Latar Belakang BioecologyAedesspp. Mosquitoes and the Detection of Chikungunya Virus inPasirKuda Village, West Bogor Dictrict

1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Chikungunya merupakan satu diantara Arbovirosis Arthropode borne viral diseases yang disebabkan oleh virus dari Genus Alphavirus, Famili Togaviridae Strauss 1994.Arthropodeyang dilaporkan sebagai vektor adalah Aedes furcifer, Ae.taylori, Ae.luteocephalus di Afrika Diallo et al. 1999,Ae. aegypti dan Ae. albopictusdi AsiaKaur et al. 2006; Pialoux 2007; WHO 2008; Lee et al. 2009; Eapen et al. 2010.Di Indonesia terdapat3 jenis nyamuk genus Aedes yang umumditemukan yaituAe. aegypti,Ae.albopictusdan Ae. scutelaris, tetapi yang dilaporkan sebagai vektor chikungunya adalahAe. aegyptidan Ae.albopictus yang dikenal juga sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue Hadi Koesharto 2006.Penularan pada manusia terjadi bila nyamuk menghisap darah penderita chikungunya, kemudian nyamuk yang terinfeksi tersebut menghisap darah manusia yang sehat. Penyakit ini bersifat self limiting disease sembuh sendiri, belum pernah dilaporkan adanya kematian dan relatif kurang berbahaya serta tidak fatal dibandingkan dengan penyakit demam berdarah dengue. Akibat yang ditimbulkan cukup merugikan secara ekonomi karena penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari sehingga menurunkan produktivitas. Gopalan et al. 2009 melaporkanbahwa kerugian yang disebabkan penyakit chikungunya di India berupakehilangan pendapatan rata-rata sebesar US 75 dengan hari kerja yang hilang sebanyak ±35 hari,serta biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan yaitu rata-rata US 83.3. Gejala yang ditimbulkan pada penderita adalah demam, nyeri sendi arthalgia terutama sendi pergelangan tangan dan kaki, nyeri otot myalgia serta gejala lain seperti muntah, menggigilRiyaz et al. 2010. Nyeri sendi bisa bersifat sementara selama beberapa minggu, lebih dari 6 bulan dan bahkan ada juga yang menetap Karthikeyen Deepa 2011. Penyakitchikungunya diidentifikasi pertama kali di Tanzania Afrika Timur pada tahun 1952 Ross 1954 dan terus menimbulkan epidemi ke seluruh wilayah Afrika, dan Asia Lam et al. 2001. Tahun 2006 terjadi KLB antara bulan Februari sampai Agustus di India dengan jumlah kasus 1,38 juta orang Kumar et al. 2007, tahun berikutnya terdapat 56.365 kasus dilaporkan dari 14 negara bagian di India Penyakit chikungunya masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di kota-kota besar.Khusus di Kota Bogor, penyakit ini juga merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat karena sering terjadi Kejadian Luar Biasa KLB. Berdasarkan data yang diperoleh, selama 3 tahun terakhir penyakit ini juga menyebar hampir di seluruh kecamatan. Attack rate setiap tahun berturut- turut yaitu 1.35‰ 1328 orang tahun 2008, 0.26‰ 260 orang tahun 2009 dan bulan Januari sampai Oktober tahun 2010 0.33‰ 331 orang. Kasus chikungunya terakhir terjadi pada bulan September 2010 di Kelurahan Pasir Kuda dengan jumlah kasus sebanyak 41 orang atau 2.96‰ Dinkes Kota Bogor 2010. WHO 2008. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973, kemudian tahun 1980 menyerang penduduk di Kuala Tungkal Jambi, tahun 1983 terjadi di Martapura, Ternate, dan Yogyakarta. Penyakit ini muncul kembali tahun 2001 di Muara Enim, Sumatera Selatan, Aceh dan Bogor,selanjutnya pada tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Secara epidemiologis sejak tahun 2000-2007, hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensial terjadi KLB dan tercatat jumlah penderita 18.169 orang tanpa kematian Depkes 2007. Vaksin maupunobat untuk mencegah dan mengobati penyakit ini belum ditemukan, sehingga penanggulangan yang paling efektif adalah pengendalian nyamuk vektor. Strategi pengendalian vektor yang tepat harus dilakukan berdasarkan pengetahuan yang benar tentang jenis vektor, bioekologi nyamuk sebagai vektor yang meliputi perilaku berkembangbiak, istirahat dan menghisap darah. Tingkat kerawanan penyebaran penyakit chikungunya di suatu wilayah dapat diprediksi berdasarkan ketersediaan habitat dan kepadatan nyamuk Aedes spp. Daerah yang mempunyai habitat potensial yang banyak, kepadatan populasi nyamuk akan besar dan kemungkinan kejadian kasus chikungunya akan tinggi. Kepadatan populasi nyamuk dialam tidak terlepas dari perilaku masyarakat berhubungan dengan pemberantasan sarang nyamuk PSN. Nyamuk Aedesspp.pada umumnya berkembangbiak pada air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah serta terlindung dari cahaya matahari. Penelitian sebelumnya mengindikasikan adanya kemungkinan perubahan perilaku dari nyamuk Aedes spp. dan larva juga pernahditemukan di kolam yang berhubungan langsung dengan tanah Sitorus 2004 dan air comberan Sayono Amalia 2009. Pengujian laboratorium juga ditemukan bahwa air terpolusi juga dapat menjadi tempat perindukan dan berkembangbiaknya nyamuk Ae. aegypti Hadi et al. 2006. Penelitian yang berhubungan dengan jenis vektor dan bioekologi nyamuk dialam khususnya nyamuk Aedes spp.di Kelurahan Pasir Kuda belum pernah dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul ”Bioekologi Nyamuk Aedes spp.dan Deteksi Keberadaan Virus Chikungunyadi Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor Barat”.

1.2 Tujuan Penelitian