Kajian Mengenai Keragaan Pasar

11 sempurna, sedangkan dalam Herawati 2012 struktur pasar mengarah ke oligopoli. Ketika dihadapkan pada pedagang besar, hambatan keluar masuk pasar pada tingkat pedagang pengumpul cenderung tinggi. Pedagang pengumpul desa tidak dapat mempengaruhi harga, karena harga ditentukan oleh pedagang besar.

2.5 Kajian Mengenai Perilaku Pasar

Perilaku pasar dianalisis dengan melihat beberapa faktor yaitu kegiatan penjualan dan pembelian, cara pembayaran, penentuan harga dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Sihombing 2010 dan Herawati 2012 menyatakan bahwa penentuan harga dilakukan dengan sistem tawar menawar dan ditentukan oleh lembaga pemasaran yang tingkatannya lebih tinggi. Selain itu, dalam Herawati 2012 sebagian petani terkadang melakukan sistem tebas dalam melakukan penjualan hasil panennya. Sistem pembayaran pada Hermansyah 2008 dilakukan dengan 3 cara yaitu sistem pembayaran tunai, uang muka dan pembayaran kemudian. Menurut Sihombing 2010 dan Herawati 2012, sistem pembayaran hanya dilakukan dengan 2 cara yaitu sistem pembayaran tunai dan pembayaran kemudian. Kerjasama antar lembaga menurut Hermansyah 2008 dan Herawati 2012 dilakukan untuk pengaturan daerah pemasaran, penentuan harga agar tidak terjadi perbedaan harga di tingkat pedagang yang sama, serta untuk menjaga kontinuitas pasokan pembelian dan penjualan. Kerjasama antar lembaga pemasaran dilakukan karena adanya ikatan antara penjual dan pembeli yang sudah terbangun cukup lama.

2.6 Kajian Mengenai Keragaan Pasar

Keragaan pasar merupakan dampak atau refleksi dari struktur pasar dan perilaku pasar pada harga produk, biaya dan jumlah dari output. Hermansyah 2008, Sihombing 2010 dan Herawati 2012 menggunakan 3 indikator dalam menganalisis keragaan pasar yaitu marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan atas biaya. Menurut Herawati 2012 dan Sihombing 2010, marjin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga tataniaga. Sebaran marjin pada setiap pola saluran pemasaran menurut Sihombing 2010, ditentukan oleh panjang pendeknya rantai 12 pemasaran dan banyak tidaknya lembaga-lembaga pemasaran yang terkait dalam saluran pemasaran tersebut. Berbeda dengan Sihombing 2010, Herawati 2012 menyatakan besarnya marjin untuk setiap saluran tataniaga dipengaruhi oleh volume penjualan nenas serta jarak lokasi pemasaran. Berdasarkan analisis marjin yang dilakukan oleh Hermansyah 2008 dan Sihombing 2010, saluran pemasaran yang efisien adalah saluran yang memiliki nilai marjin paling kecil, biaya pemasaran kecil dan keuntungan yang cukup besar. Farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Analisis farmer’s share digunakan sebagai indikator untuk menentukan efisiensi saluran pemasaran. Farmer’s share yang tinggi tidak selalu menunjukkan bahwa suatu saluran pemasaran efisien. Siregar 2010 menyatakan bahwa besar kecilnya farmer’s share tidak selalu menunjukkan besar kecilnya keuntungan yang diterima oleh petani. Semakin panjang saluran pemasaran maka bagian harga yang diterima petani semakin kecil, walaupun harga yang dibayarkan konsumen semakin besar. Berdasarkan Sihombing 2010 dan Waty 2012, bahwa hal ini berkaitan dengan besar kecilnya manfaat yang ditambahkan pada produk yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Selain panjang pendeknya lembaga yang terlibat, Hermansyah 2008 dan Herawati 2012 menyatakan bahwa perbedaan nilai farmer’s share juga dipengaruhi oleh pasar tujuan. Rasio keuntungan atas biaya adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dari biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Saluran pemasaran dinyatakan efisien jika penyebaran nilai rasio keuntungan atas biaya di setiap lembaga pemasaran tersebar merata. Herawati 2012 menyatakan bahwa saluran 3 petani – PPD – pedagang besar – pengecer luar kota merupakan saluran pemasaran yang penyebaran nilai rasio keuntungan atas biayanya cukup merata. Berbeda pada penelitian Hermansyah 2008 bahwa nilai rasio keuntungan atas biaya pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat tidak memberikan keuntungan yang merata karena cenderung terpusat pada salah satu lembaga pemasaran. III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis