Simpulan BioecologyAedesspp. Mosquitoes and the Detection of Chikungunya Virus inPasirKuda Village, West Bogor Dictrict

5SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1 Tempat perkembangbiakan larva nyamuk Ae. aegypti lebih cenderung pada wadahbukan TPA di luar rumah, danAe. albopictus yang lebih menyukai tempat penampungan alamiah dan dikategorikan dalam kepadatan sedang 2 Nyamuk Ae. aegypti lebih cenderung untuk menghisap darah dan beristirahat di dalam rumah dengan puncak aktivitas menghisap darah yaitu pada jam 11.00-12.00 6.81 nyamukorangjam dan jam 14.00- 15.00 6.50 nyamukorangjam sedangkan nyamuk Ae. albopictus lebih cenderung di luar rumah 07.00-08.00 1.13 nyamukorangjam dan jam 15.00-16.00 1.31 nyamukorangjam. Perilaku beristirahat dari nyamuk Ae. aegypti juga lebih cenderung terjadi di dalam rumah 0.98 nyamukrumah dibandingkan di luar rumah 0.01 nyamukrumah, sedangkan Ae. albopictus lebih cenderung beristirahat di luar rumah 0.03 nyamukrumahdaripada di dalam rumah 0.01 nyamukrumah. 3 Virus chikungunya berhasil dideteksi hanya dari nyamuk Ae. aegypti betina yang dikoleksi hanya pada bulan pertama penangkapan 4 Pengetahuan, sikap masyarakat terhadap pencegahan chikungunya masih dikategorikan cukup baik tetapi hal tersebut tidak sejalan dengan tindakan masyarakat 5.2 Saran 1 Masyarakat harus melakukan pencegahan yang murah dan efektif yaitu PSN secara berkalaminimal 1 kali dalam seminggu dengan menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang memungkinkan menampung air bersih terutama pada musim hujan. 2 Perlu peran serta yang aktif dari pemerintah maupun tenaga kesehatan berhubungan dengan penyebaran informasi tentang penyakit chikungunya dan pencegahannya kepada masyarakat dengan metode yang lebih efektif. 3 Untuk mengetahui jenis nyamuk vektor yang membawa virus perlu dilakukan penelitian segera mungkin setelah outbreakpada wilayah kasus dengan radius 200 meter dan menggunakan teknik deteksi yang lebih sensitive seperti Real Time PCR. DAFTAR PUSTAKA Abdalmagid, Alhusein. 2008. Entomological investigation of Aedes aegypti in Kassala and Elgadarief States, Sudan. Sudanese J. Pub. Hlth. 3 2:77-80 Agoes R. 2009. Peran nyamuk dalam ilmu kedokteran. Didalam Natadisastra D R Agoes, Editor. Parasitologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Akahata W, Yang ZY, Andersen H, Sun S, Holdaway HA, Kong WP, Lewis MMG, Higgs S, Rossmann MG, Rao S, Nabel GJ. 2009. Nature. Medicine .16 3: 334-339 Braks M, Honorio N, Oliveira R, Juliano S, Lounibos L. 2003. Convergent habitat segregation of Aedes aegypti and Aedes albopictus Diptera: Culicidae in Southeastern Brazil and Florida. J. Med. Entomol. 40 6: 785-794 Carletti F, Bordi L, Chiappini R, Ippolito G, Sciarrone MR, CapobianchiMR,Caro AD. 2007. Rapid detection and quantification of chikungunya virus by a one-step reverse transcription–polymerase chain reaction real-time assay.Am. J. Trop. Med. Hyg. 773: 521-524 Cahyati WH, Suharyo. 2006. Dinamika Aedes aegypti sebagai vektor penyakit.Kesmas 21:38-48 Chan KL, Ho BC, Chan YC. 1971. Aedes aegypti L. and Aedes albopictus Skuse in Singapore City. Bull. Wld Hlth Org 4:629-633 ChristophersSSR. 1960. Aedes aegypti L The yellow fever mosquito, its life History, Bionomic and structure. Cambridge University Press, London. [DEPKES].Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman pengendalian penyakit chikungunya . Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. [DEPKES].Departemen Kesehatan. 2007. Survai entomologi kesehatan demam berdarah dengue . Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. [DEPKES].Departemen Kesehatan.2008. Kunci identifikasi nyamuk Aedes. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Diallo M, ThonnonJ, Traoré-Lamizana M, FontenilleD. 1999. Vectors of chikungunya virus in Senegal: current data and transmission cycles. Am. J. Trop. Med. Hyg. 60 2:281-286. Eapen A, Ravindran KJ, Dash AP. 2010. Breeding potential of Aedes albopictus Skuese, 1985 in chikungunya affected areas of Kerala, India. Indian J. Med. Res. 132 6: 733-735. Gopalan SS, DasA. 2009. Household economic impact of an emerging disease in terms of catastrophic out-of-pocket health care expenditure and loss of productivity: investigation of an outbreak of chikungunya in Orissa, India. J. Vector.Borne.Dis. 46:57-64. Ghosh SK, Chakaravarthy P, Panch SR, Krishnappa P, Tiwari S, Ojha VP, Manjushree R, Dash AP. 2011. Comparative efficacy of two poeciliid fish in indoor cement tanks against chikungunya vector Aedes aegypti in villages in Karnataka, India. BMC.Pub. Hlth. 11:599 Hadi U K,KoeshartoFX . 2006. Nyamuk. Didalam S H Sigit U K Hadi, editor. Hama Permukiman Indonesia. Unit Kajian Hama Permukiman, Fakultas Kesehatan Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hadi UK, SigitSH, AgustinaE, 2006. Habitat perkembangan jentik aedes aegypti pada berbagai jenis air terpolusi. Prosiding seminar nasional hari nyamuk 2009. Bogor. Hasebe F, ParquetMC, PandeyBD, MathengeEGM, MoritaK, BalasubramaniamV, SaatZ, YusopA, SinniahM, NatkunamS, IgarashiA. 2002. Combined detection and genotyping of chikungunya virus by a specific reverse transcription-polymerase chain reaction. J. Med. Virol.67: 370-374 Hasyimi M, Soekirno M. 2004. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti pada tempat penampungan air rumah tangga pada masyarakat pengguna air olahan. J. Eko.Kes. 3 1: 37-42 Hidayat MC, Santoso L, Suwasono H. 1997. Pengaruh pH air perindukan terhadap pertumbuhan dan perkembangan Aedesaegypti pradewasa. CDK. 119:47-49 [ICTV].International Committee on Taxonomy of Viruses. 2010. http:www.microbiologybytes.comvirologyVirusGroups.html Kelvin AA. 2011. Outbreak of Chikungunya in the Republic of Congo and the global picture.J. Infect. Dev. Ctries.2011; 56:441-44 Kumar CJ, BabooCA, KrishnanBU, KumarA, JoyS, JoseT, PhilipA, SambasivaiahK, HegdeBM. 2007. The socioekonomic impact of the chikungunya viral epidemic in India. Open Medicine. 1 3: 150-152 Kaur P, PonniahM, MurhekarMV, Ramachandran V, RamachandranR, Raju HK, PerumalV, MishraAC, GupteMD. 2006. Chikungunya outbreak, South India. Emerg. Infect. Dis. 14 10:1623-1625 Karthikeyan M, Deepa MK. 2011. A study on chikungunya cases in palakkad, india. Act.Medic. Med. 501: 17-20 Khan AH, Morita K, Parquet MC, Hasebe F, Mathenge EGM, Igarashil A. 2002. Complete nucleotide sequence of chikungunya virus and evidence for an internal polyadenylation site. J. General. Virol. 83: 3075-3084. Lam SK, ChuaKB, HooiPS, RahimahMA, KumariS, TharmaratnamM, Chuah SK, Smith DW, SampsonIA. 2001. Chikungunya infection-an emerging disease in Malaysia. Southeast Asian J. Trop. Med. Pub. Hlth.32: 447-451 Lee CN, TanLK, TanCH, TanSSY, HapuarachchiHC, PokKY, LaiYL, PuaSG, BuchtG, LinRTP, LeoYS, TanBH, HanHK, OoiPL, JamesL, KhooSP. 2009. Entomologic and virologic investigation of chikungunya Singapore. Emerg.Infect.Dis. 15 8: 1243-1249. Lima-Camara, TN. 2010. Activity patterns of Aedes aegypti and Aedes albopictus diptera: culicidaeunder natural and artificial conditions. Oecol. Aust. 143: 737-744 Mardihusodo SJ. 1988. Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik Terhadap Penetasan Telur Nyamuk Aedes aegypti.Berita Kedokteran Masyarakat. IV: 6. Notoatmodjo S. 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Notoatmodjo S.2007. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan . Andi offset. Yogyakarta. Pastorino B, BessaudM, GrandadamM, MurriS, TolouHJ, PeyrefitteCN. 2005. Development of a TaqMan RT-PCR assay without RNA extraction step for the detection and quantification of African chikungunya viruses. J. Virol.Methods. 124 1-2 :65-71. Perich M J, DavilaG, TurnerA, GarciaA, NelsonM. 2000. Behavior of resting Aedes aegypti Culicidae: Diptera and its relation to ultra-low volume adulticide efficacy in Panama City, Panama. J. Med. Entomol. 37 4: 541-546 Piloux G, GauzereBA, JaureguiberryS, StrobelM. 2007. Chikungunya, an epidemic arbovirosis. Lanset Infect. 7 5: 319-327 Ponlawat A, Harrington LC. 2005. Blood feeding patterns of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Thailand. J. Med. Entomol. 425:844-849. Riyaz N, RiyazA, Rahima, LatheefENA, AnithaPM, AravindanKP, NairAS, ShameeraP. 2010. Cutaneous manifestations of chikungunya during a recent epidemic in Calicut, north Kerala, south India. IJDVL Indian J. Dermatol.Venereol.Leprol. 76 6: 671-676 Ross RW. 1954. The Newala epidemic III. The virus: Isolation, pathogenic properties and relationship to the epidemic. J. Hyg. Lond54: 177-191 Rohani A, Yulfi H, Zamree I, Lee HL. 2005. Rapid detection of chikungunya virus in laboratory infected Aedes aegypti by Reverse-Transcriptase- Polymerase Chain Reaction RT-PCR.Malaysia.Trop. Biomed.222: 149- 154. Sang RC, AhmedO, FayeO, KellyCLH, YahayaAA, MmadiI, ToilibouA, SergonK, BrownJ, AgataN, YakouideA, BallMD, BreimanRF, MillerBR, PowersAM. 2008. Entomologic Investigations of a Chikungunya Virus Epidemic in the Union of the Comoros. Am. J. Trop. Med. Hyg. 781: 77- 82. Sayono, AmaliaR, 2006. Daya tetas telur Aedes aegypti pada air tercemar. Prosiding seminar nasional hari nyamuk 2009 . Bogor Sitorus H, LasbudiP, Ambarita, 2004. Pengamatan larva Aedesdi Desa Sukaraya Kabupaten Oku dan di Dusun Martapura Kabupaten Oku Timur.Media penelitian dan pengembangan kesehatan. 27 2:28-33 Surtess G. 1967 a . Mosquito breeding in the kuching area, serawak with special reference to the epidemiology of dengue fever. J. Med. Entomol.7 2. Surtess G. 1967 b . Factors affecting the ovipotition of Aedesaegypti. Bull. Wld. Hlth. Org. 36: 694-596 . Strauss JH, StraussEG. 1994. The alphaviruses: gene expression, replication, and evolution. Microbiol.Rev.58: 491–562. Sembel DT. 2009. Entomologi kedokteran. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta Sudarmaja IM, MardihusodoSJ. 2009. Pemilihan tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti pada air limbah rumah tangga di laboratorium. J. Vet. 10 4: 205-207. Siriyasatien P, PengsakulT, KittichaiV, PhumeeA, KaewsaitiamS, ThavaraU, TawatsinA, AsavadachanukornP, MullaMS. 2010. Identification of blood meal of field caught Ae.aegypti l. by multiplex PCR. Southeast Asian J. Trop. Med. Pub. Hlth. 41 1:43-47 Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Penerbit kanisius.Yogyakarta. Hal 91- 99; 131-143 Schwartz O, Albert ML. 2010. Biology and pathogenesis of chikungunya virus.Nature. Rev. Microbiol. 8: 491-500 Thavara U, TawatsinA, PengsakulT, BhakdeenuanP, ChanamaS, AnantapreechaS, MolitoC, ChompoosriJ, ThammapaloS, SawanpanyalertP, SiriyasatienP. 2009. Outbreak of chikungunya fever in Thailand and virus detection in field population of vector mosquitoes, Aedes aegypti l. and Aedes albopictus skuse Diptera: Culicidae. Southeast Asian J. Trop. Med. Pub. Hlth. 40 5:951-962 Telles JN, RouxKL, GrivardP, VernetG, MichaultA. 2009. Evaluation of real- time nucleic acid sequencebased amplification for detection of Chikungunya virus in clinical samples. J. Med. Microbiol. 58:1168-1172. Umar A Don- Pedro KN. 2008. The effects of pH on the larvae of Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus. Inter. J. of Pure. Appl. Sci. [WHO].Word Health Organization.2008. Guidelines on clinical manajement of chikungunya fever. South-East Asia: WHO. 23:58- 62 [WHO].World Health Organization. 1972. Vector control in international health. Geneva. 26-28 Yudhastuti R Vidiyani A. 2005. Hubungan kondisi lingkungan, kontainer, dan perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue surabayaJ. Kes. Ling. 1 2: 170- 182 Zulkoni A. 2010. Parasitologi. Penerbit Mulia Medika, Yogyakarta. Lampiran 1 KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT KUESIONER Alamat Rumah : RTRW : Nama surveyor : Kode : I. DATA UMUM A. KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA Nama : L P Umur : Pendidikan : 1 Tidak sekolah 5 Akademidiploma 2 SD 6 Perguruan tinggi 3 SLTP 7 Lainnya, sebutkan:… 4 SLTA Pekerjaan 1 PNSABRI 4 Buruh 2 Pegawai swasta 5 Tidak bekerja 3 Wiraswasta 6 Lain-lain, sebutkan:.. Jumlah penghuni rumah:…………………orang…………….KK B. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama : L P Umur : Pendidikan 1 Tidak sekolah 5 Akademidiploma 2 SD 6 Perguruan tinggi 3 SLTP 7 Lainnya, sebutkan:… 4 SLTA Pekerjaan : 1 PNSABRI 4 Buruh 2 Pegawai swasta 5 Tidak bekerja 3 Wiraswasta 6 Lain-lain, sebutkan:… Hubungan dengan KK 1 Kepala keluarga 3 Anak 2 Istri 4 Anggota keluarga lainnya, sebutkan: II. DATA PENGETAHUAN DAN PERILAKU A. PENGETAHUAN a Chikungunya 1. Apakah saudara pernah mendengarmengetahui tentang penyakit chikungunya? 1 Ya 2 Tidak 2. Bila Ya, dari mana saudara mendengarmengetahuinya? jawaban boleh 1 1 Tenaga kesehatan 5 Media elektonik TV, radio, film 2 Pamong camat, lurah, RT,RW 6 Media cetak surat kabar, dll 3 Kader posyandu7 Dan lain-lain, sebutkan:… 4 orang dekat keluarga, teman, tetangga 3. Menurut saudara, apa penyebab chikungunya? 1 Bakteri 4 Nyamuk 2 Virus 5 Tidak tahu 3 Parasit 6 Lain-lain, sebutkan:… 4. Sebutkan gejala chikungunya yang diketahui 1 Demam 5 Lumpuh 2 Bercak merah dikulit 6 Kejang 3 Sakit persendian 7 Tidak tahu 4 sakitnyeri otot 8 Lain-lain, sebutkan:… 5. Apakah penyakit chikungunya dapat di cegah? 1 Ya 2 Tidak Jika ya, sebutkan:………… 6. Apakah penyakit chikungunya berbahaya? 1 Ya 2 Tidak Jika ya, sebutkan:………… 7. Menurut saudara, apa penular chikungunya? 1 Nyamuk, sebutkan jenis:………….. 3 Tidak tahu 2 Lalat 4 Lain-lain, sebutkan:… 8. Sebutkanlan ciri-ciri nyamuk tersebut 1 Bintik-bintik putihbelang-belang 3 Tidak tahu 2 Warna coklat 4 Lain-lain, sebutkan: 9. Bagaimana perilakukebiasaan nyamuk tersebut 1 Menggigit pada siang hari 3 Tidak tahu 2 Berkembangbiak di air jernih 4 Lain-lain, sebutkan: 10. Sebutkanlah beberapa tempat pekembangbiakantempat hidup nyamuk tersebut jawaban boleh lebih dari 1 tidak boleh diarahkan 1 Bak mandi 7 Tempat minum burung 2 Bak WC 8 Potongan bambu 3 Tempayan 9 Ketik daun 4 Bankaleng bekas berisi air 10 Dispenser 5 Vaspot bunga 11 Lain-lain, sebutkan:… 6 Talang air 11.Tindakan apa yang dilakukan Jika anggota keluarga yang sakit chikungunya? 1 Berobat ke tenaga kesehatan 3 Dukunorang pintar 2 Mengobati sendiri, 4 Lain-lain: sebutkan:… b. Demam Berdarah DengueDBD 1. Apakah saudara pernah mendengarmengetahui tentang penyakit DBD? 1 Ya 2 Tidak 2. Bila Ya, dari mana saudara mendengarmengetahuinya?jawaban boleh 1 1 Tenaga kesehatan 5 Media elektonik TV, radio, film 2 Pamong camat, lurah, RT,RW 6 Media cetak surat kabar, dll 3 Kader posyandu 7 Dan lain-lain, sebutkan:…… 4 orang dekat keluarga, teman, tetangga 3. Menurut saudara, apa penyebab DBD? 1 Bakteri 4 Nyamuk 2 Virus 5 Tidak tahu 3 Parasit 6 Lain-lain, sebutkan:…… 4. Sebutkan gejala DBD yang diketahui 1 Demam 5 Lumpuh 2 Bercak merah dikulit 6 Kejang 3 Sakit persendian 7 Tidak tahu 4 sakitnyeri otot 8 Lain-lain, sebutkan: 5. Apakah penyakit DBD dapat di cegah? 1 Ya 2 Tidak Jika ya, sebutkan:………… 6. Apakah penyakit DBD berbahaya? 1 Ya 2 Tidak Jika ya, sebutkan:………… 7. Menurut saudara, apa penular DBD? 1 Nyamuk, sebutkan jenis:…… 3 Tidak tahu 2 Lalat 4 Lain-lain, sebutkan: 8. Sebutkanlan ciri-ciri nyamuk tersebut 1 Bintik-bintik putihbelang-belang 3 Tidak tahu 2 Warna coklat 4 Lain-lain, sebutkan:… 9. Bagaimana perilakukebiasaan nyamuk tersebut 1 Menggigit pada siang hari 3 Tidak tahu 2 Berkembangbiak di air jernih 4 Lain-lain, sebutkan:… 10. Sebutkanlah beberapa tempat pekembangbiakantempat hidup nyamuk tersebut jawaban boleh lebih dari 1 tidak boleh diarahkan 1 Bak mandiWC 7 Tempat minum burung 2 Talang air 8 Potongan bambu 3 Tempayan 9 Ketik daun 4 Bankaleng bekas berisi air 10 Dispenser 5 Vaspot bunga 11 Lain-lain, sebutkan:… 11. Tindakan apa yang dilakukan Jika ada anggota keluarga yang sakit DBD? 1 Berobat ke tenaga kesehatan 3 Dukunorang pintar 2 Mengobati sendiri, 4 Lain-lain: sebutkan:… c. Pemberantasan Sarang nyamukPSN 1. Apakah pernah mendengar tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M plus? 1 Ya 2 Tidak 2. Apakah perlu melakukan PSN? 1 Ya 2 Tidak Jika Ya, Mengapa? 3. Bila Ya, dari mana saudara mendengarnya? 1 Tenaga kesehatan 5 Media elektonik TV, radio, film 2 Pamong camat, lurah, RT,RW 6 Media cetak surat kabar, dll 3 Kader posyandu 7 Dan lain-lain, sebutkan:…… 4 orang dekat keluarga, teman, tetangga 4. Bagaimana cara PSN yang di ketahui? 1 Menguras tempat penampungan air 4 Menaburkan abate 2 Manutup tempat penampungan air 5 Memelihara ikan 3 Mengubur barang bekas kaleng, dll 6 Lain-lain, sebutkan: 5. Kapan sebaiknya melakukan PSN 1 Seminggu sekali 3 Kapan ada waktu 2 Sebulan sekali 4 Lain-lain: sebutkan:…

B. SIKAP

Sikap responden No Sikap Responden Tdk Kurang Ragu- Setuju Setuju setuju setuju ragu sekali 1 Chikungunya dapat dicegah dengan pemberantasansarang nyamuk 2 DBD dapat dicegah dengan pemberantasan sarang nyamuk 3 Pemberantasan sarang nyamuk adalah tanggung jawab pemerintah 4 Kegiatan PSN perlu peran serta masyarakatsecara terus menerus 5 Masyarakat harus melakukan PSN di rumahmasing-masing 6 Tokoh masyarakat perlu menggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN 7 Setiap warga perlu mengingatkan tetangganya untuk melakukan PSN 8 Berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti dalam rangka PSN 9 jika ada warga yang menderita chikungunya atau DBD, maka warga sekitar harus siapmelakukan PSN di lingkungannya 10 Saya lebih suka penyemprotan oleh petugaskesehatan untuk pemberantasan nyamukdaripada melakukan PSN C. PERILAKU 1. Apakah ada anggota keluarga yang sakit chikungunya dalam 6 bulan terakhir? 1 Ya, kapan:…………….. 2 Tidak 2. Apa yang dilakukan saat ada yang sakit? 1 Berobat ke tenaga kesehatan 3 Dukunorang pintar 2 Mengobati sendiri 4 Lain-lain: sebutkan:… 3. Apa yang saudara lakukan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk? 1 Pakai kulambu di siang hari jika tidur 4 Memakai repelentautan 2 Membakar obat nyamuk5 Memakai pakaian lengan panjang 3 Menggunakan obat semprot nyamuk6 Lain-lain, sebutkan:……… 4. Kegiatan apa saja yang biasa lakukan untuk PSN? tanyakan masing-masing kegiatan dan observasi 1 Menguras bak mandibak WC 2 Menutup tempat penampungan air 3 Mengubur kaleng bekas, gelas plastik bekas 4 Menyimpan ban bekas dengan baik 5 Mengganti air vas bunga, berapa kali dalam seminggu:…… 6 Mengganti air di tempat minuman burung, berapa kali dalam seminggu:… 7 Memelihara ikan 8 Menaburkan larvasida abate dll, 9 Lain-lain, sebutkan:………… 5. Dalam 1 bulan terakhir apakah menguras TPAtempat penampungan air di dalam di luar rumah? 1 Ya, di dalam rumah 3 Tidak 2 Ya, di luar rumah 6. Jika ya berapa kali dalam sebulan terakhir saudara menguras TPA 1 1 kali 3 3 kali 5. 5 kali 2 2 kali 4 4 kali 7. Dalam 1 minggu terakhir apakah menguras TPAtempat penampungan air di dalamdi luar rumah? 1 Ya, di dalam rumah 3 Tidak 2 Ya, di luar rumah 8. Kapan saudara menguras TPA terakhir kalinya? 1 ……..hari yang lalu 2 Hari ini 9. Jika pertanyaan 4 paint 8 menggunakan larvasida Ya, dimana saudara menaburkan larvasidaabate tersebut?? jawaban boleh lebih dari satu 1 Bak mandi 1 Ya 2 Tidak 2 Embertempayan 1 Ya 2 Tidak 3 Drum 1 Ya 2 Tidak 4 Tower air 1 Ya 2 Tidak 5 Kolam ikan 1 Ya 2 Tidak 6 Lain-lain, sebutkan:………… 10. Apakah di lingkungan saudara ada perkumpulan sosial? 1 Ada 2 Tidak 11. Apakah dalam perkumpulan tersebut juga dilakukan penggerakkan 3M plus? 1 Ya 2 Tidak D. Lembar Observasi No Jenis Kontainer Hasil Pengamatan Positif Negatif Lampiran 2 Habitat Larva nyamuk Aedes spp. di Kelurahan Pasir Kuda a b c d e f g h Keterangan: • Tempat Penampungan Air: a bak mandiWC; b tempayan • Bukan Tempat Penampunga Air : c ban bekas; d vas bunga; e kaleng bekas; f kubangan dan dispenser • Tempat Penampungan Alamiah: kelopak daun g dan h Lampiran 3 Kegiatan Pengumpulan nyamuk Aedes spp. di Kelurahan Pasir Kuda a b c Keterangan: • Pengumpulan larva nyamuk Aedes spp. a • Pengumpulan nyamuk dewasa Aedes spp. dengan metode landing collection dan resting collection b • Pengumpulan telur nyamuk Aedes spp. c Lampiran 4 Kegiatan identifikasi nyamuk dan Eksktraksi RNA Virus a b Keterangan: • Identifikasi nyamuk Aedes spp. a • Ekstraksi RNA Virus Chikungunya pada nyamuk b Lampiran 5 Kegiatan PCR nyamuk dan Elektroforesis a b Keterangan: • RT-PCR a • Elektroforesis pada gel agarose 1 b Lampiran 6 NyamukDewasa di KelurahanPasirKuda, Desember 2010 RW RT JenisNyamuk TOTAL Aeaegypti Aealbopictus Cx. qiunquifasciatus Arm subalbatus Cxtritaeniorhinchus DR LR B J DR LR B J DR LR B J DR LR B J DR LR B J L R L R L R L R L R L R L R L R L R L R III RT 2 1 15 2 1 6 2 4 1 2 2 1 RT 3 4 3 1 2 1 4 1 1 5 6 6 1 RT 6 4 40 24 1 2 5 2 1 1 JUMLAH 9 58 1 40 28 4 15 2 17 4 2 1 1 4 1 7 8 14 6 1 1 112 IV RT 1 5 18 8 13 3 9 3 2 1 1 1 RT 2 5 18 9 2 10 1 3 RT 4 2 31 18 1 2 1 1 JUMLAH 12 67 44 35 1 1 15 3 11 9 15 1 12 4 3 1 1 4 1 120 Keterangan: DR: DalamRumah; LR: LuarRumah; B: Betina; J: Jantan Lampiran 7 NyamukDewasa di KelurahanPasirKuda, Januari 2011 RW RT JenisNyamuk TOTAL Aeaegypti Aealbopictus Cx. qiunquifasciatus Arm subalbatus Cxtritaeniorhinchus DR LR B J DR LR B J DR LR B J DR LR B J DR LR B J L R L R L R L R L R L R L R L R L R L R III RT 2 5 37 10 1 8 4 RT 3 3 32 4 14 1 10 1 2 RT 6 2 34 14 1 47 5 5 JUMLAH 10 103 4 79 38 2 2 1 65 5 61 10 2 2 0 192 IV RT 1 7 39 1 25 5 1 10 3 4 RT 2 17 5 24 2 1 RT 4 4 22 4 13 1 7 6 5 17 3 JUMLAH 11 78 1 4 51 43 1 12 6 13 6 51 43 8 4 4 0 1 1 0 169 Keterangan: DR: DalamRumah; LR: LuarRumah; B: Betina; J: Jantan Lampiran 8 NyamukDewasa di KelurahanPasirKuda, Februari 2011 RW RT JenisNyamuk TOTAL Aeaegypti Aealbopictus Cx. qiunquifasciatus Arm subalbatus Cxtritaeniorhinchus DR LR B J DR LR B J DR LR B J DR LR B J DR LR B J L R L R L R L R L R L R L R L R L R L R III RT 2 24 9 9 3 10 4 RT 3 7 42 2 26 1 1 148 16 1 1 RT 6 3 2 31 5 JUMLAH 7 69 2 78 41 37 9 1 7 3 1 189 165 25 1 1 0 1 1 0 280 IV RT 1 2 9 5 1 5 1 12 1 RT 2 58 119 74 1 1 24 1 3 RT 4 2 1 13 3 JUMLAH 60 130 190 110 80 2 5 6 1 1 49 1 44 7 248 Keterangan: DR: DalamRumah; LR: LuarRumah; B: Betina; J: Jantan Lampiran 9 NyamukDewasa di KelurahanPasirKuda, Maret 2011 RW RT JenisNyamuk TOTAL Aeaegypti Aealbopictus Cx. qiunquifasciatus Arm subalbatus Cxtritaeniorhinchus DR LR B J DR LR B J DR LR B J DR LR B J DR LR B J L R L R L R L R L R L R L R L R L R L R III RT 2 4 9 13 3 73 14 2 RT 3 2 8 6 64 2 3 RT 6 1 13 4 1 3 218 28 JUMLAH 7 30 27 10 1 13 11 3 3 355 314 44 2 2 0 3 3 0 414 IV RT 1 2 29 1 16 1 25 5 1 RT 2 8 2 54 1 3 RT 4 3 2 3 JUMLAH 2 40 1 43 23 20 1 1 82 1 75 8 1 1 0 128 Keterangan: DR: DalamRumah; LR: LuarRumah; B: Betina; J: Jantan ABSTRACT YULIANA RADJA RIWU. BioecologyAedesspp. Mosquitoes and the Detection of Chikungunya Virus inPasirKuda Village, West Bogor Dictrict.Under direction of UPIK KESUMAWATI HADI, and SURACHMI SETYANINGSIH. Chikungunya disease was one of the community health problems at PasirKuda Village with an attack rate of 2.96‰ in 2010. This research was done to study the mosquitoe ecology and to detect the presence of chikungunya virus CHIKV in Aedes spp. mosquitoes. Field surveys were done from December 2010 until August 2011 to collect mosquitoes and conduct interview to identify community knowledge, attitudes and practices KAP on chikungunya, and then in the laboratory to detect chikungunya virus in mosquito samples using Polymerase Chain Reaction PCR technique. The resultsshowed that Ae. aegypti breeding place was not in the collecting and saving water container inside the house, but was in another container outside, Ae. albopictus prefer to breed in natural water container and was categorized in moderate density. Ae.aegypti tend to bite and rest inside the house, while Ae. albopictus tend to bite and rest outside the house. Chikungunya virus was successfully detected only in the female Ae. aegypti which was collected on December 2010. The society’s knowledge about chikungunya prevention was categorized as moderate, however, it was not in line with their actions. Keywords :Aedes spp. mosquitoes,Chikungunya, Polymerase Chain Reaction 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Chikungunya merupakan satu diantara Arbovirosis Arthropode borne viral diseases yang disebabkan oleh virus dari Genus Alphavirus, Famili Togaviridae Strauss 1994.Arthropodeyang dilaporkan sebagai vektor adalah Aedes furcifer, Ae.taylori, Ae.luteocephalus di Afrika Diallo et al. 1999,Ae. aegypti dan Ae. albopictusdi AsiaKaur et al. 2006; Pialoux 2007; WHO 2008; Lee et al. 2009; Eapen et al. 2010.Di Indonesia terdapat3 jenis nyamuk genus Aedes yang umumditemukan yaituAe. aegypti,Ae.albopictusdan Ae. scutelaris, tetapi yang dilaporkan sebagai vektor chikungunya adalahAe. aegyptidan Ae.albopictus yang dikenal juga sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue Hadi Koesharto 2006.Penularan pada manusia terjadi bila nyamuk menghisap darah penderita chikungunya, kemudian nyamuk yang terinfeksi tersebut menghisap darah manusia yang sehat. Penyakit ini bersifat self limiting disease sembuh sendiri, belum pernah dilaporkan adanya kematian dan relatif kurang berbahaya serta tidak fatal dibandingkan dengan penyakit demam berdarah dengue. Akibat yang ditimbulkan cukup merugikan secara ekonomi karena penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari sehingga menurunkan produktivitas. Gopalan et al. 2009 melaporkanbahwa kerugian yang disebabkan penyakit chikungunya di India berupakehilangan pendapatan rata-rata sebesar US 75 dengan hari kerja yang hilang sebanyak ±35 hari,serta biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan yaitu rata-rata US 83.3. Gejala yang ditimbulkan pada penderita adalah demam, nyeri sendi arthalgia terutama sendi pergelangan tangan dan kaki, nyeri otot myalgia serta gejala lain seperti muntah, menggigilRiyaz et al. 2010. Nyeri sendi bisa bersifat sementara selama beberapa minggu, lebih dari 6 bulan dan bahkan ada juga yang menetap Karthikeyen Deepa 2011. Penyakitchikungunya diidentifikasi pertama kali di Tanzania Afrika Timur pada tahun 1952 Ross 1954 dan terus menimbulkan epidemi ke seluruh wilayah Afrika, dan Asia Lam et al. 2001. Tahun 2006 terjadi KLB antara bulan Februari sampai Agustus di India dengan jumlah kasus 1,38 juta orang Kumar et al. 2007, tahun berikutnya terdapat 56.365 kasus dilaporkan dari 14 negara bagian di India Penyakit chikungunya masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di kota-kota besar.Khusus di Kota Bogor, penyakit ini juga merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat karena sering terjadi Kejadian Luar Biasa KLB. Berdasarkan data yang diperoleh, selama 3 tahun terakhir penyakit ini juga menyebar hampir di seluruh kecamatan. Attack rate setiap tahun berturut- turut yaitu 1.35‰ 1328 orang tahun 2008, 0.26‰ 260 orang tahun 2009 dan bulan Januari sampai Oktober tahun 2010 0.33‰ 331 orang. Kasus chikungunya terakhir terjadi pada bulan September 2010 di Kelurahan Pasir Kuda dengan jumlah kasus sebanyak 41 orang atau 2.96‰ Dinkes Kota Bogor 2010. WHO 2008. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973, kemudian tahun 1980 menyerang penduduk di Kuala Tungkal Jambi, tahun 1983 terjadi di Martapura, Ternate, dan Yogyakarta. Penyakit ini muncul kembali tahun 2001 di Muara Enim, Sumatera Selatan, Aceh dan Bogor,selanjutnya pada tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Secara epidemiologis sejak tahun 2000-2007, hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensial terjadi KLB dan tercatat jumlah penderita 18.169 orang tanpa kematian Depkes 2007. Vaksin maupunobat untuk mencegah dan mengobati penyakit ini belum ditemukan, sehingga penanggulangan yang paling efektif adalah pengendalian nyamuk vektor. Strategi pengendalian vektor yang tepat harus dilakukan berdasarkan pengetahuan yang benar tentang jenis vektor, bioekologi nyamuk sebagai vektor yang meliputi perilaku berkembangbiak, istirahat dan menghisap darah. Tingkat kerawanan penyebaran penyakit chikungunya di suatu wilayah dapat diprediksi berdasarkan ketersediaan habitat dan kepadatan nyamuk Aedes spp. Daerah yang mempunyai habitat potensial yang banyak, kepadatan populasi nyamuk akan besar dan kemungkinan kejadian kasus chikungunya akan tinggi. Kepadatan populasi nyamuk dialam tidak terlepas dari perilaku masyarakat berhubungan dengan pemberantasan sarang nyamuk PSN. Nyamuk Aedesspp.pada umumnya berkembangbiak pada air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah serta terlindung dari cahaya matahari. Penelitian sebelumnya mengindikasikan adanya kemungkinan perubahan perilaku