Latar Belakang Analisis Efisiensi Pemasaran Nenas Studi Kasus di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki kontribusi penting dalam pertanian di Indonesia. Dalam rangka pembangunan pertanian, pemerintah terus melakukan pengembangan di subsektor hortikultura. Pengembangan hortikultura juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan diversifikasi produk pertanian sehingga dapat menambah pangsa pasar dan daya saing. Kontribusi subsektor hortikultura dalam Produk Domestik Bruto PDB berdasarkan harga berlaku terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 PDB hortikultura sebesar Rp 84.203 milyar dan pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 88.334 milyar. Pada tahun 2010 nilai hortikultura berdasarkan harga berlaku mengalami penurunan sebesar 2 , yaitu dari Rp 88.334 milyar menjadi sekitar Rp 86.565 milyar. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah produksi, luas areal produksi dan areal panen dari komoditas buah-buahan dan tanaman biofarmaka. Menurut Subagyo, pendiri Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura Indonesia, nilai pasar benih sayur dan buah hotikultura nasional tahun 2012 diperkirakan meningkat sebesar 10 - 15 menjadi Rp 600 milyar – Rp 700 milyar dari tahun sebelumnya 1 . Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 1. Buah-buahan merupakan salah satu kelompok hortikultura selain sayur- sayuran, florikultura dan tanaman obat-obatan biofarmaka. Pengembangan subsektor hortikultura antara lain dilakukan melalui pengembangan komoditas buah-buahan tropika. Pengembangan buah tropika dilakukan karena memiliki potensi pasar ekspor serta merupakan komoditas berorientasi kerakyatan yang mampu memberikan pengaruh bagi peningkatan kesejahteraan petani. Seiring perkembangan pola hidup sehat masyarakat, kesadaran untuk mengkonsumsi buah-buahan pun meningkat. Selain itu, buah-buahan merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. 1. www.indonesiafinancetoday.comred16655Pasar-Benih-Hortikultura-Diprediksi-Tumbuh- 10-15 2 Tabel 1 . Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2007-2009 No Komoditas Nilai PDB Milyar Rp 2007 2008 2009 2010 1 Buah-buahan 42.362 47.060 48.437 45.482 2 Sayuran 25.587 28.205 30.506 31.244 3 Florikultura 4.741 5.085 5.494 6.174 4 Biofarmaka 4.105 3.853 3.897 3.665 Total 76.795 84.203 88.334 86.565 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2011 Sektor buah-buahan memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan bagi subsektor hortikultura. Selain itu, dari tahun ke tahun peranan sektor buah- buahan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data tahun 2010 volume ekspor sebesar 196.341 ton meningkat menjadi 233.011 ton pada tahun 2011. Sedangkan nilai ekspor pada tahun 2010 sebesar US 173 juta meningkat menjadi US 241 juta pada tahun 2011. Perkembangan ekspor komoditi hortikultura dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 . Perkembangan Ekspor Hortikultura Tahun 2010 – 2011 No Komoditas 2010 2011 Volume Ton Nilai US Volume Ton Nilai US 1. Sayuran 138.106 170.293.049 133.948 196.917.290 2. Buah-buahan 196.341 173.107.906 233.011 241.582.615 3. Florikultura 4.294 9.041.872 4.888 13.160.381 4. Tanaman Obat 13.468 18.867.159 243.162 316.860.586 Total 352.209 371.309.986 605.009 768.520.872 Sumber: BPS dan Pusdatin diolah 3 Nenas merupakan salah satu komoditas yang memiliki pasar potensial, baik pasar domestik maupun pasar dunia. Pada tahun 2011 Indonesia adalah eksportir nenas terbesar di dunia. Nilai rata-rata perdagangan nenas yaitu sebesar US 139 juta hampir ke seluruh dunia, yang paling besar adalah ke Amerika Serikat. Selain itu, adalah negara-negara di Eropa, Timur Tengah dan Amerika Latin seperti Peru, Uruguay, Panama dan India. Besarnya peluang pasar ekspor buah-buahan dunia telah membangkitkan keinginan pemerintah Indonesia untuk mendorong produk buah-buahan tropika menjadi komoditas primadona dunia 2 . Perkembangan volume dan nilai ekspor nenas Indonesia pada tahun 2008 - 2010 mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu sebesar 189.233 ton dengan nilai ekspor US 203.790. Hal ini menunjukkan bahwa nenas merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan. Informasi ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Nenas Indonesia Tahun 2008 – 2011 Tahun Volume Ton Nilai US Harga USTon 2008 269.664 204.552.168 758,54 2009 179.310 139.748.151 779,37 2010 159.009 143.484.192 902,37 2011 189.223 203.790.312 1.076,98 Sumber: BPS “Ekspor Impor 2008-2011 Pusat Data dan Informasi, Kementerian Pertanian diolah oleh Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2011 Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil nenas terbesar bila dibandingkan dengan daerah penghasil lainnya yaitu Palembang dan Riau. Beberapa daerah penghasil nenas seperti Subang, Bogor, Bandung Barat, Tasikmalaya dan Ciamis merupakan daerah yang memiliki jumlah produksi paling banyak di Jawa Barat. Informasi mengenai produksi nenas di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4. 2 Hasanudin Ibrahim dalam Konfrensi Pers Refleksi Akhir Tahun, Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian [RI Jadi Negara Pengekspor Nanas Terbesar di Dunia] 4 Tabel 4. Produksi Nenas di Beberapa KabupatenKota di Jawa Barat Tahun 2010 No KabupatenKota Produksi Ton 1 Subang 379.455 2 Bogor 2.904 3 Bandung Barat 1.443 4 Tasikmalaya 405 5 Ciamis 364 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2010 Berdasarkan Tabel 4, Kabupaten Subang merupakan daerah penghasil nenas terbesar dan disusul oleh Bogor. Departemen Pertanian dalam Program Pengembangan Sentra Produksi Hortikultura di Jawa Barat telah menetapkan beberapa daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Salah satu dari daerah tersebut adalah Bogor. Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Bappeda Kabupaten Bogor sebagai salah satu instansi yang mempunyai kewenangan untuk mengembangkan suatu wilayah, telah berupaya sebaik mungkin untuk mengembangkan komoditi nenas sebagai komoditi asli dari Kabupaten Bogor, terutama sebagai salah satu potensi sumberdaya lokal yang ada di Kecamatan Cijeruk. Kecamatan Cijeruk merupakan salah satu penghasil nenas terbesar di Kabupaten Bogor dengan produksi pada tahun 2008 sebasar 331.20 ton 55,59. Populasi dan produksi nenas di Kabupaten Bogor tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 5. Penyebaran produksi nenas di Kecamatan Cijeruk diantaranya di Desa Cipelang, Sukaharja, Palasari, Cijeruk dan Tajur Halang. Produksi terbesar berada di Desa Cipelang yaitu sebesar 4.014 kw. Produksi buah-buahan beberapa desa di Kecamatan Cijeruk tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 6. 5 Tabel 5. Populasi dan Produksi Nenas di Kabupaten Bogor Tahun 2008 No Kecamatan Populasi pohon Produksi ton Persentase 1 Parung Panjang 3.132 13,40 2,25 2 Taman sari 75.572 149,50 25,08 3 Cijeruk 101.199 331,20 55,59 4 Cigombong 22.347 45,80 7,69 5 Cibinong 6.000 56,00 9,40 Jumlah 208.250 595,80 100 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008. Tabel 6. Produksi Buah-Buahan Beberapa Desa di Kecamatan Cijeruk Tahun 2010 kw No Desa Nenas Alpukat Durian Dukuh 1 Cipelang 4.014 415 1.726 40 2 Sukaharja 2.065 395 226 81 3 Palasari 1.720 240 402 22 4 Cijeruk 1.490 448 575 19 5 Tajur Halang 849 431 462 40 Sumber: BPS Kabupaten Bogor 2010 Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk merupakan sentra produksi nenas yang akan dikembangkan menjadi komoditi asli Kabupaten Bogor. Pengembangan nenas sebagai komoditi asli bertujuan untuk meningkatkan potensi sumberdaya ekonomi lokal. Pengembangan sumberdaya ekonomi lokal yang belum optimal dipengaruhi oleh adanya perbedaan marjin di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa petani memiliki bargaining position yang lemah dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang saluran pemasaran yang efisien. 6

1.2. Perumusan Masalah