bukan golongan. Hal ini juga diamini oleh tokoh masyarakat yang memberi jawaban mengenai soal golongan mayoritas dan golongan minoritas. Mereka
berpendapat persoalan tersebut tidak menjadi persoalan urgen di desa Malasin karena selama ini wacana golongan mayoritas dan golongan minoritas tidak
muncul kepermukaan. Persoalan perbedaan antara golongan mayoritas dan golongan minoritas merupakan simbol yang mengkotak-kotakkan masyarakat,
yang pada ujungnya menimbulkan rasa primodalisme yang besar. Mungkin antara pihak eksekutif, legislatif dan masyarakat di desa Malasin
sepakat bahwa persoalan golongan mayoritas dan minoritas tidak menjadi kendala untuk membangun desa Malasin ke arah lebih baik lagi dalam segi kualitas dan
kuantitas.
D. Agenda Setting
Dalam indikator penyusunan agenda, peneliti melihat bahwa anggota LMD Periode 1996-2001 dan anggota BPD Periode 2004-2010 sama-sama
mempunyai peranan yang besar dalam menetapkan masalahisu untuk dijadikan kebijakan. Dilain hal, LMD Periode 1996-2001 lebih melakukan pemilihan dan
penyaringan masalahisu yang ada di desa Malasin ketimbang BPD Periode 2004- 2010. tidak semua masalahisu diangkat menjadi kebijakan oleh LMD karena
pertimbangan tertentu. Peneliti juga melihat bahwa LMD Periode 1996-2001 lebih berperan dalam menyelesaikan sebuah masalahisu yang dan mendapatkan solusi
yang baik ketimbang BPD Periode 2004-2010. LMD Periode 1996-2001 umumnya memiliki kriteria khusus dalam menetapkan sebuah masalahisu untuk
dijadikan kebijakan, kriteria tersebut yakni persoalan tersebut sangat meresahkan
Universitas Sumatera Utara
dan mengganggu ketertiban masyarakat menjadi patologi sosial dalam masyarakat sehingga harus diantisipasi oleh kebijakan-kebijakan yang konstruktif. Hal di atas
senada juga dilontarkan oleh tokoh-tokoh masyarakat bahwa dalam menyusun agenda LMD selalu melakukan pemilihan atau penyaringan masalahisu agar tidak
terjadi kesalahpahaman dengan anggota masyarakat. Sedangkan kalau kita melihat BPD sekarang, kendala yang dihadapi oleh BPD dalam melakukan pemilihan
masalah isu yang dapat peneliti tangkap dari keterangan tokoh masyarakat adalah masalah miskomunikasi antara Pemerintah Desa yakni Kepala Desa dengan
anggota BPD ketika menghadiri rapat, lalu persoalan perbedaan persepsi yang mendasar melihat urgensitas sebuah masalahisu. Masalahisu yang diangkat oleh
BPD banyak yang tidak direspon oleh masyarakat dan pada akhirnya menimbulkan konflik baru antara yang mewakili yakni BPD dengan masyarakat
yang diwakili. Jadi, dapat diambil kesimpulan dalam proses agenda setting LMD Periode
1996-2001 di desa Malasin lebih maksimal dalam mensikronkan kemauan masyarakat dan kemauan lembaga perwakilan masyarakat dibandingkan BPD
Periode 2004-2010 karena pada dasarnya kedua lembaga masyarakat dan lembaga yang mewakili tidak dapat dipisahkan dan saling membutuhkan satu
sama lain.
E. Formulasi Kebijakan