Tata Bahasa Baku dan Praktis

BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 175 13. dalam informasi melalui media massa; media massa dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing yang mempunyai tujuan khusus; 14. dalam rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum. penggunaannya dapat disertai bahasa daerah danatau bahasa asing.

1. Tata Bahasa Baku dan Praktis

Dari ketentuan di atas, kita tidak boleh hanya bersikap bangga saja dengan keadaan atau kedudukan bahasa Indonesia tersebut, namun kita harus juga mempelajari, menguasai, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Sebagaimana dipahami bersama bahwa bahasa Indonesia pada dasarnya bahasa kedua, sedangkan bahasa pertama kita adalah bahasa daerah masing-masing, sehingga tidak secara otomatis kita menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, apalagi terampil menggunakannya. Kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan kaidah-kaidah saja belum menjamin bahwa kalimat yang kita buat adalah benar dan dapat diterima dalam berkomunikasi. Pengkalimatan suatu bahasa tidak semata-mata dituntut dengan kaidah yang benar, melainkan juga bergantung pada benarnya konsep dan logika, termasuk penguasaan diksi dan penalaran. Diksi berkenaan dengan masalah kemampuan dan keterampilan memilih dan menggunakan kata sehubungan dengan konsep yang dimiliki kata-kata itu. Penalaran berkenaan dengan keterampilan merumuskan atau menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Antara diksi dan penalaran ada hubungan timbal balik yang harus diketahui dan dikuasai, untuk dapat menggunakan bahasa secara efektif dan komunikatif. Pada hakikatnya, fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai disebutkan di atas. Untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, seyogyanya dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia baku. Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok atau dasar ukuran atau yang dijadikan standar penggunaan bahasa Indonesia. Untuk memenuhi kebakuan di atas harus diperhatikan BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 176 mengenai penggunaan kaidah tata bahasanya, penggunaan kata baku, penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis, penggunaan lafal baku dalam ragam lisan, dan penggunaan kalimat secara efektif. Kaidah tata bahasa Bahasa baku: - Gubernur meninjau daerah banjir bandang. - Lampu lalu lintas itu berkerja secara otomatis. - Surat anda sudah saya terima. - Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan. - Dia mengontrak rumah di Kebayoran Baru. - Mobil paman saya baru. Bahasa tidak baku: - Gubernur tinjau daerah banjir bandang. - Lampu lalu lintas itu kerja secara otomatis. - Surat anda saya sudah terima. - Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan. - Dia ngontrak rumah di Kebayoran Baru. - Paman saya mobilnya baru. Kata-kata baku Bahasa baku: - Cantik sekali - Lurus saja - Masih kacau - Uang - Tidak mudah - Diikat dengan kawat - Bagaimana Bahasa tidak baku: - Cantik banget - Lempeng saja - Masih semrawut - Duit - Enggak gampang - Diikat sama kawat - Gimana Ejaan resmi dalam tata tulis - Bersama-sama - Melipatgandakan - Pergi ke pasar - Ekspres - Sistem - Bersama2 - Melipat gandakan - Pergi kepasar - Ekpresespresexpres - Sistim Lafal baku dalam ragam bahasa - Atap - Menggunakan - Pendidikan - Atep - Menggunaken - Pendidi’an BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 177 - Kalau - Habis - Dengan - Dihormati - Kalokalo’ - Abis - Dengen - Dihormatin Kalimat efektif - Pulau Buton banyak menghasilkan aspal. - Tindakan-tindakan kekerasan itu menyebabkan penduduk dan keluarganya merasa tidak aman. - Dia datang ketika kami sedang makan. - Loket belum dibuka walaupun hari sudah siang. - Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah. - Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras. - Bayarlah dengan uang pas - Karena dia tidak datang kami segera berangkat. - Di Pulau Buton banyak menghasilkan aspal. - Tindakan-tindakan kekerasan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya. - Ketika kami sedang makan dan dia datang. - Loket belum dibuka walaupun hari tidak hujan. - Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini naik. - Panen yang gagal memungkinkan kita mengimpor beras. - Kepada para penumpang diharap supaya membayar dengan uang pas - Karena dia tidak datang kami pun segera berangkat. Contoh di atas dikutip dari buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia” yang ditulis oleh Abdul Chaer. Selanjutnya buku ini dijadikan salah satu rujukan untuk pelatihan. Pelatihan juga merujuk pada buku-buku terbitan Pusat Bahasa yang berjudul Buku Praktis Bahasa Indonesia jilid 1 dan 2 Sari Pedoman. BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 178

2. Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing