Teknik PCR Untuk Mendeteksi Virus Chikungunya Perilaku Masyarakat

pada 3 gugus fosfat dan masing-masing berdiri bebas sampai enzim DNA polimerase mengkatalis pengikatannya pada primer. Setelah siklus PCR berakhir, proses final extension dilakukan selama 5-15 menit pada suhu yang lebih rendah dari ekstensi untuk menjamin semua rantai tunggal DNA telah terbentuk sepenuhnya. Ketiga proses ini dilakukan berulang-ulang sampai jumlah kelipatan DNA sesuai kebutuhan Sudjadi 2008.

2.4 Teknik PCR Untuk Mendeteksi Virus Chikungunya

Sampel yang digunakan pada PCR adalah DNA yang diekstrak dari sel atau jaringan. Amplifikasi tidak dapat dilakukan dengan menggunakan RNA sebagai template atau cetakan, sehingga pada sampel RNA perlu dilakukan proses transkripsi balik reverse transcription atau RT-PCR. Pada metode RT-PCR, pertama-tama RNA akan diubah menjadi DNA dengan menggunakan enzim reverse transcriptase, menghasilkan komplemen DNA cDNA. RNA virus dapat di isolasai dari plasma, serum atau jaringan tubuh lainnya, dan nyamuk vektor.Pemeriksaan molekuler dengan menggunakan RT-PCR khususnya telah dikembangkan untuk mendeteksi beberapa Arbovirus termasuk virus chikungunya Hasebe et al. 2002; Pastorino et al. 2005; Carletti et al. 2007. Pada saat terjadi wabah chikungunya tahun 2005-2006 di La Reunion, peneguhan diagnosa dilakukan menggunakan teknik RT-PCR yang menarget gen E1 dengan primer CHIKV forward, 5’ GCCTGGACACCTTTCGAC 3’ dan CHIKV reverse, 5’AATTCTAATACGACTCACTATAGGGGCTCTTACCGGGTTTGTTGC 3’ oleh Telles et al. 2009. Studi di Comoros oleh Sang et al. 2005 berhasil mendeteksi CHIKV pada pool nyamuk dewasa yang dipisahkan sesuai spesies, jenis kelamin dan tempat 10-15 nyamukpool dengan teknik RT-PCR menggunakan pasangan primer forward 5’TGCGCGGCCTTCATCGGCGACTAC 3’ dan primer revese 5’CCAGGTCACCACCGAGAGGG 3’, yang spesifik terhadap gen E1 berhasil mendeteksi CHIKV pada 7 pool nyamuk Ae. aegypti.Pada wabah di Thailand, Thavara et al. 2009 berhasil mendeteksi CHIKV menggunakan primer forward CHIK-F3 5’ACGCAATTGAGCGAAGCAC 3’ dan primer revese CHIK-B3 5’CTGAAGACATTGGCCCCAC 3’ dari nyamuk Ae. aegypti danAe. Albopictus. Rohani et al. 2005 menggunakan primer spesifik terhadap gen protein nonstruktural nsp1 yaitu primer forward CHIKnsP1-S 5’ TAGAGCAGGAAATTGATCCC 3’ dan primer revese CHIKnsP1-C 5’ CTTTAATCGCCTGGTGGTAT 3’, berhasil mendeteksi CHIKV dari nyamuk Ae. aegypti pada wabah di Malaysia .

2.5 Vektor Chikungunya

Vektor dominanpenyakit chikungunya pada umumnya adalah nyamuk NyamukAedes spp.dewasa dapat dibedakan dari jenis nyamuk umum lainnya dengan melihat ujung abdomen perut meruncing, mempunyai sersi yang menonjol, lalu bagian lateral dadanya terdapat rambut postspicular dan tidak mempunyai rambut spikular.Klasifikasi ilmiah dari nyamuk Aedesmenurut Christopher 1960adalah: Famili Culicidae Subfamili Culicinae, Genus Aedesyaitu Ae.furcifer, Ae. taylori, Ae. luteocephalus di Afrika Diallo et al. 1999, di Asia Ae. aegyptidan Ae. albopictus Kaur et al. 2006; Pialoux 2007; WHO 2008; Lee et al. 2009; Eapen et al. 2010. Di Indonesia ada 3 jenis nyamuk genus Aedes yang umum ditemukan yaituAe. aegypti,Ae.albopictusdan Ae. scutelaris, tetapi yang dilaporkan sebagai vektor chikungunya adalah Ae. aegyptidan Ae.albopictusyang dikenal juga sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue Hadi Koesharto 2006; Depkes 2007. Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culicidae Subfamili : Culicinae Genus : AedesStegomyia Spesies :Ae. aegyptiAe. albopictus

2.5.1 Morfologi Ae. aegyptidan Ae. albopictus

Secaramorfologis kedua spesies nyamuk tersebut sangat mirip, tubuhnya bercorak belang hitam putih pada thoraks, abdomen dan tungkai.Corak ini merupakan sisik yang menempel di luar tubuh nyamuk. Perbedaan keduanya terletak pada strip putih yang terdapat di bagian skutumnya,Ae. aegyptiberwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara skutum Ae. albopictusyang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya. Demikian juga menurut Hadi Koesharto 2006, corak putih pada dorsal dada atau punggung Ae.aegypti berbentuk seperti siku yang berhadapan lyre-shaped, sedangkan pada Ae.albopictus berbentuk lurus ditengah-tengah punggung median stripe .

2.5.2 Bioekologi Aedes spp.

NyamukAe. aegypti dan Ae. albopictus hidup di lingkungan sekitar manusia. Ae.aegyptiterutama hidup di dalam dan sekitar rumah di daerah perkotaan urban. Hal serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan di Sudan oleh Abdalmagid Alhusein 2008. Tempat perindukan breeding place dari nyamuk ini biasanya ada didalam atau sekitar rumah dalam radius 100 meter dari rumah.Kebiasaan hidup stadium pradewasa Ae.aegyptiadalah pada bejana buatan manusia yang berada di dalam maupun di luar rumah. Tempat perindukan yang disukai pada umumnya adalah air bersih, tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung dan tidak berhubungan langsung dengan tanah Surtess 1967a, tetapi pada tahap penelitian laboratorium nyamuk ini juga dapat meletakkan telurnya pada pada air tercemar yaitu air sabun Sudarmaja Mardihusodo 2009. Tempat perindukan tersebut antara lain terdapat di bak mandi, guci tempat penyimpan air minum, kaleng bekas, pecahan botol,ban bekas, drum bekas, vas bunga, talang air dan lain-lain yang berisi genangan air jernih. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi Soekirno 2004 di dapatkan bahwa larva nyamuk Ae.aegyptipaling banyak ditemukan pada tempayan 66,7, drum 32,6, bak mandi sebesar 18,8 dan paling sedikit ember 5,4. Selain itu penelitian terhadap nyamuk ini juga dilakukan di Sudan dan ditemukan juga bahwa larva nyamuk ini juga dapat hidup di lubang batu dan pot Abdalmagid Alhusein 2008.Ae.albopictus lebih menyukai tempat perindukan yang alami di luar rumah, di kebun dan di halaman rumah seperti kelopak daun keladi, daun pisang, tunggul bambu kaleng, kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah, bambu pagar, kulit buah seperti buah rambutan, tempurung kelapa, ban bekas dan semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih dan lain-lain Sembel 2009. Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap perletakan telur nyamuk tersebut antara lain jenis wadah, warna wadah, air, suhu, kelembaban dan kondisi lingkungan setempat . Hal yang sama juga dilaporkan oleh Hadi Koesharto 2006, nyamuk Ae.aegyptiberkembang biak dalam tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga dan barang bekas yang dapat menampung air hujan, demikian juga dengan nyamuk Ae. albopictus , tetapi lebih banyak terdapat diluar rumah. Nyamuk Ae. aegypti memiliki organ kemoreseptor dan mekanoreseptor, sehingga dapat mengetahui tempat untuk meletakkan telur, tempat makanan, mengenal sesama jenis, membedakan musuh atau menemukan lawan jenis. Dengan organ fotoreseptor yang ada pada mata majemuknya Ae.aegypti dapat membedakan warna.Dari beberapa kajian diketahui bahwa nyamuk Ae.aegypti, terutama yang betina lebih menyukai benda atau obyek yang berwarna gelap daripada yang terang, baik untuk beristirahat atau bertelur dari nyamuk betina, seperti yang dilaporkan oleh Sutrees 1967b. Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes spp. berupa genangan-genangan air yang tertampung di suatu wadah yang disebut kontainer dan bukan pada genangan-genangan air di tanah, yang terdiri dari; aTempat penampungan air TPA, misalnya tangki air, bak besar, bak mandi, bak WC, drum, tempayan, ember dan jambangan; b Bukan tempat penampungan air Non TPA, yang terdiri atas barang-barang bekas kaleng bekas, ban bekas, botol bekas, pecahan piring, pacahan gelas, pecahan mangkok, bekas aquarium, bekas kolam ikan dari semen, bekas TPA, bekas tempat mengaduk semen, tempat penadah air dispenser, saluran air talang, saluran air hujan, got semen, saluran WC, lubang kran, bak meter dan lain-lain vas bunga, pot tanaman, helm, kolam di taman, patok besiplastic dan perangkap semut; c Kantainer alamiah, misalnya potongan bambu, tempurung kelapa, pelepah daun pisang, keladi, bakung, daun yang jatuh, kulit keong, lubang pada batu, sejenis tumbuhan kantong semarDepkes 2007. KepadatannyamukAedes spp.dapat diperoleh dengan mengumpulkan larva atau nyamuk dewasa. Pengumpulan larva diperoleh dengan melakukan survei jentik dengan metode single larva dan visual. Single larva dilakukan dengan mengambil satu larva di setiap tempat penampungan air yang ditemukan larva untuk diidentifikasi lebih lanjut, sedangkan caravisual yaitu dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap penampungan air tanpa mengambil larvanya. Kemudian dapat dihitung kepadatan larva Aedes spp. dengan melakukan pengukuran index larvaDepkes 2007sebagai berikut: a Angka Bebas Jentik ABJ yaitu persenrase rumah yang tidak ditemukan larva dibandingkan dengan seluruh rumah yang diperiksa; b Angka rumah atau House index HI merupakan persentase rumah yang positif diperoleh adanya larva Aedes spp.;c Container index CI merupakan persentase tempat penampungan air atau kontainer yang positif diperolehadanya larva; d Breteau index BI yaitu jumlah wadah atau tempat perindukan yang positif dengan larva Aedes spp. yang ditemukan pada 100 rumah yang diperiksa. NyamukAe. aegypti dan Ae.albopictusdewasa mempunyai perilaku makan yang sama yaitu menghisap nectar dan cairan tanaman sebagai sumber energinya. Selain energi, nyamuk betina juga membutuhkan pasokan protein untuk keperluan produksi dan proses pematangan telurnya yang diperoleh dari cairan darah inang. Di dalam proses memenuhi kebutuhan protein untuk proses pematangan telurnya ditentukan oleh frekuensi kontak antara vektor dengan inang. Ae.aegyptidiketahui bersifat antropofilik Siriyasatien et al.2010. Hasil penelitian di Thailand menunjukkan bahwa Ae.aegyptihampir sepenuhnya 99, menghisap darah manusia, namun beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa Ae. aegypti mempunyai inang selain manusia yaitu binatang peliharaan seperti anjing, kucing, sapi dan kuda. Ae.albopictusyang dikenal sebagai vektor kedua virus DBD tersebut diasumsikan sebagai pemakan yang lebih umum dibandingkan dengan Ae. aegypti. Fakta lain menunjukkan bahwa di daerah tertentu nyamuk Ae. albopictushanya menjadikan manusia sebagai inang tunggalnya seperti yang dilaporkan oleh Ponlawat Harington 2005.Kisaran inang dan preferensi vektor terhadap inang tersebut menentukan status spesies tersebut sebagai vektor utama penyakit. Nyamuk betina dewasa menghisap darah manusia antropofilik untuk mematangkan telur pada siang hari baik di dalam rumah maupun di luar rumah.Perilaku PerilakunyamukAedes spp.sama menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari lebih suka pada jam 08.00-12.00 dan jam 15.00-17.00. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menghisap darah lebih dari satu orangdalam satu siklus gonotropik dengan jarak terbang sekitar 100 meter, tetapi dilaporkan juga kedua jenis nyamuk ini mampu terbang dengan mudah dan cepat dalam mencari tempat perindukan dengan radius 320 meter. Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telur Agoes 2009.Kepadatan nyamuk dewasa dilakukan dengan menghitung: a Biting atau Landing Rate , yaitu angka yang menunjukkan jumlah nyamuk Aedes spp.betina yang tertangkap dengan umpan orang per jam penangkapan per orang; b Resting Rate yaitu angka yang menunjukkan jumlah nyamuk Aedes spp. yang tertangkap pada penangkapan nyamuk hinggap atau istirahat Depkes 2007. seperti perilaku nyamuk pada umumnya, mempunyai 2 cara beristirahat yaitu istirahat yang sebenarnya yaitu selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu sebelum dan sesudah mencari darah pada tempat lembab, teduh dan aman. Perilaku nyamuk berbeda tergantung jenisnya, ada nyamuk masuk ke rumah hanya untuk menghisap darah lalu keluar, ada pula sebelum maupun sesudah mengisap darah hinggap di dinding untuk beristirahat.Tempat yang lebih disukai Ae.aegypti untuk beristirahat adalah di dalam rumah, yaitu yang mengantung dan memiliki permukaan licin, seperti pakaian yang digantung, gorden atau alat-alat rumah tangga, tempat yang gelap, berbau dan lembab. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan di Panama yang menemukan bahwa nyamuk Ae.aegypti beristirahat di kamar tidur, ruang keluarga, dankamar mandi Perich et al. 2000. Nyamuk Ae.albopictus lebih memilih beristirahat di luar rumah, seperti rumput-rumputan dekat tempat perindukan yang tidak terpapar sinar matahari, tanaman hias di halaman rumah Agoes 2009,pendapat ini juga didukung oleh penelitian di Brazil Braks et al. 2003.

2.6 Perilaku Masyarakat

Perilakumanusiapada hakikatnya adalah tindakan aktivitas manusia itu sendiri yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Bloom 1974 membagi perilaku dalam 3 tiga domain ranah yakni : kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Notoatmodjo 2007, dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari : 1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior . Pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan Notoatmodjo, 2007: a Tahu know, artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; b Memahami comprehension, Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar; c Aplikasi aplication, artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya; d Analisis analysis, artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktuk organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain; e Sintesis synthesis, artinya suatu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada; f Evaluasi evaluation, artinya kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2 Sikap Menurut Notoatmodjo 2007 sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya. Sikap belum merupakan suatu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Sikap relatif konstan dan agak sukar berubah sehingga jika ada perubahan dalam sikap berarti adanya tekanan yang kuat. Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang berpengaruh, media massa, institusi pendidikan maupun lembaga agama. Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru perilaku orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya. 3 Praktik atau tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata dibutuhkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.Tindakan adalah niat yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang tampak dan memerlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan.Dari pandangan biologis tindakan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan: a Persepsi perception, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil; b Respon terpimpin guided response, yaitu tingkah laku yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan yang telah dicontohkan; c Mekanisme mechanism, yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan; d Adopsi adoption, yaitu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 3METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian