikulasi bunyi bahasa. Sebelum pelaksanaan proses bina bicara, anak dilatih dulu untuk melenturkan otot-otot alat bicara rahang, mulut, gigi, lidah, juga latihan vokal ataupun suku kata. Contoh latihannya: a. Latihan gerakan bibir dengan cara latihan membuka dan menutup bibirmulut, membundarkan bibir, meniup harmonikabola pingpong, membentuk bunyi r 50 yang panjang “berrrr” dengan bibir, membentuk bunyi “mmmmm”, membentuk bunyi-bunyi vokal, membentuk bunyi “papapapa” dsb. b. Latihan gerak rahang: membuka dan menutup mulut, rahang digerakkan ke kiri dan ke kanan, emnguap, dengan mulut terbuka dan tertutup, mengunyah dengan mulut tertutup. Tujuannya agar otot-otot rahang menjaadi kaku. c. Latihan gerak lidah: mulut terbuka, lidah ke luar masuk mulut, menjilat bibir atas dan bibir bawah, ujung lidah ditekan pada gigi atas dan gigi bawah, lidah dilingkar-lingkarkan, dsb. d. Latihan langit-langit lembut velum menguap dengan mulut terbuka, meniup dengan kuat, dsb. Di samping latihan penguatan otot-otot alat bicara, juga latihan pernafasan. Adapun latihannya adalah: a. Latihan menghemat nafas. Meniup lilin atau bola pingpong sampai benda-benda itu bergerak-gerak sehingga nafas dirasakan oleh anak, kemudian anak menarik nafas klewat hidung dan mengeluarkan nafas lewat meniup. Anak mengucapkan “papapapa” atau “mamamama”, dsb dengan tidak memutuskan nafas. b. Metode babling. Anak dibina mulai dari kata yang diucapkan dan menekankan latihan ucapan suku kata, irama suara dan latihan kontrol suara. Di samping itu juga latihan kata-kata secara berulang. Misalnya: 1 Latihan pengucapan suku kata tunggal dalam kelompok fonem: a-da, a-pi, i-kan, 2 Latihan pengucapan dua buah suku kata dengan penekanan pada pengucapan suku kata ke dua: a-ku, a-ki, i-bu, a-bu, dsb. 3 Latihan pengucapan dua dua buah suku kata diawali huruf konsonan: pa-ku, pa-pi-pa c. Metode akustik. Metode ini menekankan pengembangan kesensitifan pendengaran untuk keperluan proses bicara. Jadi latihannya dibantu