BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL
ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan
1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilaksanakan dari tanggal 10 Maret sampai 12
April. Dalam penelitian ini, guru bidang studi memilihkan kelas VII B. Alasan guru memberikan akan membantu kelas VII B adalah kelas VII A dan
kelas VII B sama kalau dilihat dari segi nilai matematikanya, k elas VII B tidak cenderung brutal seperti kelas VII A. 5 April 2010 peneliti diberikan
kesempatan oleh Guru kolaborator untuk melihat pembelaja ran di kelas. Disaat melihat pembelajaran di kelas, siswa memperhatikan penjelasan guru,
tapi disaat guru meminta salah satu siswa kedepan untuk mengerjakan soal banyak yang tidak mau mengerjakan . 12 April 2010 peneliti mengajar di
kelas, jadwal masuk jam pertama pukul 7.00, tetapi hanya sebagian siswa yang baru datang, semua siswa yang laki -laki sembunyi di kelas samping dan
siswa yang lain baru datang pukul 7.30. Setelah pembelajaran dimu lai
keadaan kelas sangat gaduh, pukul 8.00 masih ada siswa yang baru datang. Saat pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak memperhatikan, ada
yang mengobrol, ada yang mukul -mukul meja, dan ada yang keluar dengan alasan mau ke kamar mandi. Disaat peneliti menawarkan ada yang mau
bertanya, tidak ada siswa yang bertanya. Setelah selesai pembelajaran, peneliti melakukan wawancara dengan
guru bidang studi matematika. Wawancara ini dilaksanakan untuk
mengetahui pendapat guru tentang model pembelajaran kooperatif metode make a match, perhatian siswa dalam pembelajaran matematika siswa, hasil
belajar siswa dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M
Dhofier selaku guru kelas VII A , diperoleh informasi bahwa minat siswa
terhadap pelajaran matematika kurang. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika dapat diindikasikan dengan seringnya siswa ngobrol di
kelas dan sering ke kamar mandi . Metode yang sering digunakan pada pembelajaran matematika adalah ceramah dan diskusi, sedangkan metode
make a match belum pernah di praktekkan di sekolah. Pada saat
pembelajaran, kira-kira 70 siswa mendengarkan, namun mendengarkan bukan berarti mereka memperhatikan,
terkadang siswa kelihatannya mendengarkan tapi ternyat a pikirannya ke mana-mana. Dan apabila ada salah
satu siswa bertanya atau memberi tanggapan, siswa yang la in jarang memberi tanggapan. Ketika guru memberikan pertanyaan, respon siswa
sangat kurang, karena sebagian besar dari mereka tidak siap dan mereka jarang mempersiapkan dari rumah. Dan jika diberi tugas, para siswa jarang
mengerjakan, tetapi terkadang mengerjakan juga, tergantung kondisi, jika guru keras pada siswa, misalkan tugas itu harus dikumpulkan , baru mereka
akan mengerjakannya. Kalau hanya tugas-tugas biasa mereka jarang mengerjakannya, terkadang hanya mengerjakan setengah. Jika dilihat dari
nilai hasil belajar dari keseluruhan siswa, masih banyak yang belum memenuhi KKM, adapaun KKM di sekolahan YMJ adalah 60.
Saran yang diberikan guru mata pelajaran matematika di SMP YMJ kepada peneliti terkait dengan penelitian ini, agar penelitian nanti dapat
diatasi dan dapat berjalan lancar adalah di kelas VII B nanti siswa -siswa cenderung brutal, walaupun tid ak sebrutal kelas VII A,
jadi harus mempersiapkan untuk pengelolaan kelasnya. Sebagian siswa akan sering
keluar kelas dengan alasan pergi ke kam ar mandi. Ada satu kelompok siswa yang jarang memperhatikan pelajaran matematika. Pengetahuan dasar siswa
kurang. Dan banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. 2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I
a Tahap perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti membuat silabus dan RPP
Rencana pelaksanaan Pembelajaran. Silabus dan RPP dibuat oleh
peneliti yang kemudian didiskusikan oleh Guru sekolah supaya tidak mengganggu aktifitas pembelajaran yang sedang berlangsung di
sekolah yang akan diteliti. Se lain membuat silabus dan RPP, pada tahap perencenaan ini peneliti juga membuat instrumen penelitian,
yaitu: Lembar observasi, lembar catatan lapangan , lembar wawancara untuk guru kolaborator, lembar wawancara untuk sebagian siswa dan
tes hasil belajar yang sudah didiskusikan dan disetujui oleh Dosen pembimbing.
Pada siklus ini terdiri dari 5 kali pertemuan. bab yang akan dibahas mengenai segitiga. Adapun materinya adalah pengertian dan
jenis-jenis segitiga pertemuan ke-1, jumlah besar sudut segitiga adalah 180° pertemuan ke-2, hubungan sudut dalam dan sudut luar
segitiga pertemuan ke-3, keliling dan luas segitiga pertemuan ke-4 dan pelaksanan tes akhir siklus I pada pertemuan ke -5.
b Tahap pelaksanaan 1 Pertemuan ke-1 Jumat, 16 April 2010
Pertemuan pertama yang seharusnya masuk pukul 07.00, baru dimulai pembelajaran pukul 07.30, hal itu dikarenakan masih
banyak siswa yang belum masuk kelas. Ketika pembelajaran dimulai ternyata masih sediki t yang memperhatikan penjelasan.
Materi yang dibahas pada pertemuan pertama yaitu pengertian dan jenis-jenis segitiga. Ketika siswa ditanya mengenai
materi segitiga, sebagian besar siswa sudah mengerti mengenai segitiga, karena saat SD segitiga sudah pernah dipelajari. Ketika
peneliti menawarkan siapa yang mau bertanya, tidak ada sisw a yang mau bertanya.
Setelah peneliti
memberikan pengantar
mengenai pengertian dan jenis-jenis segitiga, peneliti memulai menerapkan
metode make a match, sebelumnya peneliti memberikan tawaran kepada siswa, bagaimana kalau hari ini kita game? siswa serentak
menjawab “iya bu”. Setelah itu peneliti membagi siswa menjadi dua kelompok, kelompok pertama memegang kartu soal, dan
kelompok dua memegang kartu jawaban. Siswa yang memegang kartu jawaban, mengangkat karu jawabannya ke atas sehingga
kartunya bisa terlihat oleh siswa yang memegang kartu soal. Setelah semua siswa memegang ka rtu, peneliti memberikan
arahan kepada pemegang soal d engan cara menghitung, kemudian siswa yang memegang kartu soal langsung mengerjakan soal.
Setelah siswa yang memegang k artu soal selesai mengerjakan soal, mereka langsung mencari pasangannya dan kemudian
ditunjukkan kepada peneliti apakah mereka merupakan pasangan yang cocok.
Penerapan metode ini dilakukan seban yak dua kali, karena waktunya sudah tidak cukup lagi, karena masih ada satu kegiatan
lagi yaitu latihan soal untuk evaluasi pembelajaran tiap pertemuan. Ketika penerapan metode make a match di kelas, siswa-siswa
sangat antusias untuk mengikuti metode terse but, mereka terlihat sangat senang karena metode ini tergolong metode yang bar u
diterapkan di kelas. Sebagian siswa merasa senang d engan penerapan metode ini, tetapi ada sedikit siswa yang tidak
merespon metode ini, mereka hanya duduk-duduk di belakang. Setelah penerapan metode make a match, pada akhir
pembelajaran peneliti memberikan soal evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan pada pertemuan pertama, sebagian besar siswa
mengerjakan soal yang diberikan dan kemudian siswa
mengumpulkan soal ke meja guru. 2 Pertemuan ke-2 Senin, 19 April 2010
Pada pertemuan ke dua, materi yang dibahas mengenai jumlah besar sudut segitiga , peneliti memberikan pengantar
kepada para siswa bahwa jika besar ketiga sudut segitiga dijumlahkan, maka besarnya adalah 180°. Jadi jika ada sebuah
6
pada akhir pembelajaran diterapkan, sebagian besar siswa
mengerjakan soal yang dib erikan kemudian mengumpulkannya, setelah dicek oleh peneliti di rumah, ada dua siswa yang tidak
mengerjakan soal tersebut. 3 Pertemuan ke-3 Kamis, 22 April 2010
Pada pertemuan ketiga, materi yang dibahas adalah hubungan sudut dalam dan sudut luar pada segitiga, pembahasan
pada materi ini awal mulanya siswa bingu ng, karena materi ini baru dipelajari di SMP, setelah peneliti memberikan pengantar,
siswa mulai paham dengan materi tersebut. Pertemuan ini sudah banyak siswa yang memperhatikan
penjelasan, tetapi masih sedikit yang bertan ya. Siswa yang
memperhatikan temannya ketika bertanya masih sedikit, d an siswa yang
meresponnya hanya ada dua siswa. Peneliti harus
menawarkan terlebih dulu kepada siswa lain untuk menanggapi pertanyaan temannya yang ditanyakan kepada peneliti, setelah
peneliti meminta siswa lain unt uk menanggapi barulah ada siswa yang mau menjawab pertanyaan temannya itu .
Ketika penerapan metode make a match masih ada dua siswa yang tidak mengikuti metode ini. Mereka sudah memegang
soalnya, tetapi mereka malas untuk mengerjakan dan mencari pasangannya. Sehingga temannya yang memegang jawabannya
harus mencari-cari soalnya. Meskipun ada siswa yang tidak mengikuti metode ini, sebagian besar siswa sangat antusias dengan
penerapan metode make a match. Ada salah satu siswa yang antusias sekali dengan metod e ini, padahal siswa tersebut sudah
mendapatkan pasangannya, tetapi dia selalu membantu temannya yang
belum mendapatkan
pasangannya untuk
mencari jawabannya, lalu mencarikan pasangannya. Sebagian besar siswa
mengerjakan soal evaluasi di akhir pembelajaran dan kemudian mengumpulkannya.
4 Pertemuan ke-4 Jumat, 23 April 2010 Pada pertemuan keempat, materi yang dibahas mengenai
keliling dan luas segitiga, peneliti hanya memberikan pengantar mengenai rumus keliling dan luas segitiga, peneliti mengingatkan
kepada para siswa pada saat SD rumus mencari keliling dan luas segitiga sudah dijelaskan, sehingga para siswa mengingat -ingat
rumusnya. Akan tetapi, peneliti langsung memberikan variasi - variasi soal mengenai keliling dan luas segitiga yang sekiranya
soal-soalnya berbeda waktu dipelajari di SD. Pada pertemuan kali ini siswa sudah mulai banyak yang memperhatikan penjelasan
yang diberikan oleh peneliti. Peneliti menawarkan
kepada siswa agar mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum difahaminya, hanya ada
dua siswa yang bertanya, siswa tersebut bertanya ”jika segitiganya sembarang, bagaimana bu cara mencari luas segitiganya?”
kemudian peneliti menjawabnya, kal au ada segitiga sembarang cara mencari luas
segitiga ada rumus tersendiri, t idak menggunakan rumus yang alas dikali tinggi lalu dibagi dua, tetapi
menggunakan rumus, L = , dimana S
adalah keliling segitiga. Ada juga yang bertanya, ”kalau dike tahui luasnya terus dicari tingginya bagaimana bu?”. S ebelum peneliti
menjawabnya, peneliti terlebih dahulu menawarkan kepada para siswa untuk mencoba menjawabnya, dan ada dua siswa yang
mencoba menjawabnya. Peneliti memulai menerapkan metode make a match,
seluruh siswa mengikuti dan merespo n penerapan metode make a match. Penerapan metode make a match kali ini berbeda dengan
penerapan metode make a match sebelumnya, peneliti menerapkan
8
metode ini dengan cara setiap kartu dipegang oleh dua siswa, jadi setiap satu soal dikerjakan oleh dua siswa sehingga mereka bisa
bekerja sama untuk mencari jawabannya. Begitu juga dengan siswa yang memegang jawabannya, sat u kartu jawaban dipegang
oleh dua siswa. Setelah mereka menemukan jawabannya, salah satu dari perwakilan kelompok siswa yang sudah menemukan
jawabannya maju kedepan dan bertanya kepada peneliti apakah mereka sudah menjadi pasangan yang cocok. Jika menurut peneliti
masih belum cocok jawabannya, siswa yang memegang soal mengerjakan soalnya lagi sampai menemukan jawabannya yang
cocok. Setelah penerapan metode make a match, seluruh siswa
mengerjakan soal yang diberikan dan lalu mengumpulkannya . Guru kolaborator memberikan komentar
mengenai proses pembelajaran hari ini, menurut guru kolaborator, kelas VII B
sudah mengalami banyak kemajuan. Siswa -siswa sudah mulai banyak yang mengerjakan soal, s ebelumnya jarang ada yang mau
mengerjakan, apalagi jika diminta untuk dikumpulkan. 5 Pertemuan ke-5 Senin, 26 April 2010
Pelaksanaan tes siklus I dilaksanakan pada pertemuan ke -5, alokasi waktu pada tes siklus I i ni adalah 2 x 40 menit. Materi
yang diujikan antara lain: pengertian dan jenis -jenis segitiga, menunjukkan bahwa jumlah besar sudut segitiga adalah 180°,
Menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar s egitiga dalam pemecahan soal, m enghitung keliling dan luas segitiga.
Pada tes siklus I berjalan dengan lancar, tetapi banyak siswa bertanya maksud soalnya, ada juga yang bertanya tetapi
pertanyaannya sudah mend ekati dengan jawabannya. P eneliti hanya memberikan pengertian agar mereka bisa mandiri untuk
mengerjakannya. Berikut
dokumentasi aktivitas
siswa
No Aspek yang
diamati I
II III
IV Rata-
rata
1 Siswa
memperhatikan penjelasan
guru 50
55 73,3
75 63,33
K e
t erangan: Pedoman untuk memberikan interpretasi
koefisien korelasi
1. 80 ≤ x ≤ 100 : Sangat Baik 2. 60 ≤ x 80 : Baik
3. 40 ≤ x 60 : Cukup 4. 20 ≤ x 40 : Kurang
5. 0 ≤ x 20
: Sangat Kurang x menggambarkan banyaknya siswa yang melaksanakan aktivitas
perhatian. Berdasarkan tabel 2 diperoleh informasi bahwa perhatian siswa
pada siklus I adalah sebagai berikut: 1 Siswa memperhatikan penjelasan guru
Pada aspek ini, rata-rata siswa memperhatikan penjelasan guru adalah 63,325. Aspek ini sudah bisa dikatakan bagus .
2 Siswa
memperhatikan temannya
ketika temannya
memberi tanggapan atau
pertanyaan
37,5 31,6
40 27,28
3 Siswa
merespon mengerjakan
soal yang diberikan guru
100 95
78,95 100
93,49
4 Siswa
merespon menanggapi
pertanyaan yang diberikan
temannya 6,25
5,7 5
4,24
5 Siswa
merespon dan antusias dalam
penerapan metode make a
match 93,8
90 94,7
100 94,63
Rata-rata keseluruhan 56,6
2 Siswa memperhatikan temannya ketika temannya memberi tanggapan atau pertanyaan.
Pada aspek ini bisa dikatakan masih kurang karena rata -rata pada aspek ini hanya 27,275. Pada aspek ini masih kurang karena
siswa-siswa lebih memperhatikan jika gurunya yang member i tanggapan. Jadi, jika temannya yang member tanggapan biasanya
siswa yang lain jarang ada yang memperhatikannya. 3 Siswa meresponmengerjakan soal yang diberikan guru .
Rata-rata siswa meresponmengerjakan soal yang diberikan guru adalah: 27,275. Pada aspek ini, siswa merespon mengerjakan soal
tidak hanya ketika diberi soal kuis pada akhir pertemuan, tetapi ketika guru bertanya atau memberikan soal secara lisan, para siswa juga
meresponnya. Akan tetapi pengukuran pada aspek ini diukur ketika siswa diberikan soal kuis pada akhir pertemuan, berapa banyak siswa
yang mengerjakannya. 4 Siswa meresponmenanggapi pertanyaan yang diberikan temannya
Rata-rata pada aspek ini sangat k ecil dibanding dengan aspek yang lain. Rata-rata pada aspek ini adalah: 4,238. Respon siswa
sangat kurang ketika guru meminta untuk menanggapi pertanyaan temannya ketika siswa yang lain bertanya kepada guru lalu guru
meminta siswa yang lain menanggapinya. 5 Siswa merespon dan antusias dalam penerapan metode make a match
Pada siklus pertama ini, siswa sangat antusias dalam penerapan metode make a match. Rata-rata pada aspek ini adalah: 94,625. Hasil
ini memiliki nilai yang sangat baik. Para siswa sangat antusias pada penerapan metode ini, para siswa mengatakan, penerapan metode ini
seperti permainan sehingga pembelajaran yang terjadi
tidak membosankan.
Hasil belajar selama siklus I diperoleh dari nilai tes akhir si klus I pada pertemuan keempat. Hasil tes akhir siklus I tersebut d apat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus I
Interval F
f relatif f relatif
kumulatif
52-57 7
22,6 100
58-63 4
12,9 77,4
64-69 14
45,2 64,5
70-75 3
9,7 19,3
76-81 1
3,2 9,6
81-86 2
6,4 6,4
Selain dalam bentuk persentase nilai tes akhir siklus I, peneliti juga menyajikan nilai tes akhir siklus I siswa dalam bentuk data statistik
deskriptif. Statistik deskriptif nilai tes akhir siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika Akhir Siklus I
No Statistik
Nilai
1 Nilai tertinggi
84 2
Nilai terendah 52
3 Banyaknya siswa
yang mendapat nilai di bawah
KKM 7
4 Rata-rata
64,3 5
Standar deviasi 8,06
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini mencapai rata-rata 64,3. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa pada siklus I ini sudah baik, namun masih ada 7 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
d Tahap refleksi Senin, 26 April 2010 Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan refleksi terhadap
hasil dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
No Aspek
Temuan Rencana
Perbaikan Peneliti
Siswa 1
Penerapan Metode
make a match
- Pengaturan waktu tidak
sesuai yang direncanakan
- Banyaknya kartu soal
dan kartu jawaban
yang diberikan ke
siswa tidak proporsional,
sehingga membuat
siswa bingung.
- Ada beberapa
siswa yang tidak mau
ikut serta dalam
penerapan metode
make a match
- Siswa terkadang
bingung untuk
mencari jawaban
yang cocok, karena ada
beberapa siswa laki-
laki yang iseng.
- Mengoptimal kan waktu
untuk penjelasan
materi, sehingga
masih ada banyak sisa
waktu untuk penerapan
metode make a match
- Kartu soal dan jawaban
harus dihitung
dengan benar
- Tidak boleh gugup ketika
dalam proses penerapan
metode make a match tidak
sesuai dengan apa
yang sudah di
rencanakan
2 Perhatian
siswa - Masih ada
kesulitan untuk
membangkit kan siswa
untuk bertanya dan
menanggapi - Masih ada
sekelompok siswa yang
tidak memperhati
kan materi yang
dijelaskan - Memberikan
pengertian kepada
sekelompok siswa untuk
mem- perhatikan
dan peneliti
pertanyaan siswa yang
lain. - Belum
maksimal dalam
pengelolaan kelas ketika
penjelasan materi.
oleh peneliti - Siswa yang
bertanya masih
sangat sedikit.
- Siswa yang memperhati
kan dan menanggapi
pertanyaan temannya
sangat jarang
sekali. akan bersikap
tegas jika dalam proses
pembelajaran selanjutnya
masih ada yang tidak
mem- perhatikan
- Memberikan suasana kelas
lebih santai agar siswa
tidak tegang
- Peneliti memberikan
motivasi kepada siswa
untuk sering bertanya.
Selama pembelajaran siklus I, siswa memberikan respon yang positif pada penerapan metode make a match walaupun ketika
penjelasan materi mereka masih belum kooperatif. Mereka terlihat sangat senang dengan diterapkannya metode make a match.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata -rata persentase perhatian siswa mencapai 56,6. Hal ini menunjukka n bahwa rata-rata
persentase perhatian siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata -rata persentase perhatian siswa
harus mencapai 70. Aspek perhatian siswa yang perlu ditingkatkan adalah memperhatikan penjelasan g uru, memperhatikan pertanyaaan
tanggapan teman, meresponmenanggapi pertanyaan temannya. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh hasil belajar sisw a
mencapai nilai rata-rata 64,3. Ada 7 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa tes hasil belajar siswa
pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 70 dan tidak ada
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 60.
Seluruh hasil yang diperoleh d ari pelaksanaan siklus I ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian belum tercapai,
sehingga penelitian masih harus melanjutkan pada tahap siklus II dengan hasil refleksi ini digunakan untuk perbaikan.
3. Siklus II a Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti membuat RPP yang sudah didiskusikan oleh guru kolaborator supaya tidak mengganggu aktifitas
pembelajaran yang sedang berlangsung di sekolah yang akan diteliti. Selain silabus dan RPP, pada tahap perencenaan ini peneliti jug a
membuat instrumen penelitian, yaitu: Lembar observasi, lembar catatan lapangan, lembar wawancara untuk guru kolaborator, lembar
wawancara untuk sebagian siswa dan Tes hasil belajar yang sudah didiskusikan oleh Dosen pembimbing.
Materi pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan keenam atau pertemuan pertama pada siklus II adalah tentang pengertian
jajargenjang, Persegi panjang, belah ketupat, persegi, trapezium dan layang-layang menurut sifatnya. Serta membahas mengenai sifat -sifat
segiempat ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya. P ertemuan kedua pada siklus II ini akan membahas mengenai cara m enurunkan rumus
dan menghitung keliling segiempat . Materi yang akan dibahas pada pertemuan kedelapan atau pertemuan ketiga pada siklus II adalah cara
menurunkan rumus dan menghitung luas segiempat. b Tahap pelaksanaan
1 Pertemuan ke-1 Kamis, 29 April 2010 Memasuki pertemuan pertama pada siklus II , siswa-siswa
sudah banyak kemajuan. Hampir seluruh siswa memperhatikan penjelasan,
tetapi masih ada satu kelompok ya ng belum
memperhatikan. Materi yang dibahas mengenai pengertian
6
jajargenjang, persegi panjang, belah ketupat, persegi, trapes ium dan layang-layang menurut sifatnya. Serta membahas mengenai
sifat-sifat segiempat ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya. Penerapan metode
make a match seluruh siswa
mengikutinya, dan berjalan lancar. Ketika diminta mengerjakan soal para siswa mengerjakan dan mengu mpulkannya. Meskipun
sudah banyak yang memperhatikan tapi masih ada yang izin ke kamar mandi. Pertemuan pertama siklus II ada salah satu siswa
yang mengoperasikan handphone. 2 Pertemuan ke-2 Jumat, 30 April 2010
Materi yang disampaikan pada pertemuan ke II siklus II mengenai keliling bangun datar segi empat , untuk materi ini
peneliti hanya memberikan pengantar rumus-rumus segi empat dan langsung mengaplikasikan pada contoh soal. Pada pertemuan
ini sudah banyak yang memperhatikan materi yang d ijelaskan oleh peneliti, tetapi masih ada juga yang tidak memperhatikan
penjelasan, ada seorang siswi yang sering mengeluarkan hp dari sakunya.
Saat pertemuan ke-2, sebagian siswa sudah paham dengan materi yang telah disampaikan. Ada
siswa yang bertanya mengenai materi keliling segi empat, pertanyaan yang ditanya
rata-rata mengenai cara mencari keliling layang -layang atau belah ketupat jika diketahui panjang diagonalnya. Ketika itu peneliti
menawarkan kepada siswa yang kemampuannya lebih diantara siswa yang lain, dan dia menjawab, ”pertama harus dicari sisi -
sisinya dulu menggunakan rumus phytagoras, lalu dicari kelilingnya”.
Peran siswa pada penerapan metode make a match sangat bagus sekali pada pembelajaran ke-2 siklus II, metode make a
match pada pertemuan ini, diterapkan dengan cara setiap kartu
8
memegang jawabannya harus mencari -cari soalnya. Penerapan metode ini berjalan dengan lancar, meskipun ada dua siswa yang
tidak mengikuti penerapan metode ini, tetapi semua siswa sangat antusias dengan penerapan metode make a match. Ada salah satu
siswa yang antusias sekali dengan metode ini, padahal siswa tersebut sudah mendapatkan pasangannya, siswa tersebut selalu
membantu temannya yang belum mendapatkan pasangannya untuk mencari jawabannya lalu mencarikan pasangannya. Sebagian
besar siswa mengerjakan soal evaluasi di akhir pembelajaran dan kemudian mengumpulkannya, masih ada empat siswa yang tidak
mengerjakannya. 4 Pertemuan ke-4 Kamis, 6 Mei 2010
Pertemuan keempat siklus II dilakukan tes akhir siklus 2, Materi yang akan diujikan mengenai pengertian jajargenjang,
persegi panjang, belah ketupat, persegi, trapes ium dan layang- layang menurut sifatnya,
sifat-sifat segiempat ditinjau dar i diagonal, sisi dan sudutnya, m enghitung keliling dan luas segi
empat. Pelaksanaan tes siklus II ini berjalan lancar dan siswa sudah
mulai mandiri saat mengerjakan soal, meskipun masih ada siswa yang masih menanyakan jawaban. Guru hanya meyakinkan bahwa
semuanya pasti bisa, karena soal yang ada sudah dipelajari. Berikut ini dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan soal tes
siklus II.
No Aspek yang diamati
I II
III Rata-
rata
1 Siswa memperhatikan
penjelasan guru 94,7
89,4 90
91,4 2
Siswa memperhatikan temannya ketika
temannya memberi 73,7
65,8 60
66,5
60
Keterangan: Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
1. 80 ≤ x ≤ 100 : Sangat Baik 2. 60 ≤ x 80 : Baik
3. 40 ≤ x 60 : Cukup 4. 20 ≤ x 40 : Kurang
5. 0 ≤ x 20
: Sangat Kurang x menggambarkan banyaknya siswa yang melaksanakan aktivitas
perhatian. Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan perhatian siswa
memiliki rata-rata sebesar 72,82. Hal ini menunjukkan ba hwa indikator keberhasilan perhatian pada siklus II ini sudah tercapai.
Penjelasan-penjelasan dari indikator perhatian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru .
Rata-rata siswa memperhatikan penjelasan guru adalah 91,4. Hal ini menunjukkan bahwa diasaat guru atau peneliti
menjelaskan materi pada siklus II, hampir seluruh siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh
peneliti. 2.
Siswa memperhatikan temannya ketika temannya memberi tanggapan atau pertanyaan.
tanggapan atau pertanyaan
3 Siswa
meresponmengerjakan soal yang diberikan guru
100 100
90 96,7
4 Siswa
meresponmenanggapi pertanyaan yang
diberikan temannya 10,5
10,5 12,5
11,2
5 Siswa merespon dan
antusias dalam penerapan metode make a match
100 100
95 98,3
Rata-rata keseluruhan 72,82
61
Rata-rata siswa memperhatikan temannya ketika temannya memberi tanggapan atau pertanyaan memiliki rata -rata 66,5.
Dan dilihat dari rata-rata tersebut, indikator per hatian siswa tersebut sudah bisa dikatakan baik.
3. Siswa meresponmengerjakan soal yang diberikan guru
Rata-rata siswa meresponmengerjakan soal yang diberikan guru memiliki rata-rata 96,7. Untuk indikator ini memang
memiliki rata-rata yang sangat baik. Hampir seluruh siswa mengerjakan
soal evaluasi
di ak hir
pembelajara dan
mengumpulkannya. 4.
Siswa meresponmenanggapi
pertanyaan yang
diberikan temannya
Rata-rata Siswa meresponmenanggapi pertanyaan yang diberikan temannya hanya memiliki rata -rata 11,2. Hal ini
menunjukkkan bahwa rata -rata tersebut masih sangat kurang. Jika dilihat selama proses pembelajaran di kelas, siswa jarang
sekali menanggapi pertanyaan atau jawaban yang diutarakan oleh temannya sendiri. Ada siswa yang mau menanggapi pertany aan
temannya, tapi sebelumnya peneliti harus menawarkan terlebih dahulu kepada siswa yang lain, apakah ada yang mau
menanggapi pertanyaaan temannya. Terkadang juga peneliti menunjuk siswa secara langsung untuk menanggapi pertanyaan
temannya. 5.
Siswa merespon dan antusias dalam penerapan metode make a match
Siswa sangat antusias ada penerapan metode make a match, tetapi ada beberapa siswa yang tidak mengikuti penerapan
metode ini. Rata-rata siswa merespon dan antusias dalam penerapan metode make a match memiliki rata-rata 98,3. Hal
ini menunjukkan bahwa rata -rata tersebut sudah bisa dikatakan sangat baik.
62
Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada pertemuan kesembilan. Hasil tes akhir siklus II tersebut da pat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 6 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II
Interval F
f relatif f relatif
kumulatif
68-73 22
66,6 100
74-79 7
21,2 33,4
80-85 2
6,1 12,2
86-91 2
6,1 6,1
Selain dalam bentuk persentase nilai tes akhir siklus II, peneliti juga menyajikan nilai tes akhir siklus II siswa dalam bentuk data statistik
deskriptif. Statistik deskriptif nilai tes akhir siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II
No Statistik
Nilai
1 Nilai tertinggi
88 2
Nilai terendah 68
3 Banyaknya siswa
yang mendapat nilai di bawah
KKM 4
Rata-rata 72,4
5 Standar deviasi
5,6
63
Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus 2 ini mencapai rata-rata 72,4. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa pada siklus 2 ini sangat baik dan tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
c Tahap refleksi Kamis, 6 Mei 2010 pada tahap refleksi pada siklus II ini dilaksanakan setelah
pelaksanaan tes hasil belajar siklus II. Pada tindakan siklus II ini sudah berjalan dengan lancar,
sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan peneliti saat pembelajaran berlangsung, para siswa juga
sudah memulai
memperhatikan temannya
ketika temannya
memberikan pertanyaan atau tanggapan, t etapi pada siklus II ini masih sedikit siswa yang mau menanggapi pertanyaan temannya,
hanya beberapa siswa yang mau menanggapi pertanyaan temannya tetapi harus diminta terlebih dahulu oleh peneliti, atau peneliti
langsung menunjuk salah satu siswa untuk menanggapinya. Pelaksanaan metode make a match pada silus II ini berjalan dengan
lancar, hampir seluruh siswa menyukai metode ini, ada sedikit siswa yang tidak kooperatif terhadap metode ini. Para siswa sangat antusias
pada penerapan metode ini. K etika pelaksanaan tes evaluasi tiap akhir pertemuan masih ada siswa yang tidak mengerjakan tes evaluasi.
Keseluruhan hasil nilai rata -rata observasi perhatian siswa pada siklus II memiliki rata -rata 72,82. Dilihat dari rata-rata tersebut
perhatian siswa sudah bisa dikatakan baik. Hal ini berarti indikator keberhasilan pada observasi perhatian siswa sudah tercapai, indikator
keberhasilan pada penelitian ini yakni persentase perhatian siswa yang diamati melalui lembar observasi pada siklus II sudah mencapai lebih
dari atau sama dengan 70. Dilihat satu persatu dari semua aspek perhatian siswa, ada satu aspek yang sangat susah untuk ditingkatkan,
aspek tersebut yakni “Siswa meresponmenanggapi pertanyaan yang diberikan temannya”. A spek tersebut sangat susah sekali untuk
64
ditingkatkan, dan di siklus II aspek tersebut hanya memiliki rata -rata 11,2. Jika dilihat dari rata -rata tersebut, aspek perhatian siswa
tersebut dapat dikatakan masih sangat kurang. Nilai rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 72,4,
nilai tertinggi siswa adalah 88, sedangkan nilai terendah adalah 68. Rata-rata nilai kuis tiap pertemuannya memiliki rata -rata 71,7. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan pada nilai rata -rata tes hasil belajar siswa sudah tercapai, yakni rata -rata siswa lebih dari atau
sama dengan 70 dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yakni: 60.
Berdasarkan refleksi pada siklus II ini, dapat dilihat secara jelas bahwa semua indikator keberhasilan sudah tercapai semua, yakni:
Persentase perhatian siswa yang diamati melalui lembar observasi pada siklus II sudah mencapai lebih dari atau sama dengan 70, dan rata-
rata tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus sudah mencapai lebih dari atau sama dengan 70 dan tidak ada
siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM yaitu 60. Hal ini menunjukkan bahwa kedua indikator keberhasilan telah tercapai maka
penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan siklus II .
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk tes dilaks anakan pada setiap
akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa pada tiap pertemuan dan tiap siklus sebagai implikasi dari
PTK. Instrumen non tes berupa lembar observasi , catatan lapangan jika ada
suatu kejadian dan wawancara yang ditujukan untuk guru dan siswa. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan sedangka n wawancara dilakukan pada
65
setiap akhir siklus. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi, dilakukan
member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali keterangan atau informasi yang
diperoleh selama observasi dari narasumber, memeriksa apakah data tersebut tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan kebenaran
datanya. Selain melakukan member check, untuk mendapatkan data yang absah dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamata n terhadap
perhatian siswa apakah menunjukkan peningkatan dengan dit erapkannya metode make a match. Hal ini bertujuan untuk menggali data dari sumber
yang sama yaitu siswa, dengan menggunakan cara yang berbeda. Peneliti juga secara rutin melakukan wawancara dan diskusi dengan guru kolaborator
mengenai hasil observasi yang diperoleh, dibaca berulang -ulang, agar tetap fokus pada penelitian dan data yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
C. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, yang diperoleh dari berbagai sumb er. Diantaranya sebagai berikut:
1. Perhatian siswa Perhatian siswa dalam belajar matematika dapat dilihat melalui
lembar observasi, lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui persentase perhatian siswa serta menganalisis dan merefleksi setiap siklus.
Adapun hasil observasi perhatian siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8 Rekapitulasi Persentase Perhatian Siswa Siklus I dan II
No Aspek yang diamati
Siklus 1 Siklus 2
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru
63,325 91,4
2 Siswa memperhatikan temannya ketika
temannya memberi tanggapan atau pertanyaan
27,275 66,5
66
3 Siswa meresponmengerjakan soal yang
diberikan guru 93,488
96,7 4
Siswa meresponmenanggapi pertanyaan yang diberikan temannya
4,238 11,2
5 Siswa merespon dan antusias dalam
penerapan metode make a match 94,625
98,3 Rata-rata
56,6 72,82
Berdasarkan tabel 8 diperoleh informasi bahwa rata -rata persentase perhatian siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 16,22,
siklus I memiliki rata -rata sebesar 56,6 dan rata-rata pada siklus II sebesar 72, 82. Rata-rata aspek siswa memperhatikan penjelasan guru
pada siklus II adalah 91,4. Hal ini menunjukkan bahwa diasaat guru atau peneliti menjelaskan materi pada siklus II, hampir seluruh siswa
memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh peneliti. Sedangkan rata-rata aspek siswa
memperhatikan temannya ketika
temannya memberi tanggapan atau pertanyaan memiliki rata -rata 66,5, jika dilihat selama proses pembelajaran di kelas, siswa jarang sekali
menanggapi pertanyaan atau jawaban yang diutarakan oleh tem annya sendiri. Ada beberapa siswa yang mau menanggapi pertanyaan temanny a,
tapi sebelumnya peneliti harus menawarkan terlebih dahulu kepada siswa yang lain, apakah ada yang mau menanggapi pertanyaaan temannya.
Terkadang juga peneliti menunjuk siswa secara langsung untuk menanggapi pertanyaan temannya.
Meskipun aspek tersebut b elum memenuhi indikator keberhasilan, akan tetapi jika dilihat, dari siklus I ke
siklus II aspek tersebut mengalami kenaikan sebesar 6,97. Dan dilihat dari rata-rata tersebut, indikator perhatian siswa tersebut sudah bisa
dikatakan baik. Selama penerapan metode make a match berlangsung, siswa
memberikan respon yang positif pada penerapan metode make a match. Mereka terlihat sangat senang dengan diterapkannya metode make a
match. Pada saat penerapan metode make a match, siswa sangat antusias