Instrumen Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

Kriteria penilaian untuk pengamatan form pengamatan di atas adalah sebagai berikut: 1 Kelancaran 3 = Lancar tidak terbata-bata 2 = Kurang lancar terbata-bata 1 = Tidak lancar 2 Lafalintonasi 3 = Tepat, lafalintonasi bersih tidak ada pengaruh bahasa daerah 2 = Kurang tepat, banyak salah, ada pengaruh bahasa daerah 1 = Tidak tepat 3 Suara 2 = Volume suara nyaring, dan jelas terdengar 2 = Volume suara kurang nyaring sehingga kurang jelas 1 = Volume suara tidak nyaring sehingga terdengar tidak jelas Untuk mendapatkan nilai dengan skala 0-100, maka peneliti menggunakan perhitungan penskoran nilai hasil belajar Bahasa Indonesia siswa pada materi membaca permulaan sebagai berikut: Nilai Hasil Belajar = perolehan skor total x skor ideal 100 Skor maksimal 9 Hasil pengolahan data ini kemudian dikategorikan dengan cara mengkonversi nilai angka menjadi data kualitatif. Berikut adalah tabel hasil konversi nilai hasil tes membaca menjadi data kualitatif: Tabel 6 Tabel Konversi Nilai Hasil Tes Membaca Siswa menjadi Data Kualitatif Nilai Siswa Kategori 85-100 Sangat Baik 70-84 Baik 55-69 Cukup 46-54 Rendah 0-45 Sangat Rendah 3. Membuat persentase pencapaian KKM 4. Menentukan nilai rata-rata kelas 5. Menentukan keberhasilan proses pembelajaran J. Analisis Data dan Interpretasi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Proses analisa data yang berkaitan dengan data kualitatif dilakukan selama proses penelitian berlangsung bersamaan dengan pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data dalam satu siklus. 4 Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisa data yang bersifat kuantitatif diolah secara statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul 4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, cet. Ke-11, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 246. sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 5 K. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama siklus I selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria yang diharapkan yaitu 80 siswa mencapai KKM, maka akan ditindaklanjuti sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Jika pada siklus II belum mencapai target maka penelitian dilanjutkan dengan siklus-siklus berikutnya. Penelitian ini dihentikan apabila didapati bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan, yaitu 80 siswa mencapai nilai KKM 75. Atau dengan kata lain kemampuan membaca permulaan siswa mengalami peningkatan dari pembelajaran sebelumnya. Selain kemampuan membaca siswa yang meningkat, hasil observasi dan motivasi siswa juga menjadi target dalam penelitian ini. Kriteria Ketuntasan Minimal diuraikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 7 Kriteria Ketuntasan Minimal KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria Penetapan Ketuntasan Kompleksitas Daya Dukung Intake Jml 3. Memahami teks pendek dengan membaca nyaring 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal 75 74 76 75 5 Ibid., h. 147. yang tepat 3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat 76 75 74 75 KKM 75 37

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah

1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Yahya Bekasi

Madrasah Ibtidaiyah Yahya satu-satunya sekolah MI yang melakukan waktu pembelajaran Full Day School di kota Bekasi. MI Yahya didirikan pada tahun 2002 yang beralamatkan di Jalan Kemangsari I No. 74A Jatibening Baru, Pondok Gede – Bekasi. Yang menjabat sebagai kepala MI Yahya adalah Ir. Hendra Sudrajat. Beliau adalah seorang kepala sekolah yang sangat peduli dengan pendidikan di lingkungan sekitar. Beliau menyadari betul akan pentingnya pendidikan terutama pendidikan agama dan akhlakul karimah.

2. Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Yahya

a. Visi “Menjadi madrasah yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan landasan aqidah I slam” b. Misi 1 Menghadirkan suasana belajar yang kondusif dan islami. 2 Menumbuhkembangkan potensi siswa sehingga memiliki keterampilan hidup. 3 Membangun sikap disiplin, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia pada setiap keadaan. 4 Meluaskan wawasan siswa dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. 5 Membangun citra diri yang baik.

3. Tujuan Sekolah

Tujuan sekolah MI Yahya adalah: a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sikap dan praktik serta amaliah keagamaan Islam warga madrasah. b. Menciptakan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan umum dan agama c. Menumbuhkan kepedulian dan kesadaran warga madrasah terhadap keamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan madrasah. d. Mengoptimalkankuantitas dan kualitas saranaprasarana dan fasilitas yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik. e. Menerapkan manajemen pengendalian mutu madrasah, sehingga meningkatkan kinerja madrasah secara keseluruhan

4. Data Tenaga Kependidikan

Pendidik guru merupakan hal yang paling penting dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya guru pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Untuk meningkatkan mutu pendidikan MI Yahya, maka pendidikan guru minimal S – 1. Untuk itu bagi guru yang lulusan SLTA sederajat dan DII, dianjurkan menempuh pendidikan kembali sampai bergelar Sarjana Pendidikan.

5. Kondisi Awal Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya

Siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya berjumlah 27 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Secara keseluruhan prestasi siswa kelas 1 baik, seluruh siswa dapat bersatu dan kompak. Proses pembelajaran di kelas 1 sudah berjalan cukup baik, hal ini dibuktikan dengan keaktifan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Jika siswa belum jelas dengan pelajaran yang disampaikan guru maka siswa tidak segan untuk bertanya. Pembelajaran yang sudah berjalan baik tersebut kurang didukung dengan media pembelajaran. Siswa kelas 1 sangat memerlukan media pembelajaran terutama untuk pembelajaran membaca permulaan. Kurang dimanfaatkannya media pembelajaran membuat siswa sulit memahami materi membaca dan kurangnya motivasi siswa dalam kegiatan membaca permulaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perolehan nilai awal sebelum diadakan tindakan.

B. Deskripsi Data

Proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru selama ini lebih menekankan pada materi pelajaran Bahasa Indonesia bukan pada keterampilan bahasa. Selain itu kurangnya pemanfaatan media pembelajaran membuat siswa kurang tertarik untuk belajar Bahasa Indonesia, sedangkan siswa kelas 1 sangat memerlukan media untuk memahami materi. Kondisi inilah yang mengakibatkan hasil belajar Bahasa Indonesia terutama membaca permulaan kurang memuaskan. Penulis telah melakukan tes awal membaca permulaan sebelum menggunakan media gambar. Pembelajaran tersebut dilakukan pada hari Kamis tanggal 29 Oktober 2015 dan penulis sebut dengan kegiatan penelitian awal pra siklus. Hasil dari tes tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8 Hasil Pembelajaran Membaca Permulaan Sebelum Menggunakan Media Gambar Pra Siklus No Kategori Hasil Membaca Permulaan Jumlah Siswa Keterangan Jml Persentase 1 Sangat Baik Mencapai KKM 2 Baik 10 37,04 Mencapai KKM 3 Cukup Baik 4 14,81 Belum Mencapai KKM 4 Kurang Baik 5 18,52 Belum Mencapai KKM 5 Tidak Baik 8 29,63 Belum Mencapai KKM Rata-rata Kelas 67,81 Belum Mencapai KKM Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebelum melaksanakan siklus, siswa yang mencapai nilai KKM 75 berjumlah 10 orang atau 37,04 saja dari 27 siswa, artinya 17 siswa atau 62,96 belum mencapai KKM. Selain itu nilai rata-rata kelas juga masih belum mencapai nilai KKM yaitu hanya sebesar 67,81 Jika melihat target yang ingin dicapai penulis pada penelitian ini yaitu: 1. Penelitian berhasil jika kemampuan membaca permulaan siswa mencapai nilai KKM sebanyak 80 dari seluruh jumlah siswa, maka target belum tercapai. 2. Nilai rata-rata kelas dalam kemampuan membaca permulaan lebih besar dari nilai KKM Bahasa Indonesia, maka target belum tercapai. Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan media gambar.

C. Analisis Data

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang terdapat di sekolah. Dari hasil observasi pada kegiatan awal pra siklus didapatkan bahwa pada kelas I MI Yahya Pondok Gede Bekasi pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru kurang memanfaatkan media pembelajaran. Padahal bagi siswa kelas I adanya media dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal inilah yang menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil tes awal pada pra siklus juga menyatakan hal yang sama yaitu masih rendahnya kemampuan membaca siswa. Setelah mengetahui permasalahan di kelas, penulis dan wali kelas I merancang desain pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran. Desain pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam silabus KTSP, perencanaannya sebagai berikut: 1 Menentukan Pokok Bahasan Pokok bahasan disesuaikan dengan Standar Kompetensi yaitu memahami teks pendek dengan membaca nyaring. Kompetensi Dasar yaitu membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat. Pemilihan materi ini berdasarkan pokok bahasan yang terdapat pada silabus KTSP kelas I semester 1. 2 Mengembangkan Silabus menjadi Rencana Pembelajaran RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk 2 jam pelajaran yaitu 2x35 menit, RPP dibuat secara rinci meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran, materi, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, metode, dan penilaian. 3 Mempersiapkan Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan adalah media gambar, gambar tentang kegiatan sehari-hari seperti mandi, makan, tidur dll. Gambar di tempel di karton kemudian digunting dibuat bentuk kartu-kartu, kartu gambar, kartu kata. 4 Mempersiapkan Sumber Belajar Sumber belajar terdiri dari buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas I, silabus KTSP kelas I semester 1, serta lingkungan belajar siswa. 5 Menyusun Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa disusun menyatu dengan RPP untuk mengukur kemampuan membaca permulaan siswa. 6 Mengembangkan soal evaluasi pembelajaran Siswa membaca kata yang sesuai dengan gambar, guru melakukan evaluasi untuk menilai aspek-aspek dalam membaca permulaan yaitu, lafal dan intonasi, kelancaran, dan suara.

b. Tahap Tindakan

Proses pembelajaran siklus I dilaksanakan pada Rabu 4 November 2015 dan Kamis tanggal 5 November 2015. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dan yang bertindak sebagai observer adalah wali kelas I. Pelaksanaan tindakan secara garis besarnya adalah sebagai berikut: 1 Tahap awal Setelah berdoa, absensi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dilaku kan dengan bernyanyi lagu “Bangun Tidur”, Tanya jawab lagu tersebut. Siswa terlihat senang dan gembira. 2 Tindakan inti Guru memperlihatkan gambar kegiatan sehari-hari antara lain gambar anak yang sedang bangun tidur, mandi, makan, dan berangkat sekolah. Dari penyajian gambar tersebut, siswa distimulasi dengan pertanyaan yang berhubungan dengan gambar, siswa menafsirkan gambar dan membaca kata sesuai dengan gambar. Guru mencontohkan cara membaca nyaring dengan benar, dengan memperhatikan lafal, intonasi dan volume suara yang nyaring. Mula-mula seluruh siswa membaca bersama-sama, kemudian perkelompok dan dilanjutkan membaca satu persatu. Setiap kesalahan yang dilakukan oleh siswa, guru langsung mengoreksi dan membetulkan cara membaca yang baik. Kegiatan membaca kata-kata sesuai gambar dilakukan berulang-ulang sehingga aspek lafal, intonasi dan volume suara siswa betul-betul sesuai dengan yang diharapkan. Untuk memantapkan siswa dalam membaca, siswa diajak untuk mencocokkan kartu kata dengan gambar secara kelompok. Setelah