Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akal pikiran merupakan kelebihan luar biasa yang dimiliki manusia, dan tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. Dengan akal pikiran, manusia mampu menjadikan dirinya sebagai khalifah yang secara lahir dan batin memilki tanggung jawab, untuk mengembangkan dan melestarikan alam semesta sebagai tempat dan teman hidup manusia di bumi. Dengan akal pula manusia dapat membekali dirinya dengan keilmuan yang secara bertahap mengalami perkembangan yang sangat luas. Pengetahuan yang diperoleh manusia dapat dikonstruks i dengan beberapa pengembangan, baik melalui pengalaman maupun dengan pendidikan. Seperti yang diterangkan dalam Q.S Al An’am: 165 َوُھ َﻮ ﱠﻟ ا ِﺬ ْي َﺟَﻌ َﻠُﻜ ْﻢ َﺧ َﻼِﺋ َﻒ ْاَﻻ ْر ِض َوَر َﻓَﻊ َﺑْﻌ َﻀُﻜ ْﻢ َﻓْﻮ َق َﺑْﻌ ٍﺾ َدَر َﺟ ٍت ﺎ ِﻟَﯿ ْﺒُﻠ َﻮُﻛ ْﻢ ِﻓ ْﻲ َﻣ َا ﺎ َﺗ ُﻛ ﺎ ْﻢِإ ﱠن َرﱠﺑ ُﻜْﻢ َﺳِﺮ ْﯾ ُﻊْا ِﻌ ﻟ َﻘ ِب ﺎ َوِإّﻧ ُﮫ َﻟَﻐ ُﻔْﻮ ٌر َرِﺣ ْﯿ ٌﻢ “Dan Dia-lah yang menjadikanmu sebagai Khalifah -khalifah di bumi dan mengangkat derajat sebagian kamu di atas yang l ain, untuk mengujimu ataskarunia yang diberikan -Nya kepadamu, sesungguhnya tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia maha pengampun, maha penyayang ”. 1 Pendidikan yang berlangsung di sekolah, terlihat jelas dalam proses pembelajaran, yang dikenal sebagai kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan . Belajar bukan mengingat tetapi mengalami. Sedangkan mengaja r adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid dan guru hanya membimbing. ” 2 Dari pernyataan di atas, dapat dimengerti bahwa dalam pembelajaran, terdapat dua proses yaitu proses mengajar oleh guru dan belajar yang dilakukan oleh siswa. 1 Depag RI, Al Hikmah AlQuran dan Terjemah , Bandung: Diponegoro, 2007 2 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001, h. 27 Dalam interaksi pembelajaran, baik secara formal maupun non formal, sering terdapat problem dan kendala yang secara substansial dapat mempengaruhi konsentrasi guru dalam menyampaikan materi, itu disebabkan karena kurangnya perhatian siswa dalam belajar. Apalagi ketika mata pelajaran yang dihadapi tergolong sulit serta membutuhkan konsentrasi dan stimulasi belajar yang t inggi. Hambatan atau kesulitan yang dialami oleh guru dan siswa dapat menyebabkan kurang maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal tersebut merupakan persolan pembelajaran pendidikan yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya, misalnya matematika, yang selalu menjadi mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa, sehingga nilai yang didapatkan siswa pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Bagi sebagian siswa yang menganggap matematika itu pelajaran yang sul it dipahami, hasil belajar mereka pada pelajaran matematika sangatlah rendah. Hal ini dapat dilihat dari wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP YMJ yang menyebutkan bahwa rata - rata hasil belajar matematika siswa hanya 63. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan perhatian mereka dalam mempelajari matematika sangatlah kurang, dan itu dapat diindikasikan dari kurangnya kemauan siswa dalam mempelajari matematika, seringnya siswa mengobrol di kelas, sering izin ke kamar mandi, dan berbagai alasan lain sehingga mereka bisa terbebas dari pelajaran matematika. Salah satu bentuk keseriusan dalam belajar adalah adanya perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru didepan kelas. Perhatian merupakan suatu aktivitas yang vital dalam pendidikan, maksudnya yakni perhatian adalah suatu proses pemilihan suatu perangsang -perangsang yang lain yang pada setiap saat merangsang mekanisme reseptif kita, persis halnya dengan perbuatan bergerak yang kita lakuk an karena suatu perangsang yang lain. 3 Jika perhatian siswa dalam pembelajaran matematika sangat kurang karena kurang adanya kemauan siswa dan berbagai macam a lasan sehingga mereka bisa terbebas dari pelajaran matematika, sampai kapanpun mereka tidak akan memahami pelajaran matematika, padahal matematika merupakan pelajaran yang 3 H. Carl Witherington, Educational Psychology , Bandung: CV. Jemmars, 1999 cet V, h. 121 sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari -hari. Oleh karena itu perhatian siswa dalam belajar sangat penting, karena “dalam kehidupan sehari - hari seseorang perlu memusatkan perhatiannya terhadap apa yang sedang dilakukannya, karena dengan adanya perhatian akan menjadikan pekerjaan itu dapat dilakukan dengan baik dan hasilnyapun dapat diharapkan pula”. 4 Hasil tersebut pada proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang dilakukan saat tes formatif, kalau siswa memberikan perhatiann ya pada pelajaran matematika, siswa akan mendapatkan nilai yang bagus. Dari situlah mengapa perhatian sangat penting dalam proses pembelajaran matematika, karena perhatian sangat memberikan kontribusi terhadap hasil belajar. Permasalahan rendahnya hasil b elajar siswa pada pelajaran matematika, juga menjadi persoalan bagi guru untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Guru harus berupaya bagaimana caranya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan bosan dalam mengikuti pelajaran matematika, sehingga s iswa dapat belajar matematika dengan fun dan memeberikan perhatiannya pada materi pelajaran matematika yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode make a match, agar hasil belajar pada pelajaran matematika lebih meningkat. Peneliti menggunakan metode tersebut karena, “metode tersebut dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, dan dalam metode ini, anak didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”. 5 Penerapan metode Make a match cocok digunakan untuk meningkatkan perhatian siswa, karena make a match merupakan metode yang beda dengan metode yang lain. Metode ini bermanfaat memperdalam pemahaman materi atau konsep matematika, make a match juga bisa dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan permainan, sehingga ketika met ode ini diterapkan, suasana proses 4 Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 cet III, h. 152 5 Yudha M. Saputra, dkk, Strategi Pembelajaran Kooperatif , Jakarta: Bintang warli Artika, h. 67 pembelajaran akan terkesan menyenangkan . Penerapan metode make a match diharapkan dapat meningkatkan perhatian siswa pada mata pelajaran matematika. Dari hal-hal yang sudah diuraikan di atas, penulis tertarik mengadakan Penelitian kulitatif dengan memilih judul, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Perhatian Siswa pada Pembelajaran Matematika di SMP YMJ”

B. Pembatasan Fokus Penelitian