Mata Pencaharian. Pendidikan. Gambaran Umum Desa Malasin

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah perempuan yakni jumlah laki-laki 514 orang atau 42,27 sedangkan jumlah perempuan 702 orang atau 57,73 .

3. Mata Pencaharian.

Dilihat dari segi perekonomian, karena kondisi wilayah desa malasin dekat dengan laut dan masih memiliki lahan pertanian yang cukup luas, maka mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Selain itu juga sebagian masyarakat berprofesi sebagai PNS, buruh, wiraswasta dan lain-lain. Berikut klasifikasi mata pencaharian penduduk desa Malasin : Tabel 3. Klasifikasi Mata Pencaharian Penduduk Desa malasin Berdasarkan Kepala Keluarga KK No Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase 1 Petani 96 37,5 2 Buruh Swasta 16 6,25 3 Kapal Motor Laut KM 4 1,56 4 PNS, TNI dan POLRI 38 14,84 5 Pedagang 11 4,29 6 Montir 3 1,17 7 Peternak 13 5,08 8 Pengrajin 7 2,73 9 Nelayan 68 26,56 Jumlah KK 256 100 Sumber, Kantor Kepala Desa Malasin Tahun 2006 Dari tabel di atas dapat dilihat lebih jelas bahwa mata pencaharian yang paling dominan adalah petani dan nelayan. Pekerjaan sebagai petani merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa Malasin dari sejak zaman dahulunya, walaupun seiring dengan kemajuan daerah, maka terjadi penurunan mata pencaharian ini. Sedangkan pekerjaan sebagai buruhswasta terjadi peningkatan karena seiring dengan perkembangan daerah yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Simeulue Barat. Universitas Sumatera Utara

4. Pendidikan.

Pendidikan merupakan instrumen yang penting dalam menentukan maju mundurnya suatu daerah. Hal ini terjadi karena apabila berbicara tentang pendidikan kita akan bersentuhan dengan sumber daya manusianya, kualitas masyarakat dan kualitas arah pembangunan daerah tersebut. Desa Malasin memiliki masyarakat yang cerdas, hal tersebut didukung dengan sarana pendidikan yang memadai. Berikut gambaran sarana pendidikan yang ada di desa Malasin. Tabel 4. Sarana Pendidikan yang ada di desa Malasin No Sarana Pendidikan Jumlah Persentase 1 TK 1 20 2 SD 1 20 3 Pesantren 1 20 4 SLTP 1 20 5 SLTA 1 20 6 Perguruan Tinggi - Jumlah 5 100 Sumber, Kantor Kepala Desa Malasin Tahun 2006 Dari tabel di atas, terlihat bahwa sarana pendidikan sudah memadai, karena daerah ini merupakan Ibu Kota Kecamatan Simeulue Barat. Meskipun demikian tidak menjamin semua masyarakat bebas buta huruf, sampai sekarang masih ada masyarakat desa Malasin yang buta huruf dan tidak tamat Sekolah Dasar SD. Berikut ini gambaran pendidikan masyarakat desa Malasin. Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Masyarakat desa malasin No Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase 1 Belum Sekolah 129 10,60 2 Tidak Tamat SD 152 12,5 3 SD 198 16,28 4 SLTP 227 18,66 5 SLTA 476 39,14 6 Perguruan Tinggi 34 2,79 Jumlah 1.216 100 Sumber, Kantor Kepala Desa Malasin Tahun 2006 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa masyarakat desa Malasin memiliki tingkat pendidikan yang baik. Hal ini disebabkan fasilitas dan sarana pendidikan pada daerah ini cukup menunjang sebagaimana dijelaskan pada tabel 4 di atas. Kondisi demikian sesuai dengan pernyataan Kepala Desa Malasin Bapak. Aliaman wawancara 14 Juni 2007 yaitu dengan tersedianya fasilitas dan sarana pendidikan yang cukup mendukung tersebut, mengakibatkan tingkat pendidikan masyarakat semakin meningkat dan masyarakat semakin termotivasi untuk bersekolah. Menurut data tersebut, bahwa mayoritas masyarakat desa Malasin berpendidikan SLTA, SLTP dan SD. Tingginya jumlah masyarakat yang berpendidikan SD adalah untuk katagori penduduk lanjut usia, yang pada saat sebelumnya fasilitas dan sarana pra sarana pendidikan masih minim sehingga banyak yang bersekolah sampai pada jenjang Sekolah Dasar saja. 5. Agama. Dalam hal agama, masyarakat desa Malasin seluruhnya beragama Islam. walaupun masyarakatnya majemuk terdiri dari berbagai suku bangsa yakni suku Aceh, Jawa dan Nias. Adapun jumlah tempat peribadatan agama Islam di desa Malasin yakni Mesjid sebanyak satu buah dan Mushallah Surau sebanyak 6 buah.

6. Kesehatan.

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

3 68 100

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Kewenagan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Sistem Pemerintahan Desa

8 114 106

Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria

0 40 88

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi)

1 12 92

BAB II Kedudukan, Fungsi, dan Eksistensi Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Lembaga Demokratisasi di Desa Dalam Kaitannya Dengan Otonomi Desa 2.1. Arti Penting Demokrasi Dalam Konsep Otonomi Desa - LEMBAGA DEMOKRATISASI DI DESA DALAM KAITANNYA DENGAN OTON

0 1 42