pengambilan kebijakan di desa antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Lembaga Musyawarah Desa.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat :
a. Bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan
dalam membuat karangan ilmiah. b.
Memberikan data empirik hasil penelitian mengenai efektifitas dalam pengambilan kebijakan di desa antara Badan Permusyawaratan Desa
dengan Lembaga Musyawarah Desa. c.
Sebagai perbandingan bagi penelitian yang serupa di masa yang akan datang dan segala pemanfaatan dari tulisan ini.
E. Kerangka Teori
Menurut Singarimbun 1989 :37, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai dari teori dan teori inilah ciptaan
manusia, kemudian teori dihadapkan kepada pengujian. Adapun teori yang relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori tentang Efektifitas, Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Musyawarah Desa dan Kebijakan.
1. Efektifitas
Menurut Miller dalam Tangkilisan, 2005 :138 mengemukakan bahwa “Efectiveness be de fine as the degree to which a social system achieve its goals.
Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency is mainly
Universitas Sumatera Utara
concerned with goals attain ments” artinya efektifitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu system sosial mencapai tujuannya. Efektifitas ini harus
dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dengan hasil, sedangkan efektifitas secara langsung
dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan. Sedangkan menurut Georgopualos dan Tannebaum dalam Tangkilisan,
2004 :139 “Effectiveness as the extent to which an organization as a social system, given certain resources and mean, fulfill it’s objective whithout placing
starin upon it’s members”, artinya efektifitas adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan system sosial dengan segala sumber daya dan sarana
tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya. Tanpa pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak perlu diantara anggotanya.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas menunjukkan pada tingkat sejauh mana melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan cara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada.
2. Badan Permusyawaratan Desa
Menurut PP No. 72 Tahun 2005 bahwa Badan Permusyawaratan Desa BPD adalah Badan perwakilan dari penduduk desa yang bersangkutan
beradasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, yang terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi,
pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5
Universitas Sumatera Utara
lima orang dan paling banyak 11 sebelas orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
Sedangkan menurut Perda Kabupaten Simeulue No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
sebagai lembaga legislatif dan pengawasan desa dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran dan belanja desa dan keputusan kepala desa.
Selain itu, lembaga ini merupakan lembaga legislatif mini yang bekerja sama dengan Kepala Desa sebagai eksekutif dalam merumuskan kebijakan dan
menjalankan roda pemerintahan. Dalam proses kerja sama tersebut kedua lembaga tersebut merupakan mitra sejajar untuk menentukan arah pembangunan suatu
desa. Badan Permusyawaratan Desa BPD desa Malasin terbentuk berdasarkan
UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 72 Tahun 2005 serta Peraturan Daerah Kabupaten Simeulue No. 13 tahun 2003. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten
Simeulue, anggota Badan permusyawaratan Desa dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh kalangan adat, agama, organisasi sosial politik, golongan profesi,
dan unsur pemuka masyarakat lainnya. Jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai
berikut : a.
Jumlah penduduk Sampai dengan 500 orang ditetapkan sebanyak 5 orang anggota.
b. Jumlah penduduk 501 sd 1.000 orang ditetapkan sebanyak 7 orang
anggota.
Universitas Sumatera Utara
c. Jumlah penduduk 1.001 sd 1.500 orang ditetapkan sebanyak 9 orang
anggota. d.
Jumlah penduduk lebih dari 1.500 orang ditetapkan sebanyak 11 orang anggota.
Oleh sebab itu, desa Malasin yang berpenduduk 1.216 jiwa mempunyai jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa sebanyak 9 orang.
Adapun fungsi Badan Permusyawaratan Desa menurut PP No. 72 Tahun 2005 adalah :
a. Menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa.
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Sedangkan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Simeulue No. 13 Tahun 2003 pasal 3, adapun fungsi BPD selain kedua hal di atas, juga mencakup
mengayomi adat istiadat dan melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Simeulue No. 13 Tahun 2003 pasal 5, tugas dan wewenang BPD adalah :
a. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.
b. Menetapkan dan nmengusulkan calon kepala desa terpilih.
c. Mengusulkan pemberhentian kepala desa.
d. Bersama kepala desa menyusun peraturan desa
e. Bersama kepala desa menyusun APB Desa.
f. Memberikan persetujuan dalam kerjasama antar desa.
g. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala desa.
Universitas Sumatera Utara
h. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan desa dan
peraturan perundang-undangan lainnya, Keputusan kepala desa, APB Desa, Kekayaan desa, Kerjasama antar desa atau pihak lain serta Pinjaman
desa. i. Memberi persetujuan terhadap pengembangan, penggabungan dan
penghapusan desa. Hak Badan Permusyawaratan Desa BPD menurut Peraturan Daerah
Kabupaten Simeulue No. 13 Tahun 2003 pasal 7 adalah sebagai berikut : a.
Meminta pertanggung jawaban kepala desa. b.
Meminta keterangan kepala desa. c.
Mengusulkan perubahan atas rancangan APB Desa. d.
Mengajukan rancangan peraturan desa. e.
Mengajukan pernyataan pendapat. f.
Mengajukan anggaran belanja BPD. g.
Menetapkan peraturan tata tertib BPD. Sedangkan kewajiban BPD menurut Peraturan Daerah Kabupaten
Simeulue No. 13 Tahun 2003 pasal 6 adalah : a.
Mempertahankan, memelihara dan menjaga persatuan dan kesatuan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
b. Mengedepankan kepentingan umum dari pada kepentringan pribadi,
kelompok maupun golongan. c.
Memelihara keutuhan dan stabilitas desa. d.
Mentaati segala ketentuan yang telah ditetapkan. e.
Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.1. Mekanisme Pengambilan Kebijakan di BPD Badan Permusyawaratan Desa BPD sesuai dengan fungsinya sebagai
lembaga legislatif di desa yang bertugas untuk membuat dan mengawasi kebijakan-kebijakan yang telah disepakati bersama oleh eksekutif atau Kepala
Desa. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Simeulue No. 17 Tahun 2003 Pasal
8, mekanisme pengambilan kebijakan di BPD ditetapkan dengan beberapa ketentuan yaitu Badan Permusyawaratan Desa wajib mengembangkan nilai-nilai
demokrasi yang berdasarkan musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pengambilan keputusan oleh BPD dinyatakan sah jika
dilakukan dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 23 dua per tiga dari jumlah anggota BPD dan putusan diambil dengan persetujuan
sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah anggota BPD yang hadir. Dalam hal jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud tidak terpenuhi, maka
rapat paripurna diundur paling lama 2 dua jam. Dan jika dalam hal ini jumlah anggota BPD tetap tidak terpenuhi sebagaimana yang dimaksud, maka rapat
paripurna diundur pada hari lain.
3. Lembaga Musyawarah Desa