Ekstraksi Cara Panas Ekstraksi

13

2.2.2. Ekstraksi Cara Dingin

1. Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari dan pada umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Cairan penyari akan menembus dinding sel atau masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif tersebut akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang lebih pekat di dalam sel didesak keluar sel, masuk ke dalam larutan di luar sel. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Keuntungan cara penyarian ini adalahcara pengerjaan dan peralatan yang diusahakan sederhana dan mudah digunakan. Maserasi juga dapat digunakan untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang tidak tahan panas karena tidak dilakukan pemanasan. Akan tetapi hal tersebut mengakibatkan proses ekstraksi yang kurang sempurna Ditjen POM, 1997 Raaman, 2006. 2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Prosesnya dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di 14 atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan sehingga ekstraksi berlangsung lebih optimal dibandingkan dengan maserasi. Akan tetapi proses tersebut membutuhkan waktu yang lama Ditjen POM, 1997 Raaman, 2006.

2.3. Radikal Bebas

Menurut Soeatmaji 1998, yang dimaksud radikal bebas free radical adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh sifatnya yang segera menarik atau menyerang elektron di sekelilingnya. senyawa radikal bebas juga dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal. Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya reaksi berantai, yang kemudian menghasilkan senyawa radikal baru. Menurut Winarsi 2007, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan rancidity oxidative, yaitu melalui 3 tahapan reaksi berikut. 1. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas. M ++ + H 2 O → M +++ + OH - + •OH R 1 -H + •OH → R 1 • + H 2 O 15 2. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal R 2 -H + R 1 • → R 2 • + R 1 -H R 3 -H + R 2 • → R 3 • + R 2 -H 3. Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagansinya rendah. R 1 • + R 1 • → R 1 -R 1 R 2 • + R 1 • → R 2 -R 1 R 2 • + R 2 • → R 2 -R 2 Zat radikal bebas yang terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya tekanan oksidatif oxidative stress di dalam tubuh. Tekanan oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat reactive oxygen intermediate ROI yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan asam nukleat seluler, protein, dan lemak, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan terhadap serangan radikal bebas Arief, 2006. Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh radikal bebas, antara lain: 1. Kerusakan DNA Kerusakan sel akibat reaktivitas senyawa radikal mengawali timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, infeksi, rheumatoid, liver, dan aging. Keadaan ini terjadi karena interaksi senyawa oksigen reaktif dengan DNA mengawali terbentuknya DNA adduct selama proses replikasi, yang berakibat terjadinya mutasi DNA. Kerusakan DNA ditunjukkan oleh bagian gula dan basa