Tema 3
Kegiatan yang Menumbuhkan Kreativitas
Anda tentu pernah melihat atau bahkan mengikuti suatu kegiatan tertentu baik di sekolah maupun di masyarakat. Banyak kegiatan yang dapat menumbuhkan
daya kreativitas salah satunya adalah pembacaan puisi atau deklamasi puisi. Untuk dapat menyampaikan suatu informasi yang mampu menggugah daya kreativitas,
seseorang harus dapat membangkitkan minat dan motivasi serta memahami dengan benar apa yang akan disampaikan.
Dalam pelajaran ini, Anda akan diajak mendengarkan pembacaan penggalan novel, menyampaikan intisari buku biografi, membacakan puisi karya sendiri,
menulis surat dinas, dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik novel. Semua aspek yang Anda pelajari tersebut akan dikaitkan dengan tema yang kita bahas dalam
pelajaran ini, yaitu Kegiatan yang Menumbuhkan Kreativitas.
PETA KONSEP
Kegiatan yang Menumbuhkan Kreativitas
Mendengarkan Pem- bacaan Penggalan
Novel Menyampaikan Inti-
sari Buku Biografi Membacakan Puisi
Karya Sendiri Menulis Surat Dinas
Mendengarkan Berbicara
Membaca Menulis
Menjelaskan Unsur- unsur Intrinsik Novel
S u
m be
r: F
oto H
a ry
a n
a
S u
m be
r: Te
m p
o ,
2 8
a g
s- 3
s p
t 0 6
S u
m be
r: Ga
ru d
a J
a n
u a
ri 6
42 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program IPA IPS
A. Mendengarkan Pembacaan Penggalan Novel
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu menanggapi pembacaan penggalan novel dan menilai pembacaan novel dan memberikan saran yang bijak kepada pembaca.
1. Menanggapi Pembacaan Penggalan Novel
Pertemuan kali ini Anda diajak untuk membacakan penggalan novel yang berjudul Kosim Lagi Mintalah salah satu teman Anda untuk membacakan di
depan kelas Cermati pembacaan penggalan novel yang dilakukan teman Anda berdasarkan vokal, intonasi, dan penghayatan Berikut ini contoh format yang
dapat Anda gunakan sebagai penilaian
Nama pembaca : Atha Thabitha Komentator
: Nativus Eufoni Format 3.1
Keterangan: B : baik
C : cukup
K : kurang
KOSIM LAGI
Karya: Nur Sutan Iskandar
Hari Jumat petang. Matahari sudah hampir tersembunyi di balik gunung sebelah barat. Langit bersih, udara hening lagi jernih. Puncak
pohon kayu yang tinggi-tinggi berwarna kilau-kilauan dan sawah yang luas-luas bagai dihampiri dengan emas perada, sebab kena sinar
penghabisan sang surya yang hendak masuk ke peraduannya. Akan tetapi, di bawah pohon-pohonan itu sudah mulai gelap, sedang hawa
berangsur-angsur sejuk rasanya.
Seorang tua duduk di beranda rumahnya, yang kelindungan dari jalan raya oleh pohon buah-buahan. Rupanya kesedapan hawa dan
keindahan petang hari itu tiada terasa olehnya. Ia gelisah. Sebentar ia
Aspek Penilaian Komentar
Vokal Intonasi
Penghayatan B
C C
Vokal Atha sudah baik, tetapi masih perlu banyak berlatih dengan intonasi dan
penghayatan agar bisa lebih peka dengan naskah yang dibaca.
43 Kegiatan yang Menumbuhkan Kreativitas
berdiri dari bangku panjang di sisi beranda itu, berjalan hilir mudik sambil berpikir, dan sebentar lagi ia pun terperanjak duduk pula.
Hem, dari dahulu sudah terpikir juga olehku demikian Tak bermalu Ia mengaku bersahabat dengan daku, tetapi begini niatnya
Di tangannya ada sepucuk surat, yang terbuka dan sudah dibaca- nya.
Akan tetapi ia belum puas rupanya, sebab surat itu pun dibacanya sekali lagi, dengan lambat-lambat dan tenang. Tiba-tiba ia tersenyum
mengejeknya. Pangkat sedemikian yang dibanggakannya Apa saja perasannya?
Bininya, anak-anaknya hendak diapakannya, maka ia berani benar meminta anakku? Hem, Fatimah akan bermadu, akan berlaki tua, akan
jadi istri menteri itu? Ha, ha, ha
Ia pun segera berdiam diri, sebab pintu berkicut dibukakan orang dari dalam. Nyai Salamah ke luar dan berkata dengan senyumnya,
Suka benar hati Akang rupanya, tertawa seorang diri. Ada apa Akang? Perempuan itu pergi duduk di ujung bangku yang diduduki suaminya,
seraya memandang ke luar sebagai acuh tak acuh. Ada kabar aneh, lucu, kata Haji Junaedi dengan senyum dari
ujung yang lain. Coba ceritakan, saya dengar.
Fatimah di mana? Ada di belakang bermain-main: tapi ada apa? tanya perempuan
itu dengan agak berdebar-debar hatinya. Engkau kenal juragan Suria?
Manteri kabupaten? Mengapa takkan kenal? Yang kemari dulu, dan sahabat Akang?
Benar, - ya, sahabat akang itu berkirim surat kepada akang. Ia meminta Fatimah akan jadi istrinya. Ini suratnya, manis dan halus benar
isinya. Haji Junaedi memperlihatkan surat yang masih dipegangnya itu
kepada istrinya. Nyai Salamah terkejut, ternganga mulutnya dan pucat warna mukanya.
Engkau suka bermenantukan manteri itu? tanya suaminya dengan tenang.
Bermenantukan orang tua, yang berbini dan beranak itu? Daripada anakku bermadu, lebih baik dia tiada berlaki selama-lamanya. Tidak,
Akang, saya tidak mengharapkan pangkat, hanya kesenangan anak saya. Rupanya ia suka kepada
. Siapa gerangan orang muda itu? Den Kosim,
ya, benar Bagaimana rundingan dengan Juragan Patih, akang?
Belum ada keputusannya. Lebih baik hak itu Akang segerakan, ulang rundingan dengan
Juragan Patih. Katakan, bahwa kita sudah siap.
44 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program IPA IPS
Jadi engkau tiada suka kepada menteri kabupaten itu? Ia bagus, berpangkat; mulutnya manis
.
Jangan berolok-olok juga, Akang. Bila Akang hendak pergi ke kota? Surat itu lebih baik dibakar saja Rupanya tak ada sedikit jua ia segan
kepada Akang Kita orang desa, tak berharga di matanya. Ya, hari Ahad di muka
ini saya ke rumah Juragan Patih. Surat ini saya bawa, ada gunanya. Akan penguatkan rundingan, supaya ia jangan berlalai-lalai juga.
Sesungguhnya pada hari yang ditentukan itu, pukul lima petang, Haji Junaedi sudah ada di rumah patih. Ia disambut oleh R. Atmadi
Nata dengan senang hati. Sesudah bercakap-cakap Akang hendak menyegerakan pekerjaan itu. Akan tetapi apa perlunya diburu-buru
benar? Takkan lari gunung dikejar. Apalagi ia baru dua bulan bekerja, tentu belum dapat menyediakan apa-apa.
Dari dahulu sudah saya katakan: tak usah di bersedia-sedia. Sekaliannya tanggungan saya, bukan? Yang perlu sekarang lekas
.
Menyesak benar rupanya Apa sebabnya? Kerja baik elok dilekaskan, Juragan, supaya jangan disela lekas
kerja buruk. Ada alasannya?
Banyak. Pertama Fatimah sudah besar, kedua kami sudah siap dan ketiga
. Ujar H. Junaedi dengan senyumnya, dan sambil menun-
jukkan sepucuk surat ke tangan R. Atmadi Nata ia pun menyambung perkataannya, Ini yang penting sekali juragan. Saya harap juragan baca
sendiri.
Baru melihat tulisan alamatnya saja, R. Atmadi Nata sudah tahu dari siapa surat itu. Dengan tenang surat itu pun dibacanya. Kemudian
dilipatnya dan diberikannya kepada Haji Junaedi kembali, seraya katanya, Tak kusangka-sangka Agaknya sudah terbalik otaknya. Jadi
bagaimana pikiran Akang sekarang?
Saya menurut timbangan juragan sendiri. elok kata juragan elok; buruk kata juragan, buruk. Asal kerja itu dilekaskan.
Dengan menteri itu? Haji Junaedi terkejut, pucat mukanya.
Ha, ha, ha, tertawa R. Atmadi Nata dengan tiba-tiba. Tetapi bila
menteri kabupaten bertemu dengan Fatimah? Dahulu, ketika ia bertandang ke rumah saya. Barangkali Juragan
masih ingat: ia hendak ayam
? Ya, saya masih ingat.
Beberapa hari sesudah itu ia datang ke desa, lalu saya sambut sebagai biasa. Ketika itu sudah ada jua terpikir oleh saya, bahwa
anaknya tidak lurus. Salah pandangannya kepada anak saya itu. Hem, ya