BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 111
7. Menjunjung Tinggi Harga Diri
1. Menurut Sdr., bagaimana masyarakat Indonesia mendefinisikan “Menjunjung Tinggi
Harga Diri”?
Harga diri self esteem merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap dan perilaku terhadap dirinya. Oleh karenanya sebagai hakim
harus mampu mengira seberapa jauh perilakunya yang ideal. Hakim harus menjaga jangan sampai harga dirinya rendah. Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas jabatannya dan dalam kehidupannya sendiri. Harga diri rendah akan kehilangan kasih sayang dan penghargaan dan penghormatan dari orang lain
khususnya masyarakat pencari keadilan. Prinsip utama dalam harga diri adalah kepercayaan, khususnya kepercayaan publik terhadap
jabatan hakim. Kode etik dan perilaku hakim dirumuskan sedemikian rupa dan harus dilaksanakan serta diimplementasikan tujuannya adalah untuk membangun dan mendapatkan
kepercayaan publik. Dalam kenyataannya hakim masih saja tetap dicurigai dan kurang mendapatkan kepercayaan dari publik. Mungkin masih ada hakim yang melakukan perbuatan
tercela, mungkin karena keadaan ekonominya, mungkin karena penampilan dan kesejahteraannya, mungkin kehidupannya glamor bertolak belakang dengan penghasilannya
sebagai hakim, mungkin karena sopan santunnya. Pada akhirnya hakim harus menyadari bahwa membangun kepercayaan dan melaksanakan
prinsip kejujuran serta memperoleh kepercayaan publik bukan karena penilaian dari diri kita sendiri tetapi penilaian dari orang lain yang memberikan penghargaan berupa penghormatan
dan harga diri kita sebagai hakim. 2. Apa yang disebutkan di dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim mengenai
“Menjunjung Tinggi Harga Diri” ini? Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
047KMASKBIV2009 dan Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia No.
BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 112
02SKBP.KYIV2009, dibawah bagian C. Pengaturan, angka 7 Menjunjung Tinggi Harga Diri, makna harga diri adalah sebagai berikut:
Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia melekat martabat dan kehormatan yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang. Prinsip menjunjung tinggi
harga diri, khususnya Hakim, akan mendorong dan membentuk pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi yang senantiasa menjaga kehormatan dan martabat
sebagai aparatur peradilan.
Dibawah Penerapan dalam poin 7 tersebut, Menjunjung Tinggi Harga Diri ini dibagi menjadi 4 empat bagian, yaitu: Umum, Aktifitas Bisnis, Aktifitas Lain dan Aktifitas Masa Pensiun,
dengan penjabaran sebagai berikut:
7.1 Umum
1. Harga diri self esteem merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap dan perilaku terhadap dirinya. Oleh
karenanya sebagai hakim harus mampu mengira seberapa jauh perilakunya yang ideal. Hakim harus menjaga jangan sampai harga dirinya rendah. Harga diri
rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas jabatannya dan dalam kehidupannya sendiri. Harga diri
rendah akan kehilangan kasih sayang dan penghargaan dan penghormatan dari orang lain khususnya masyarakat pencari keadilan.
2. Prinsip utama dalam harga diri adalah kepercayaan, khususnya kepercayaan publik terhadap jabatan hakim. Kode etik dan perilaku hakim dirumuskan sedemikian
rupa dan harus dilaksanakan serta diimplementasikan tujuannya adalah untuk membangun dan mendapatkan kepercayaan publik. Dalam kenyataannya hakim
masih saja tetap dicurigai dan kurang mendapatkan kepercayaan dari publik.
BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 113
Mungkin masih ada hakim yang melakukan perbuatan tercela, mungkin karena keadaan ekonominya, mungkin karena penampilan dan kesejahteraannya, mungkin
kehidupannya glamor bertolak belakang dengan penghasilannya sebagai hakim, mungkin karena sopan santunnya.
3. Pada akhirnya hakim harus menyadari bahwa membangun kepercayaan dan melaksanakan prinsip kejujuran serta memperoleh kepercayaan publik bukan
karena penilaian dari diri kita sendiri tetapi penilaian dari orang lain yang memberikan penghargaan berupa penghormatan dan harga diri kita sebagai hakim.
1.2 Aktifitas Bisnis
- Memberikan pemahaman kepada para hakim, bahwa tugas pokok dan fungsi jabatan hakim adalah mengadili perkara. Secara filosofis dalam menjalankan
aktifitasnya bukan profit oriented. Oleh sebab itu hakim harus menjauhkan diri dari segala kegiatan yang terkait dengan untung dan rugi dan materielisme.
Apalagi hakim melibatkan aktifitas bisnis dan selalu berhubungan dengan pihak lain. Dalam bisnis berhubungan dengan semua orang menjadi keharusan,
mencari keuntungan adalan tujuan utama. Sedangkan hakim harus menjaga dan membatasi hubungan dengan orang lain, tujuannya adalam keadilan dengan
menjaga imparsialitas. Apabila hakim terlibat dalam hubungan bisnis, pihak lain tidak hanya melihat dari aspek transaksi bisnis, tetapi juga melihat jabatan
hakimnya.
1.3 Aktifitas Lain
1. Hakim harus bersikap sangat hati-hati dan wajib menganjurkan agar anggota keluarganya tidak ikut dalam kegiatan yang dapat mengeksploitasi jabatan hakim
tersebut. Hakim juga manusia, mempunyai tanggung jawab kepada anak dan
BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 114
keluarganya terhadap masa depannya. Satu sisi hakim dilarang melakukan KKN untuk keluarganya, disisi lain hakim mempunyai tanggung jawab masa depan
keluarganya, mencarikan pekerjaan bagi anak-anaknya. Prinsip kehati-hatian harus diutamakan jangan sampai segala kegiatan keluarganya mengeksploitasi jabatan
hakim.
2. Memberikan pemahaman kepada para hakim, pada masa menjalankan tugas dan jabatannya sebagai hakim dituntut bersikap adil dan ketidakberpihakan.
Implementasinya sangat berat tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga kepada keluarganya antara lain : tidak boleh menjadi pihak dalam persidangan, tidak boleh
berperan sebagai advokat, mediator, kuasa pribadi, eksekutor.
1.4 Aktifitas Masa Pensiun Hakim juga harus memahami bahwa meskipun sudah purna bhakti tidak sebebas
profesi lain, yang dapat menjalankan aktifitasnya sesuai dengan keahliannya yaitu bidang hukum. Mantan hakim sangat diajurkan dan sedapat mungkin tidak
menjalankan pekerjaan sebagai Advokat yang berpraktek di Pengadilan terutama di lingkungan peradilan tempat yang bersangkutan pernah menjabat, sekurang-
kurangnya 2 dua tahun setelah memasuki masa pensiun atau berhenti sebagai hakim.
8. Berdisiplin Tinggi