36
D. PENDIDIKAN SEGREGASI
Pendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi
ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLBA untuk anak tunanetra, SLBB untuk anak
tunarungu, SLBC untuk anak tunagrahita, SLBD untuk anak tunadaksa, SLBE untuk anak tunalaras, dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus SLB
terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas
karena lingkungan pergaulan yang terbatas.
E. PENDIDIKAN TERPADU
Pendidikan terpadu merupakan salah satu bentuk inovasi PLB di Indonesia yang dikembangkan sekitar tahun 1984 sampai sekitar tahun 1990 an. Program
pendidikan tepadu pada awalnya hanya diperuntukkan pada anak-anak tunanetra yang diikutkan belajar di sekolah-sekolah reguler bersama dengan anak ’normal’
pada umumnya. Dalam perkembangannya pendidikan terpadu juga diperuntukkan bagi jenis kelainan lain. Secara filosofis penyelenggaraan pendidikan terpadu tidak
menghendaki adanya perubahan sistem yang berlaku di sekolah reguler. Dalam praktiknya, anak-anak luar biasalah yang harus menyesuaikan sistem dan tuntutan
yang ada di sekolah reguler. Pendidikan terpadu dalam praktik banyak kelemahan dan tetap dipandang sebagai diskriminatif dan kurang humanis.
F. PENDIDIKAN INKLUSIF
1. Pengertian
Ainscow 2003 memaknai pendidikan inklusif sebagai upaya terus menerus untuk menemukan cara mengatasi hambatan yang dihadapi anak
berkebutuhan khuss dalam belajar bersama dengan anak lain pada umumnya. Hal ini dikuatkan ahli lain yang berpendapat bahwa pendidikan inklusif adalah sistem
layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di
37
sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya Sapon- Shevin dalam Sunardi, 1996 Sekolah inklusif adalah sekolah yang menampung
semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah
memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu
peserta didik tanpa diskriminasi.
2. Falsafah pendidikan inklusif
Secara umum falsafah inklusi adalah mewujudkan suatu kehidupan yang ramah tidak diskriminatif dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Falsafah
pendidikan inklusif adalah upaya mewujudkan sekolah yang ramah dalam pembelajaran.
a. Sekolah ramah adalah pendidikan yang menghargai hak dasar
manusia b.
Sekolah ramah adalah pendidikan yang memperhatikan kebutuhan individual
c. Sekolah ramah berarti menerima keanekaragaman
d. Sekolah ramah berarti tidak deskriminatif
e. Sekolah ramah menghindari labelisasi
3. Implikasi manajerial pendidikan inklusif
Secara garis besar implikasi manajerila pendidikan inklusif adalah sebagai
berikut :
1. Sekolah reguler menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan.
2 Sekolah reguler harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan
menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual. 3
Guru di kelas reguler harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.