Uji Aktivitas Antioksidan Bakr, et al., 2013 Analisis GC-MS

43 permenit sampai 280°C dan suhu 280°C dipertahankan selama 5 menit. Temperatur saat sampel diinjeksi pada suhu 230°C. Senyawa yang terdapat dalam sampel diidentifikasi dengan membandingkan spektrum tersebut dengan senyawa yang terdapat di dalam library. Cairan sampel yang dibawa dari GC diteruskan sebagai sampel inlet MS, sumber ion pada suhu 250°C, fragmentasi ion yang terbentuk dideteksi oleh analyzer berdasarkan rasio massa.

3.3.6. Uji Kromatografi Lapis Tipis KLT

Plat KLT yang akan digunakan terlebih dulu diberi tanda batas atas dan bawah, kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit untuk mengurangi kadar air pada plat KLT. Setelah selesai minyak ditotolkan pada garis dasar plat KLT, lalu ditempatkan dalam chamber yang berisi eluen berupa campuran n- heksan dan kloroform dengan perbandingan 5 : 2. Ketika pelarut mulai membasahi plat KLT, pelarut akan melarutkan senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada dasar. Bila bercak-bercak pada plat KLT tidak tampak, dapat digunakan penyinaran di bawah sinar UV. Selanjutnya dimasukkan lagi ke dalam oven selama 30 menit. Bercak-bercak senyawa pada plat KLT yang telah terpisah namun tidak terlihat jelas dapat dibantu dengan menyemprotkan pelarut H 2 SO 4 1M. Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit dan hasilnya diamati. 44

3.3.7. Analisis Spektrofotometri UV

Isolat pada KLT dikerik kemudian dilarutkan dengan 5 mL n-heksan, kemudian divortex dan disaring. Setelah itu larutan dianalisis menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 200-400 nm. N-heksan digunakan sebagai blanko.

3.3.8. Analisis FTIR

Isolat pada KLT dikerik dan dilarutkan dengan 5 mL n-heksan. Kemudian diteteskan pada permukaan sel KBr, ditutup dengan sel KBr yang lain sehingga membentuk lapisan film kapiler. Sel diletakkan pada cell holder,kemudian analisis menggunakan spektrofotometer FTIR pada bilangan gelombang 4000-450 cm -1 . 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Determinasi

Determinasi sampel dilakukan Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi ini menunjukkan bahwa sampel merupakan spesies Etlingera elatior. Sertifikat hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2. Hasil Ekstraksi Sampel

Proses ekstraksi biji honje Etlingera elatior dilakukan menggunakan metode sokletasi dengan pelarut n-heksan dan dietil eter. Penggunaan pelarut nonpolar yaitu, n-heksan dan dietil eter pada proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan minyak biji honje. Menurut Munawaroh dan Handayani 2010 untuk mendapatkan minyak dari bahan alam dapat dilakukan dengan menggunakan metode sokletasi dengan pelarut nonpolar. Penggunaan metode sokletasi mempunyai beberapa kelebihan, yakni sampel dapat terekstraksi dengan sempurna, karena dalam metode ini penyarian dilakukan beberapa kali atau secara kontinu dan dalam keadaan panas, proses ekstraksi dapat diteruskan sesuai keperluan tanpa perlu menambah volume pelarut, sehingga pelarut yang digunakan lebih sedikit Heinrich, et al., 2012. Minyak biji honje yang dihasilkan melalui proses sokletasi menggunakan pelarut n-heksan menghasilkan rendemen yang lebih tinggi yaitu sebesar 2,75 dibandingkan menggunakan pelarut dietil eter yaitu sebesar 1,94 lampiran 3.