Perilaku Pasar Efisiensi Pemasaran

20 satu jenis produk tanpa adanya alternatif pilihan produk yang lain sehingga harga dan jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dapat dikuasai oleh perusahaan monopoli. Pada pasar monopoli produsen atau penjual sangat sulit untuk masuk ke pasar karena membutuhkan sumber daya yang sulit didapat serta adanya peraturan undang-undang.

3.1.2.3 Struktur Pasar Monopolistik

Struktur pasar monopolistik terjadi jika jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa atau sejenis, namun konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Sifat-sifat yang ada pada pasar monopolistik yaitu untuk menjadi produk yang unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda dengan melakukan inovasi. Struktur pasar monopolistik mirip dengan pasar persaingan sempurna hanya saja pada pasar monopolistik terdapat brand atau merek yang menjadi ciri khas suatu produk yang ditawarkan sehingga dapat dibedakan oleh konsumen, produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan untuk merubah harga dan relatif mudah keluar masuk pasar.

3.1.2.4 Struktur Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Sifat-sifat mendasar pasar oligopoli adalah harga produk yang ditawarkan relatif sama, pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses, sulit untuk masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar dan perubahan harga akan diikuti perusahaan yang lain.

3.1.3 Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah seperangkat strategi dalam pemilihan yang ditempuh baik oleh penjual maupun pembeli untuk mencapai tujuan masing-masing. Ada 3 cara mengenal perilaku pasar Winandi, 2012 yaitu: 1 penentuan harga dan setting level of output ; penentuan harga adalah menetapkan harga dimana harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama- 21 sama penjual atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga price leadership , 2 product promotion policy dapat dilakukan melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan, 3 predatory and exclusivenary tactics; strategi ini bersifat illegal karena bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar.

3.1.4 Keragaan Pasar

Menurut Sudiyono 2002 dalam Winandi 2012, keragaan pasar merupakan hasil keputusan akhir yang diambil dalam hubungan dengan proses tawar menawar dan persaingan harga. Keragaan pasar dapat digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh struktur dan tingkah laku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditi pertanian. Keragaan pasar market performance merupakan hasil atau pengaruh dari market structure dan market conduct yang dalam realita dapat terlihat dari produk atau output, harga dan biaya pada pasar- pasar tertentu. Keragaan pasar merupakan gabungan antara struktur pasar dan perilaku pasar yang menunjukkan terjadi interaksi antara struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar yang tidak selalu linier, tetapi saling mempengaruhi Rosiana, 2012 dalam Winandi, 2012. Adapun elemen keragaan pasar terdiri atas marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan atas biya dan integrasi pasar.

3.1.4.1 Marjin Pemasaran

Konsep marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau di tingkat retail. Pengertian marjin adalah pendekatan keseluruhan dari sistem pemasaran produk pertanian, mulai dari tingkat petani sebagai produsen primer sampai produk tersebut sampai di tangan konsumen akhir. Pengertian marjin yang lebih luas adalah merupakan cerminan dari aktivitas-aktivitas bisnis atau fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan dalam sistem pemasaran tersebut. Pengertian marjin dalam produk agribisnis menunjukkan nilai tambah added value yang terjadi selepas komoditi dari tingkat petani sebagai produsen primer, sampai produk yang dihasilkan diterima konsumen akhir. Artinya margin dapat merupakan ukuran 22 aktivitas bisnis atau kegiatan produktif yang dapat menjadi indikator efisiensi atau tidaknya sistem pemasaran. Analisis marjin sebagai indikator efisiensi pemasaran juga harus mengevaluasi fungsi-fungsi pemasaran yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan nilai guna atau nilai tambah sehingga konsumen puas. Banyak yang beranggapan bahwa marjin pemasaran yang kecil adalah lebih efisien dari pada marjin pemasaran yang besar. Apabila pernyataan ini benar, maka dimana marketing margin adalah nol dan semua penerimaan petani adalah sama yang dibayar oleh konsumen, maka sistem pemasaran tersebut efisien. Persepsi salah yang lain adalah apabila marjin pemasaran tinggi, akibat banyak pedagang perantara Kohls and Uhl, 2002 dalam Winandi, 2012. Banyaknya pelaksanaan fungsi produktif yang dilakukan oleh lembaga perusahaan seperti adanya proses penyimpanan, grading dan sortasi, pengolahan dan kemasan yang higienis, maka biaya-biaya pemasarannya lebih besar yang mengakibatkan marjin pemasaran akan tinggi. Pada kondisi ini, sistem pemasaran tersebut efisien meskipun marjin pemasarannya relatif tinggi apabila dibandingkan dengan produk akhir yang tidak diolah atau tanpa kemasan yang higienis. Oleh sebab itu, mempergunakan marjin pemasaran sebagai salah satu indikator efisiensi harus dilakukan pada sistem pemasaran produk agribisnis yang setara equivalent. Artinya, apabila akan menghitung sebaran marjin pemasaran farm-retail price spreads, satuan volume di setiap tingkat lembaga pemasaran harus sama.

3.1.4.2 Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan porsi nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani dalam bentuk presentase . Ukuran atau kecenderungan dari farmer’s share tidak dapat selalu diandalkan sebagai ukuran dari efisiensi pemasaran karena kompleks penanganan produk yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Artinya harus memperhitungkan bentuk, fungsi dan atribut-atribut produk hingga sampai ke konsumen akhir Winandi, 2012. Menurut Kohls dan Uhls 2002 dalam Sumardi 2009, farmer’s share adalah persentase harga yang diterima oleh petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukannya dalam 23 menghasilkan produk. Besarnya farmer’s share dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a tingkat proses, b biaya transportasi, c keawetan produk, dan d jumlah produk. Farmer’s share sering digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja suatu sistem pemasaran, akan tetapi tingginya farmer’s share tidak mutlak menunjukkan bahwa pemasaran berjalan efisien. Hal ini harus dilihat dari besar kecilnya manfaat yang ditambahkan dalam suatu produk yang dilakukan oleh lembaga perantara atau pengolahan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

3.1.4.3 Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Rasio keuntungan dengan biaya-biaya antar sistem lembaga pemasaran πc, sering dipergunakan sebagai indikator efisiensi Asmarantaka, 1999 dan 2009 dalam Winandi, 2012. Keuntungan perusahaan atau lembaga sering dipergunakan untuk mengevaluasi sistem pemasaran. Ada beberapa konsep dari keuntungan pemasaran atau π profits dalam hubungan evaluasi efisiensi pemasaran yaitu: 1. Sesuatu sebagai balas jasa dari aktivitas yang efisien dan mencari profit, sangat diperlukan akibat biaya menurun dan menciptakan produk atau memperbaiki produk. 2. Profit adalah biaya lain dari aktivitas bisnis. 3. Profit adalah biaya dari menarik kapital untuk investasi dalam pertumbuhan dan efisiensi dari sistem pemasaran.

3.1.5 Efisiensi Pemasaran

Secara normatif, pemasaran yang efisien adalah struktur pasar persaingan sempurna perfect competition akan tetapi struktur pasar ini secara realita tidak dapat ditemukan. Ukuran efisiensi adalah kepuasan konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat di dalam mengalirkan barangjasa mulai dari petani sampai konsumen akhir. Meningkatnya efisiensi atau sistem pemasaran yang efisien merupakan keinginan atau tujuan dari partisipan pemasaran yaitu petani, lembaga-lembaga pemasaran pedagang, pengolah dan pabrik, konsumen dan masyarakat umum. Efisiensi pemasaran dapat terjadi apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, persentase 24 perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, tersedianya fasilitas fisik tataniaga serta adanya kompetisi pasar yang sehat Soekartawi, 2002 4 . Indikator efisiensi pemasaran produk agribisnis dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga Khols dan Uhls, 2002 dalam Winandi, 2012. Efisiensi operasional atau teknis berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output- input pemasaran. Analisis yang sering dilakukan dalam kajian efisiensi operasional adalah analisis marjin pemasaran dan farmer’s share. Efisiensi operasional dapat dilakukan dengan 3 cara atau kondisi yaitu: a menurunnya biaya tanpa menurunkan kepuasan konsumen, b meningkatnya kepuasan konsumen tanpa meningkatkan biaya, c meningkatnya kepuasan konsumen dengan adanya peningkatan biaya, tetapi tambahan nilai output kepuasan konsumen lebih besar daripada tambahan nilai input biaya tambahan pemasaran. Efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga efisien yang sesuai dengan keinginan konsumen. Efisiensi harga dapat tercapai apabila: a masing-masing pihak yang terlibat puas atau responsive terhadap harga yang berlaku, b penggunaan sumberdaya mengalir dari penggunaan yang bernilai guna rendah ke nilai yang tinggi, c mengkoordinasi aktivitas antara pembeli dan penjual, mulai dari petani, lembaga pemasaran dan konsumen. Pemasaran agribisnis yang efisien apabila terdapat indikator-indikator yaitu: 1 menciptakan atau meningkatkan nilai tambah value added yang tinggi terhadap produk agribisnis, 2 menghasilkan keuntungan bagi setiap lembaga pemasaran yang terlibat sesuai dengan nilai korbanannya biaya-biaya yang dikeluarkan, 3 marketing margin biaya dan keuntungan yang terjadi relatif sesuai dengan fungsi-fungsi atau aktivitas bisnis yang meningkatkan kepuasan konsumen akhir, 4 memberikan bagian yang diterima petani produsen farmer’s share yang relatif akan merangsang petani berproduksi di tingkat usahatani. 4. Sokartawi, 1989:29. DefinisiPengertianEfisiensiEducation, Business. Dansite.wordpress.com 25

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Salah satu sentra produksi nenas di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor dengan sentra di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk. Petani nenas di Desa Cipelang dihadapkan pada beberapa permasalahan yaitu belum optimalnya peran kelompok tani, harga jual nenas yang masih diatur oleh pedagang menyebabkan barganing position petani lemah, adanya beberapa saluran pemasaran yang dilakukan oleh petani dan melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti petani, pedagang pengumpul desa PPD, pedagang besar, pengecer, tengkulak hingga konsumen akhir. Selain itu, panjangnya saluran pemasaran akan berdampak pada keuntungan yang diterima oleh petani. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan keuntungan petani diperlukan pemasaran yang efisien. Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional diukur dengan menganalisis margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan atas biaya. Sementara itu efisiensi harga diukur dengan menganalisis saluran pemasaran, fungsi dan lembaga pemasaran serta struktur pasar dan perilaku pasar. Setelah mengetahui dan menganalisis efisiensi operasional dan harga maka dapat diketahui saluran pemasaran yang paling efisien bagi petani nenas di Desa Cipelang. Kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.