67
Tujuan akhir dari bina pribadi dan sosial anak dengan gangguan emosi dan sosial adalah agar mereka dapat memiliki kepribadian yang baik dan dapat
berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.
3. Bina pribadi dan Sosial
a. Membina rasa ke-Tuhan-an dan budi pekerti
Membina rasa ke-Tuhan-an hakekatnya berbicara masalah kualitas keimanan. Kualitas keimanan seseorang dapat dilihat dari perilaku setiap hari.
Cara membina rasa ke-Tuhan-an anak gangguan emosi dan tingkahlaku antara lain dimulai dengan menanamkan nilai dan norma iman, karena keimanan
mengandung nilai dan norma ke-Tuhan-an. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjadi perisai dari agresi kejahatan, materi dan keputusasaan anak dalam hidup.
Sifat mudah marah, emosional, agresif, merusak dan mengganggu orang lain disebabkan karena lemahnya kadar keimanan seseorang. Sehingga ia tidak ada
rasa takut atas resiko kerugian yang ditimbulkan dari perbuatannya. Hal ini bisa dilalkukan dengan cara:
1 Tanamkan pengertian melalui contoh-contoh kongrit sederhana bahwa
perbuatan melanggar norma agama membuahkan dosa dan akan mendapatkan siksa.
2 Sebaliknya kepada anak juga perlu ditanamkan pengertian bahwa perbuatan
baik dan terpuji sesuai norma agama membuahkan pahala dan akan mendapatkan imbalan dari Tuhannya.
3 Berikan contoh-contoh kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam kehidupan keagamaan yang praktis dan fungsional.
Bimbingan budi pekerti pada anak gangguan emosi dan sosial dimaksudkan agar anak menjadi manusia yang berbudi luhur, sopan santun, andap
asor, jujur, disiplin dan memiliki rasa setia kawan.
68
Bimbingan budi pekerti ini dapat dilaksanakan secara perseorangan maupun kelompok, di dalam maupun di luar ruangan. Dapat terpisah maupun
terintegrasi dengan bidang studi yang ada di sekolah seperti PPKN, IPS, Bahasa Indonesia, dll.
Diantara bentuk bimbingan budi pekerti adalah: a.
Menanamkan sikap sopan santun b.
Menganjurkan berpakaian rapi dan bersih c.
Petunjuk menghindari perkelaian d.
Menanamkan sikap patuh pada tata tertip keluarga, sekolah danatau asrama e.
Menanamkan sikap untuk tidak melangggar nilai dan norma seperti mengambil milik orang lain, merusak milik orang lain, mengganggu orang
lain f.
Memperbanyak mengkaitkan materi pelajaran dengan nilai keagamaan g.
Bimbingan waktu luang, kegiatan kepramukaan, dll h.
Latihan kegiatan bakti sosial.
b. Membina konsep diri dan pengenalan diri
Anak tunalaras hidup dalam lingkungan sosial, ia berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya. Proses komunikasi dengan lingkungan ini dapat
membuat anak tunalaras memahami dirinya dan dapat memiliki konsep diri. Konsep diri merupakan semua ide, pemikiran dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri dan pemahaman diri sangat diwarnai oleh hasil dari komunikasi sosial, sehingga pada diri anak dapat timbul penilaian atas dirinya.
Baik penilaian diri sebagai subyek maupun dirinya sebagai obyek. Untuk dapat mendudukkan diri sebagai subyek dan diri sebagai obyek biasanya bertolak dari
persepsi diri terhadap 1 kondisi fisik diri, 2 kondisi psikhis diri, dan 3 kondisi sosial diri.
c. Membina emosiperasaan dan sikap sosial