Lembaga Musyawarah Desa Kerangka Teori

2.1. Mekanisme Pengambilan Kebijakan di BPD Badan Permusyawaratan Desa BPD sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga legislatif di desa yang bertugas untuk membuat dan mengawasi kebijakan-kebijakan yang telah disepakati bersama oleh eksekutif atau Kepala Desa. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Simeulue No. 17 Tahun 2003 Pasal 8, mekanisme pengambilan kebijakan di BPD ditetapkan dengan beberapa ketentuan yaitu Badan Permusyawaratan Desa wajib mengembangkan nilai-nilai demokrasi yang berdasarkan musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pengambilan keputusan oleh BPD dinyatakan sah jika dilakukan dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 23 dua per tiga dari jumlah anggota BPD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah anggota BPD yang hadir. Dalam hal jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud tidak terpenuhi, maka rapat paripurna diundur paling lama 2 dua jam. Dan jika dalam hal ini jumlah anggota BPD tetap tidak terpenuhi sebagaimana yang dimaksud, maka rapat paripurna diundur pada hari lain.

3. Lembaga Musyawarah Desa

Menurut UU No. 5 tahun 1979, Lembaga Musyawarah Desa adalah lembaga permusyawaratan permufakatan yang keanggotaannya terdiri atas Kepala-kepala Dusun, Pimpinan Lembaga-lembaga Kemasyarakatan dan Pemuka- pemuka Masyarakat di Desa yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 3.1. Susunan Organisasi Lembaga Musyawarah Desa Susunan organisasi Lembaga Musyawarah Desa dalam Permendagri No. 1 tahun 1981, terdiri dari Ketua, Sekretaris dan anggota. Anggota LMD berjumlah sedikitnya 9 orang dan sebanyak-banyaknya 15 orang tidak termasuk ketua dan sekretaris. 3.2. Kedudukan Tugas dan Fungsi Lembaga Musyawarah Desa Menurut Permendagri No. 1 tahun 1981, Lembaga Musyawarah Desa mempunyai tugas untuk menyalurkan pendapat masyarakat di desa dengan memusyawarahkan setiap rencana yang diajukan oleh kepala desa sebelum ditetapkan menjadi keputusan desa. Untuk menjalankan tugasnya, Lembaga Musyawarah Desa mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan musyawarahmufakat dalam rangka penyusunan keputusan desa. Ketua LMD dijabat oleh kepala desa karena jabatannya dan berkedudukan sebagai pimpinan LMD mempunyai tugas memimpin musyawarahmufakat dan mempunyai fungsi membina kelancaran dan memperhatikan sungguh-sungguh kenyataan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat desa yang bersangkutan. Sekretaris LMD dijabat oleh sekretaris desa karena jabatannya dan berkedudukan sebagai alat pelaksana administrasi, mempunyai tugas menyiapkan segala kegiatan musyawarahmufakat dan berfungsi melakukan pencatatan dan penyimpanan administrasi yang berhubungan dengan Lembaga Musyawarah Desa. Anggota LMD yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat di desa bertugas untuk memperhatikan sungguh-sungguh kenyataan yang hidup dan Universitas Sumatera Utara berkembang dalam masyarakat desa serta mempunyai fungsi menyalurkannya dalam rapat LMD. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LMD melakukan rapat sekurang- kurangnya satu kali setahun. 3.3. Pembentukan Lembaga Musyawarah Desa Tujuan pembentukan LMD adalah untuk memperkuat pemerintahan desa terutama mewadahi perwujudan pelaksanaan demokrasi pancasila di desa. Pembentukan LMD dan keanggotaannya dimusyawarahkandimufakatkan oleh kepala desa dengan pemuka-pemuka masyarakat di desa yang bersangkutan. Hasil musyawarah tersebut disampaikan oleh kepala desa kepada BupatiWali Kota Madya melalui Camat untuk mendapatkan pengesahan. 3.4. Keanggotaan dan Kepengurusan Lembaga Musyawarah Desa Keanggotaan LMD terdiri atas kepala-kepala dusun, pimpinan lembaga- lembaga kemsyaratan dan pemuka-pemuka masyarakat di desa yang bersangkutan. Yang dapat menjadi anggota LMD adalah warga Negara Republik Indonesia yang : a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945 c. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam suatu kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945, seperti G.30 SPKI dan atau kegiatan-kegiatan organisasi terlarang lainnya d. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan dan mempunyai kekuatan pasti Universitas Sumatera Utara e. Tidak sedang menjalani pidana penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya lima tahun f. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya selama dua tahun terakhir dengan tidak terputus-putus. g. Sekurang-kurangnya telah berumur 25 tahun h. Sehat jasmani dan rohani i. Berkelakuan baik, jujur, adil, cerdas, dan berwibawa. 3.5. Syarat-syarat dan tata cara dalam pengambilan keputusan Dalam rangka menetapkan keputusan desa, LMD melakukan rapat yang harus dihadiri oleh sekurang-sekurangnya 23 dari jumlah anggota LMD ditambah dengan kepala desa dan perangkat desa dan disaksikan oleh camat atau pejabat lain yang ditunjuk oleh camat. Dalam hal jumlah anggota LMD yang hadir kurang dari 23, rapat LMD dinyatakan tidak sah. Apabila rapat LMD dinyatakan tidak sah, maka kepala desa setelah mendengar pertimbangan dari camat menetukan rapat untuk menentukan rapat selanjutnya selambat-lambatnya 3 hari setelah rapat pertama. Rancangan keputusan desa disusun oleh kepala desa dan disampaikan kepada anggota LMD selambat-lambatnya 3 x 24 jam sebelum LMD mengadakan rapat untuk menetapkan keputusan desa. Dalam penyusunan rancangan keputusan desa, kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Keputusan desa ditetapkan secara musyawarahmufakat dan harus mencerminkan keinginan masyarakat desa yang bersangkutan serta tidak boleh Universitas Sumatera Utara bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penetapan keputusan desa sejauh mungkin dihindari adanya pemungutan suara.

4. Kebijakan

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

3 68 100

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Kewenagan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Sistem Pemerintahan Desa

8 114 106

Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria

0 40 88

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi)

1 12 92

BAB II Kedudukan, Fungsi, dan Eksistensi Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Lembaga Demokratisasi di Desa Dalam Kaitannya Dengan Otonomi Desa 2.1. Arti Penting Demokrasi Dalam Konsep Otonomi Desa - LEMBAGA DEMOKRATISASI DI DESA DALAM KAITANNYA DENGAN OTON

0 1 42