Asas Hukum Acara Perdata

BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 280 proses peradilan in absentia, terutama dalam perkara- perkara pelanggaran lalu lintas. Proses peradilan in absentia dalam perkara pelanggaran lalu lintas dilakukan demi kelancaran penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas 7. Asas Sidang Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum kecuali dalam Hal yang diatur oleh Undang-undang Pemeriksaan sidang pengadilan dan putusan pengadilan pada prinsipnya terbuka untuk umum dan ancaman batal demi hukum apabila tidak memenuhi syarat ini, kecuali Undang-undang menyatakan lain. Hal ini dapat ditemukan pula dalam ketentuan Pasal 19 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dalam ketentuan Pasal 20 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman juga disebutkan bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Namun demikian pengecualian terhadap asas ini berlaku dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak- anak.”

3. Asas Hukum Acara Perdata

Asas-asas Hukum Acara Perdata Sebagaimana lazimnya ilmu lain, maka ilmu hukum acara perdatapun memiliki asas-asas yang menjadi pedoman bagi hakim untuk melaksanakan proses perdata dimuka persidangan pengadilan. Asas-asas itu adakalanya dituangkan ke dalam Pasal-Pasal perundang-undangan, tetapi adakalanya juga tidak, yaitu hanya dianut dalam doktrin dan yurisprudensi. Asas Asas Hukum Acara Perdata Yang Terdapat Dalam HirRbg Dan Rv Antara Lain : 1 Hakim Bersifat Menunggu : Asas ini merupakan asas hukum acara pada umumnya, termasuk hukum acara perdata, yaitu bahwa pelaksanaannya, dalam hal ini inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hal ini berarti bahwa apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara atau tuntutan hak itu akan diajukan atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Kalau tidak ada tuntutan hak atau penuntutan, maka tidak ada hakim sebagaimana bunyi pemeo Wo kein Klager ist, ist kein Richter nemo judex sine actore Sudikno Mertokusumo 1977:8. Dengan demikian gugatan yang merupakan tuntutan BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 281 hak akan diajukan oleh pihak yang berkepentingan, sedangkan hakim bersikap menunggu datangnya tuntutan yang diajukan kepadanya iudex ne procedat ex officio implementasi dari asas ini adalah terdapat dalam Pasal 118 HIR 142 RBG. 2 Putusan Harus Disertai Alasan-Alasan dan Dasar Putusan : Berdasarkan ketentuan Pasal 501 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Pasal 184 ayat 1 HIR, Pasal 319 HIR, Pasal 195 Rbg, dan Pasal 618 RBg, semua putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan dan dasar hukum putusan yang menjadi dasar untuk mengadili. Alasan- alasan ini dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban hakim bagi putusannya terhadap masyarakat, yang seyogyanya mempunyai nilai obyektif. Sehubungan dengan asas ini, Scholten berpendapat bahwa dengan adanya alasan-alasan itulah putusan mempunyai wibawa dan bukan karena hakim tertentu yang menjatuhkan putusan itu. Suatu putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup dipertimbangkan onvoldoende gemotiveerd merupakan alasan untuk kasasi dan harus dibatalkannya putusan tersebut, demikian pendapat yurisprudensi. Sehubungan dengan asas inilah terlihat eratnya hubungan dunia praktek hukum dengan ilmu pengetahuan hukum karena agar suatu putusan dapat lebih dipertanggungjawabkan oleh hakim, harus dicari dukungan pada undang-undang, yurisprudensi dan ilmu pengetahuan. 3 Beracara Dikenakan Biaya Untuk beracara, pada asasnya dikenakan biaya yang meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk panggilan, pemberitahuan para pihak serta biaya meterai. Selain itu jika pihak yang berperkara dibantu oleh seorang pengacara, harus pula dikeluarkan biaya. Asas beracara dikenakan biaya ini diatur oleh undang-undang, yaitu Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1970, Pasal 121 ayat 4 HIR, Pasal 182 HIR, Pasal 183 HIR, Pasal 145 Rbg, serta Pasal 192,