PRATUGAS PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 223
E. Pelaksanaan Pelatihan
Pepatah  mengatakan  bahwa  perencanaan  yang  baik  50  pekerjaan  telah  selesai. Demikian  pula  halnya  dengan  penyelenggaraan  pelatihan.  Secara  umum  dapat
dikatakan  bahwa  pekerjaan  terberat  dalam  pelatihan  adalah  perencanaan  dan perancangan  pelatihan.  Dalam  tahap  ini  tidak  banyak  peranan  dan  fungsi  panitia
penyelenggara,  karena  sebagian  besar  tugas  dan  fungsi  pembelajaran  menjadi tanggung  jawab  fasilitator  yang  terlibat.  Dalam  hal  ini  Panitia  Penyelenggara  perlu
mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif dengan menyediakan berbagai sarana  prasarana  yang  dibutuhkan  oleh  fasilitator.  Dan,  yang  tidak  kalah  pentingnya
adalah  mempersiapkan  pelaporan  pada  akhir  pelatihan,  dimana  secara  administratif menjadi  tanggung  jawab  Panitia  Penyelenggara  sedangkan  secara  substantif  menjadi
tanggung jawab Fasilitator.
Secara  umum,  alur  pokok  yang  ditempuh  dalam  pelaksanaan  pelatihan  sebagai berikut:
1. Pembukaan Pelatihan; Pada umumnya kegiatan apapun juga yang dilakukan oleh
instansi pemerintah selalu diawali dengan kegiatan protokoler melalui kegiatan pembukaan  dan  sambutan-sambutan  serta  peresmian  pelaksanaan  pelatihan.
Acara  pembukaan  pelatihan  sepenuhnya  menjadi  tanggung  jawab  panitia penyelenggara;
2. Pada umumnya, acara standar dalam pembukaan dan peresmian pelatihan adalah
sebagai berikut di bawah ini: a
Pengantar umum oleh protocol atau pembawa acara. b
Laporan singkat dari penyelenggara pelatihan. c
Sambutan dari wakil lembaga atau instansi yang memberi dukungan. d
Sambutan  dan  peresmian  pembukaan  penyelenggaraan  pelatihan  oleh pimpinan lembaga misalkan kepala dinas atau yang mewakilinya.
e Acara ramah-tamah.
Pembukaan Pelatihan ini akan sangat bermanfaat bagi semua pihak karena dalam kesempatan ini pada umumnya Pimpinan Lembaga menyampaikan beberapa harapan
dan  komitmen  lembaga  terhadap  berbagai  hal  yang  berkaitan  dengan  topik  atau materi  pelatihan.  Oleh  karena  itu,  perlu  dicatat  oleh  fasilitator  sebagai  bahan  untuk
memperteguh  dan  mempertegas  pokok  bahasan  yang  relevan.  Setelah  acara pembukaan pelatihan selesai, panitia penyelenggara menyerahkan tanggung jawabnya
kepada fasilitator, sedangkan panitia hanya mendukung aspek logistik.
1. Bina SuasanaPencairan Suasana.
Pada umumnya, setelah acara pembukaan, suasana yang meliputi peserta masih kaku dan  formal yang dapat mengganggu  proses komunikasi  dalam  proses pembelajaran.
Tentu  saja  hal  ini  tidak  dikehendaki  oleh  semua  pihak  terutama  bilamana  konsisten
PRATUGAS PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR
224
| Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa Teknik Infrastruktur
menerapkan  pendekatan  partisipatif.  Untuk  itu,  dalam  kesempatan  ini  fasilitator  perlu mencairkan  suasana  sehingga  suasana  pelatihan  bisa  lebih  santai,  terbuka,  informal,
transparan, tidak ada ketakutan dan lain sebagainya, sehingga suasana yang ada lebih kondusif  yang  memungkinkan  semua  pihak  terlibat  aktif  tanpa  ada  beban.  Dalam
pencairan suasana ini antara lain mencakaup beberapa kegiatan utama yaitu:
 Perkenalan  antara  peserta  dengan  peserta  dan  antara  peserta  dengan  fasilitator
baik  melalui  permainan  maupun  melalui  berbagai  cara  yang  memungkinkan terjadinya keakraban.
 Penyusunan dan perumusan harapan peserta
 Penyusunan Tujuan Pelatihan secara bersama
 Penyusunan Jadwal Pelatihan Harian dan Pembentukan Seksi Sibuk pembagian
peran dan tugas antara peserta sendiri dan fasilitator 
Kaji ringkas review materi dan metoda Pelatihan yang sesuai dengan tujuan Perlu  diperhatikan  bahwa  hendaknya  fasilitator  tidak  terlalu  cepat  untuk
melangkah  dan  memasuki  tahap  selanjutnya  sebelum  suasana  kondusif  tercipta. Untuk  itu  diperlukan  kepekaan  fasilitator  untuk  melihat  sejauh  mana  suasana  yang
sudah tercipta memungkinkan setiap orang merasa bebas untuk berinteraksi satu sama lain.  Banyak  alat  dan  permainan  yang  dapat  dipergunakan  oleh  fasilitator  untuk
memecah  kebekuan  komunikasi  dan  interaksi,  khususnya  komunikasi  dan  interaksi antara peserta dengan fasilitator, mengingat bahwa ada budaya menunggu perintah
dari  atasan  dan  keengganan  untuk  berbeda  pendapat  dengan  pihak  yang  dianggap lebih tinggi posisinya.
2. Pembahasan Materi Pelatihan
Setelah pencairan atau bina suasana dirasakan cukup memadai, maka tahap berikutnya adalah tahap proses pembelajaran yang berkaitan dengan isi atau topik pelatihan.
Dalam hal ini beberapa panduan pelatihan yang telah publikasikan oleh berbagai pihak dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan. Meskipun panduan pelatihan
telah  tersedia,  namun  perlu  diingat  pula  bahwa  panduan  tersebut  bersifat  fleksibel yang  perlu  disesuaikan  dengan  hasil  dari  penjajagan  kebutuhan  pelatihan  dan
penyusunan harapan peserta. Hal ini penting karena seringkali banyak fasilitator sangat terikat dengan Buku Panduan tanpa menyesuaikan kondisi saat itu, mengingat bahwa
penjajagan  kebutuhan  pelatihan  dan  penyusunan  rencana  dilakukan  jauh sebelumnya, yang mungkin telah mengalami berbagai perubahan.
3. Rangkuman Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan  selanjutnya  adalah  rangkuman.  Biasanya  pembahasan  materi  dilaksanakan berdasarkan serangkaian sesi yang saling terkait dan mempunyai hubungan logis satu
sesi  dengan  sesi  yang  lain  selama  pelatihan  berlangsung.  Untuk  itu  diperlukan  suatu
PRATUGAS PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 225
rangkuman  menyeluruh  dari  awal  hingga  akhir  pelatihan  yang  didasarkan  pada  hasil rangkuman harian yang telah dilakukan.
Berdasarkan  pada  rangkuman  tersebut  di  atas,  maka  secara  tidak  langsung seluruh  pihak  terlibat  dalam  proses  mengevaluasi  pelatihan  terhadap  isi  atau  bahan
pelatihan. Namun demikian, dalam pelatihan partisipatif, evaluasi pelatihan tidak hanya menyangkut isi tetapi juga proses yang ditempuh yang dilakukan secara partisipatif.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah Rencana Tindak Lanjut. Seringkali orang melihat  bahwa  kegiatan  pelatihan  merupakan  kegiatan  akhir,  padahal  pelatihan
merupakan  kegiatan  awal  untuk  merubah  perilaku,  pengetahuan  dan  sikap  serta ketrampilan  seseorang,  yang  hanya  dapat  dilakukan  setelah  pelatihan  selesai  dan
melakukan kegiatan nyata di dalam kegiatan sehari-hari. Melalui rencana tindak lanjut diharapkan peserta dapat menerapkan apa yang telah dikaji selama pelatihan. Bilamana
suatu pelatihan tidak ada tindak lanjut yang konkrit, maka sulit untuk mengetahui dan mengidentifikasi dampak dari suatu pelatihan.
F. Pelatihan dalam Tugas On the Job Training