Pemaknaan Temuan Penelitian PEMBAHASAN

ketuntasan yang diperoleh yaitu 70 dan siklus II pertemuan 2 persentase ketuntasan yang diperoleh yaitu 73,3. Maka rerata siklus II persentase ketuntasan yang diperoleh yaitu 71,6. Sedangkan siklus III pertemuan 1, persentase ketuntasan yang diperoleh yaitu 76,6 dan pada siklus III pertemuan 2 persentase ketuntasan yang diperoleh yaitu 86,7. maka rerata siklus III persentase ketuntasan yang diperoleh adalah 81,65 Dengan perolehan hasil tersebut, guru telah memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu ketuntasan belajar klasikal sebesar 80, sehingga guru mengakhiri penelitian ini disiklus III. Namun hasil dari pembelajaran ini tetap dipertahankan dan jika perlu ditingkatkan lagi untuk memperbaiki mutu pembelajaran secara berkelanjutan.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian

Pemaknaan temuan didasarkan pada hasil observasi, catatan lapangan, hasil wawancara, tes evaluasi, dan refleksi pada akhir pelaksanaan tindakan yang mencakup tiga variabel yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar pada pembelajaran IPA melalui model siklus belajar Learning Cycle dengan media Flashcard siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01 Semarang. 4.2.1.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model siklus belajar Learning Cycle dengan media Flashcard pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada diagram berikut ini: k s m m p s l b d Dia Be keterampilan skor 22 den memperoleh memperoleh pada siklus I siklus III pe lalu siklus I baik. Penin dilakukan m 3 44 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 1 Keterangan : 1 = Mengkon 2 = Menyam 3 = Memberi 4 = Menjelas 5 = Memilih 6 = Membim 7 = Memotiv 8 = Memotiv 9 = Menutup agram 4.23 rdasarkan D n guru pada ngan kriteria h 26 72 h skor 28 de II pertemuan ertemuan 1 m III pertemua ngkatan has melalui perba 2 2 2 3 3 3 2 3 ndisikan siswa u mpaikan tujuan pe ikan pertanyaan skan materi deng dan menggunak mbing siswa dalam vasi siswa menje vasi siswa untuk p pelajaran Perbandinga Sikl Diagram 4.2 siklus I, II, d a cukup den dengan kri engan persen n 2 mempero memperoleh an 2 mempe il observasi aikan proses 2 3 3 3 3 3 4 5 untuk mengikuti embelajaran untuk menarik m gan bantuan Flas kan media Flashc m berdiskusi dan elaskan konsep y mengaplikasika an hasil obse lus I, II, dan 23 tersebut dan III. Pada ngan persen iteria baik, ntase 77,8, oleh skor 30 h skor 33 9 eroleh skor 3 i keterampi s pembelajar 2 2 3 3 3 3 6 7 pembelajaran minat dan keingi shcard card n bekerjasama d yang dibahas den an konsep yang t ervasi Ketera III dapat dike a siklus I per ntase 61. dan pada s dengan kr 0 83,3 de 1,7 deng 34 94,4 ilan guru p ran berdasar 3 3 3 3 3 3 8 9 intahuan siswa dalam kelompok ngan kalimatnya telah dipelajari d ampilan Gur etahui hasil rtemuan 1 m Siklus I pe siklus II pe riteria baik. engan kriteri an kriteria s dengan krit pada setiap rkan hasil an siklus I perte siklus I perte siklus II per siklus II pert siklus III per siklus III per sendiri dalam situasi bar ru observasi memperoleh ertemuan 2 ertemuan 1 Kemudian a baik, dan sangat baik eria sangat siklusnya nalisis data emuan1 emuan2 rtemuan 1 temuan 2 rtemuan 1 rtemuan 2 ru dengan didukung adanya hasil catatan lapangan dan wawancara dengan observer pada setiap siklusnya. Pada indikator mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru dalam mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran sudah memberikan salam ketika masuk kelas, mempersiapkan sumber dan media, memberikan apersepsi namun belum mengecek kehadiran siswa. Pada siklus I pertemuan 2 telah memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Dalam mengkondisikan siswa guru sudah memberikan salam ketika masuk kelas, mengecek kehadiran siswa, mempersiapkan sumber dan media, memberikan apersepsi. Kemudian siklus II pertemuan 1, siklus II pertemuan 2, siklus III pertemuan 1 dan siklus III pertemuan 2, semuanya telah memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan skor pada setiap siklus, disebabkan karena adanya tindakan perbaikan yang dilaksanakan oleh guru pada setiap siklusnya. Misalnya: dalam mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran guru melakukan pendekatan awal kepada siswa dengan menanyakan keadaan dan kabar siswa memnbuat kesiapan mental anak menjadi lebih baik untuk mengikuti pelajaran, menarik perhatian siswa dengan menggunakan media Flashcard yang menyajikan gambar berwarna dan hal-hal yang jarang dijumpai oleh siswa dan alat peraga yang bermacam-macam, menggunakan apersepsi yang menarik dengan memberikan pertanyaan yang interaktif supaya anak berpikir lebih awal sehingga keingintahuan siswa bertambah sehingga memacing kegiatan tanya jawab yang aktif. Hal ini didukung dengan selama proses pembelajaran guru sudah menerapkan keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan membuka pembelajaran. Menurut Sanjaya, 2012:42-43 membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Pelaksanaan indikator menyampaikan tujuan pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 dan 2 memperoleh skor 2 dengan kriteria cukup. Deskriptor yang di- lakukan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran adalah mengutarakan tu- juan pembelajaran secara lisan dan menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis saja. Kemudian pada siklus II pertemuan 1 dan 2 serta pada siklus III pertemuan 1 dan 2 memperoleh skor 3, pada siklus tersebut guru sudah guru mengutarakan tujuan pembelajaran secara lisan, menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis, menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator namun guru belum menyampaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikarenakan penyampaian tujuan dikhawatirkan menyita waktu lama mengingat materi yang akan disampai- kan banyak, hal lain siswa kurang fokus karena hanya mendengarkan guru, namun kegiatan pembelajaran telah disampaikan dengan jelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Keterampilan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran sudah baik walaupun skor yang diperoleh sama namun guru selalu memperjelas materi yang akan di ajarkan sesuai indikator agar siswa mengetahui acuan atau batasan- batasan siswa dalam belajar dan siswa mengetahui apa saja yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut. Menyampaikan tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam keterampilan membuka pelajaran. Selama proses pembelajaran guru harus menguasai dan menerapkan keterampilan membuka pelajaran dengan baik. Menurut Rusman, 2012: 80 yang menyatakan bahwa ke- terampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat terhadap apa yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman, 2011:65 tujuan pembelajaran penting karena dapat dijadikan pedoman atau petunjuk praktis sejauh mana kegiatan bel- ajar mengajar. Dengan perumusan tujuan pembelajaran yang benar akan dapat memberikan arah bagi siswa dalam menyelesaikan materi pembelajarannya. Pelaksanaan indikator memberikan pertanyaan untuk menarik minat dan keingintahuan siswa pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 2 guru hanya mengajukan pertanyaan dengan jelas relevan dengan materi dan menarik perhatian siswa dengan bertanya sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Siklus I pertemuan 2 guru telah mendapatkan skor 3 karena telah meningkatkan kegiatan bertanya dengan memberikan waktu berpikir kepada siswa. kemudian siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 guru mendapatkan skor 3 karena telah melakukan penyebaran dan pemindahan giliran pertanyaan namun kurang memberikan waktu berpikir. Pada siklus III pertemuan 1 dan pertemuan 2 guru telah memperoleh skor 4, peningkatan ini terjadi karena guru telah melakukan 4 deskriptor dengan baik yaitu mengajukan pertanyaan dengan jelas relevan dengan materi dan menarik perhatian siswa dengan bertanya sesuai dengan pengalaman sehari-hari, penyebaran dan pemindahan giliran pertanyaan kemudian telah memberikan waktu kepada siswa. Dalam memberikan pertanyaan yang membangkitkan minat dan keingintahuan siswa telah mengalami peningkatan karena guru selalu berusaha memberikan pertanyaan yang menarik dan interaktif baik saat apersepsi maupun memberikan pertanyaan saat menjelaskan materi kepada siswa, sehingga dapat memancing kegiatan tanya jawab yang aktif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rusman, 2012:82-83, pertanyaan yang tersusun dengan baik dan penggunaan teknik melontarkan pertanyaan yang tepat dalam memberikan pertanyaan akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan kreativitas siswa. Dalam bertanya yang baik memiliki komponen pengungkapan pertanyaan singkat dan jelas sehingga mudah dimengeri siswa, difokuskan pada suatu masalah tertentu, memberikan waktu yang cukup kepada siswa, pertayaan diberikan kepada seluruh siswa secara merata. Indikator menjelaskan materi dengan bantuan Flashcard pada siklus I pertemuan 1 guru mendapatkan skor 2 karena hanya melakukan 2 deskriptor yaitu menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan indikator dan memberikan contoh materi yang disampaikan dalam Flashcard. Pada siklus I pertemuan 2 dan siklus II pertemuan 1 guru mendapatkan skor tiga dengan memberikan penekanan pada materi yang dianggap penting. Kemudian Pada Siklus II pertemuan 2, siklus III pertemuan 1, siklus III pertemuan 2 guru telah mendapatkan skor 4 dengan melakukan semua deskriptor yaitu menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan indikator, memberi penekanan materi pembelajaran sesuai indikator, memberikan contoh materi yang disampaikan dalam Flashcard dan memotivasi siswa untuk mengulangi penjelasan guru. Dalam menjelaskan materi dengan bantuan Flashcard mengalami peningkatan karena guru telah berusaha menjelaskan secara runtut sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga siswa tidak bingung dan pembelajaran berlangsung sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, untuk mempermudah siswa diberikan contoh-contoh materi yang telah diajarkan yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan menggunakan contoh- contoh yang siswa jarang melihat bahkan belum sama sekali mengetahui contoh yang diberikan guru sehingga siswa tertarik dan rasa ingin tahu siswa semakin besar terhadap apa yang akan diajarkan guru. Guru menjelaskan siswa dengan mengulang-ngulang materi yang penting dan selalu mengingatkan siswa akan materi yang diajarkan dengan mencatatnya. Dengan begitu guru telah memberikan penekanan terhadap materi yang dianggap penting. Kemudian dalam mengecek pemahaman siswa saat penjelasan dengan cara memberikan motivasi kepada siswa untuk mengulangi penjelasan guru agar selalu mengingat. Hal ini sesuai dengan paendapat Anitah, 2008:7.54 mengemukakan bahwa keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Lebih lanjut Rusman, 2011:86 menjelaskan bahwa dalam pembelajaran guru dapat menggunakan media pembelajaran dan sumber-sumber belajar yang relevan. Media dan sumber belajar yang relevan dapat membantu memperjelas materi yang diajarkan. Pada indikator memilih dan menggunakan media Flashcard, pada siklus I pertemuan 1 dan 2 kemudian Siklus II pertemuan 1 sama-sama mendapatkan skor 3 dengan kriteria baik. guru telah memilih bentuk Flashcard yang mudah dibawa, media Flashcard menyajikan gambar dan pesan-pesan yang mudah diingat dan guru telah menyajikan materi dengan memegang Flashcard setinggi dada lalu dioperkan kesiswa. Namun guru belum membagi perhatian kesemua siswa untuk memperoleh pandangan yang memadai saat melihat Flashcard. Selanjutnya mengalami peningkatan pada siklus II Pertemuan 2, siklus III pertemuan 1 dan 2 dengan memperoleh skor 4 yaitu guru telah melaksanakan semua deskriptor dengan kriteria sangat baik. guru telah memilih bentuk Flashcard yang mudah dibawa, media Flashcard menyajikan gambar dan pesan- pesan yang mudah diingat, guru telah menyajikan materi dengan memegang Flashcard setinggi dada lalu dioperkan kesiswa, dan guru telah membagi perhatian kesemua siswa untuk memperoleh pandangan yang memadai saat melihat Flashcard dengan mengawasi siswa dalam mengoperkan Flashcard. Dalam memilih dan menggunakan media Flashcard guru telah mengalami peningkatan karena guru telah berusaha membuat Flashcard yang mudah dibawa kemana-mana, berkualitas baik tidak mudah rusak dan gambar yang disajikan juga jelas, kemudian praktis digunakan oleh guru ditunjukkan dengan guru telah terampil menggunakannya, efektif sesuai dengan isi pembelajaran sesuai dengan jumlah sasaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Asyhar, 2012:90 kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media yaitu: 1 sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara umum mengacu pada tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik; 2 dapat mendukung isi pembelajaran; 3 praktis, luwes dan tahan. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang terlihat disekitarnya,serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana; 4 Guru terampil menggunakannya; 5 Cocok dengan sasaran. Disesuaikan dengan jumlah sasaran supaya efektif; 6 Berkualitas baik. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus jelas dan informasi atau pesan diterima baik oleh sasaran. Kemudian guru telah melakukan pengelolaan kelas dengan baik saat membagi perhatian siswa dalam menerima, mengamati dan mengoper Flashcard yang diberikan guru selesai memberikan tanya jawab dan penjelasan sehingga siswa secara merata mendapatkan Flashcard. Dengan begitu pengawasan yang selalu diberikan guru dalam kegiatan belajar mulai dari menerima, mengamati dan mengoper Flashcard sesuai dengan urutan tempat duduk yang mulanya tidak sesuai menjadi lebih baik dengan tidak memainkan Flashcard diluar kegitan yang dilakukan menjadikan siswa lebih tertib dan disiplin dalam belajar sehingga siswa merasa diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman, 2011:169 mengelola kelas juga berkaitan dengan menciptakan iklim belajar yang serasi, guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas dan mengarahkan pada perilaku yang lebih produktif. Indikator membimbing siswa dalam berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 2 dengan kriteria cukup yaitu guru telah mengorganisasi siswa dalam berkelompok namun belum secara heterogen siswa bebas memilih sendiri kelompoknya dan guru telah berkeliling membantu siswa yang kesulitan. Namun belum memusatkan perhatian siswa pada topik yang dibahas dan menyebarkan partisipasi dalam kelompok. Pada siklus I pertemuan 2, siklus II pertemuan 2, siklus III pertemuan 1 mendapatkan skor 3 dengan kriteria baik karena telah mengorganisasi siswa dalam berkelompok secara heterogen dan berkeliling membantu siswa yang kesulitan dan memusatkan siswa pada topik yang dibahas. dan 2 serta siklus II pertemuan 1 mendapatkan skor 3 dengan kriteria baik karena telah mengorganisasi siswa dalam berkelompok dan berkeliling membantu siswa yang kesulitan dan menyebarkan kesempatan berpatisipasi dalam kelompok. Kemudian siklus III pertemuan 2 mendapatkan skor 4 dengan kriteria sangat baik karena telah melaksanakan semua deskriptor yaitu guru telah mengorganisasi siswa dalam berkelompok, berkeliling membantu siswa yang kesulitan, memusatkan perhatian siswa pada topik yang dibahas dan menyebarkan partisipasi dalam kelompok. Pada kegiatan membimbing siswa dalam diskusi dan bekerjasama dengan kelompokk guru telah mengalami peningkatan karena guru telah membagi kelompok secara heterogen sehingga pada saat diskusi siswa tidak mengalami kesenjangan dalam berinteraksi, guru telah memberikan bimbingan yang pada awalnya guru hanya memberikan bimbingan diskusi pada kelompok tertentu yang telah bertanya menjadi semua kelompok dibimbing jika kesulitan ataupun tidak menemui masalah sehingga perhatian guru dirasakan siswa secara menyeluruh, guru membacakan petunjuk atau langkah-langkah pengerjaan soal diskusi agar siswa mengetahui dengan jelas apa yang akan diajarkan, dan guru berusaha menyebarkan partisipasi dalam kelompok dengan memberikan kesempatan siswa menanggapi hasil diskusi, guru menunjuk siswa kemudian melakukan tanya jawab tentang hasil diskusi kepada siswa secara acak, dan memotivsi siswa yang belum pernah perpatisipasi dalam kelompok agar berani menyampaikan pendapatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa, 2011:89 diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut 1 memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, 2 memperluas masalah atau urunan penda- pat, 3 menganalisis pandangan peserta didik, 4 meningkatkan partisipasi peser- ta didik, 5 menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan 6 menutup diskusi. Indikator memotivasi siswa menjelaskan konsep yang dibahas dengan kalimatnya sendiri, pada siklus I pertemuan 1 guru mendapatkan skor 2 dengan kriteria cukup karena hanya melakukan 2 deskriptor yaitu memotivasi siswa berani mengutarakan pendapat dan memberi penguatanreward namun belum mengarahkan siswa dalam menuliskan hasil diskusi kelompok dengan kalimatnya sendiri dan menunjukkan sikap tanggap terhadap penjelasan siswa. Pada siklus I pertemuan 2, siklus II pertemuan 1 dan 2 mendapatkan skor 3 dengan kriteria baik karena telah mengarahkan siswa dalam menuliskan hasil diskusi kelompok dengan kalimatnya sendiri, dan memberi penguatanreward dan menunjukkan sikap tanggap terhadap penjelasan siswa, sedangkan siklus III pertemuan 1 guru mendapatkan skor 3 dengan kriteria baik dengan mengarahkan siswa dalam menuliskan hasil diskusi kelompok dengan kalimatnya sendiri, memotivasi siswa berani mengutarakan pendapat dan telah memberi penguatanreward. Kemudian pada siklus III pertemuan 2, guru mendapatkan skor 4 dengan kriteria sangat baik karena telah mengarahkan siswa dalam menuliskan hasil diskusi kelompok dengan kalimatnya sendiri, memotivasi siswa berani mengutarakan pendapat dan memberi penguatanreward, dan menunjukkan sikap tanggap terhadap penjelasan siswa. Pada indikator ini guru telah mengalami peningkatan dalam memotivasi siswa menjelaskan dengan kalimatnya sendiri dengan baik, karena guru berusaha mengarahkan siswa untuk mengutarakan kata-kata yang ada dipikirannya kemudiaan dirangkai seshingga terbentuk kalimat yang telah dibuatnya sendiri, jika siswa mengalami kesulitan guru telah tanggap dengan penjelasan siswa kemudian guru membimbingnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa kemudian membantu merangkaikan kalimat yang dibuat siswa. Ketika diskusi guru telah memberikan masukan kepada siswa tentang materi yang didiskusikan dengan menggunakan penjelasan siswa dulu dengan meminta siswa memberikan pendapat benar atau salah untuk mengklarifikasi jawaban dari siswa yang maju menunjukkan hasil diskusi. Hal ini sesuai dengan Anitah, 2009:8.19, melalui diskusi kelompok diharapkan siswa dapat berpikir kritis serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan baik. Dalam hal ini, guru berkewajiban untuk membimbing kegiatan diskusi kelompok kecil tersebut, misalnya keterampilan berbicara, mengungkapkan pendapat serta keterampilan berinteraksi sosial. Pembelajaran kelompok memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalani hubungan yang lebih akrab antar guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik Mulyasa, 2011:92. Dalam memberikan penguatan guru telah memberikan bermacam-macam bentuk reward yaitu smile, kartu pintar berbentuk binatang dan kartun favorit yang biasa tampil di TV kemudian sticker identitas yang ditempel dibuku yang dapat menarik siswa aktif berpatisipasi dalam belajar. Sejalan dengan pemberian perhatian atas sikap tanggap guru terhadap penjelasan siswa, diperlukan penguatan reinforcement sebagai ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran Sanjaya, 2012:37. Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 guru mendapatkan skor 3 dengan dengan kriteria baik karena telah memberikan konsep baru sesuai materi, memberi kesempatan siswa melakukan pengamatan ataupun percobaan, memberi reward respon positif dan teguran dalam membimbing siswa mengaplikasikan konsep namun belum memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa. pada siklus III pertemuan 1 dan 2 guru mendapatkan skor 4 yaitu dengan kriteria sangat baik karena guru telah melakukan semua deskriptor yaitu memberikan konsep baru sesuai materi, memberi kesempatan siswa melakukan pengamatan ataupun percobaan, petunjuk langkah kerja yang jelas kepada siswa dan memberi reward respon positif dan teguran dalam membimbing siswa mengaplikasikan konsep. Pada indikator mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru telah mengalami peningkatan, dikarenakan guru telah memberikan konsep baru sesuai materi yang tidak kalah menarik saat dilaksanakan, guru telah memfasilitasi siswa dengan bermacam-macam alat peraga interaktif yang akan dipercobakan sehingga siswa dapat menggunakannya dengan mudah, bisa di buat sendiri dan tidak perlu takut rusak karena alat peraga tersebut didapatkan dari lingkungan sekitar yang mudah didapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Wena, 2011:173-175, dalam tahap elaborasi guru mengigatkan siswa pada penjelasan yang diberikan, memfasilitasi siswa dalam mengaplikasikan konsep dalam situasi baru yang hampir mirip dengan konsep yang telah diajarkan. Kemudian tugas siswa yaitu bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan, dan pengamatan. Kemudian guru juga telah memberikan petunjuklangkah kerja yang jelas saat mengamati atau melakukan percobaan dengan mendemonstrasikannya sehingga siswa mengetahui batasan yang tidak diperbolehkan saat kegiatan pengamatan ataupun percobaan dilakukan dan siswa tahu acuan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai penjelasan guru dalam memantapkan materi yang telah diajarkan agar lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Anitah, 2008:7.54 penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut Hujono dalam Simatupang, 2008:68 lingkungan belajar yang diupayakan agar berlangsung optimal dengan mengaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan. Kemudian telah memberikan reward agar tetap semangat dalam pembelajaran dengan memberikan tepuk tangan dan senyuman kemudian memberikan teguran jika siswa tidak melakukan sesuai pengamatan atau percobaan sesuai dengan perintah guru setelah siswa melakukan percobaan dan pengamatan terhadap hasil kerjanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Murni, 2012:49 keterampilan dasar penguatan reinforcement adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Indikator menutup pelajaran, pada siklus I pertemuan 1 dan 2 guru mendapatkan skor 3 dengan kriteria baik karena telah membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran, mengevaluasi siswa dengan soal-soal tertulis dan memberikan tindak lanjut dengan menginformasikan materi pembelajaran berikutnya namun belum memberikan refleksi. Pada siklus II pertemuan 1 dan 2 guru mendapatkan skor 3 karena telah membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran, mengevaluasi siswa dengan soal-soal tertulis dan memberikan refleksi. Pada III pertemuan 1 guru mendapkan skor 4 dengan kriteria sangat baik karena telah membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran, mengevaluasi siswa dengan soal-soal tertulis, memberikan refleksi dan memberikan tindak lanjut dengan menginformasikan materi pembelajaran berikutnya. Pada siklus III pertemuan 2 guru mendapatkan skor 3 karena hanya melakukan 3 deskriptor yaitu membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran, mengevaluasi siswa dengan soal-soal tertulis, memberikan refleksi. Pada kegitan menutup pelajaran guru mengalami penurunan dengan tidak menginformasikan pembelajaran berikutnya secara detail karena alokasi waktu telah habis karena permainan kuis cerdas cermat menyita waktu sehingga guru belum selesai siswa sudah tidak sabar ingin istirahat. Sesuai dengan pendapat Sanjaya, 2012:42-43, menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya d k 4 s m m m m s p dengan pen keberhasilan 4.2.1.2 Has Ha siklus belaja menunjukka Diagr Be mengalami memperoleh memperoleh siklus II pert pertemuan 2 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 1 1.Mempers 2.Memberi minat da 3.Memperh 4.Kegitan s 5.Bekerjas 6.Melapork 7.Menerap 8.Melakuk galaman seb n guru dalam sil Observas asil observas ar Learning an adanya pe ram 4.23 Pe rdasarkan d peningkatan h jumlah sk h jumlah sk temuan 1 m 2 memperol 1 2 3 siapkan diri da i respon denga an rasa ingin ta hatikan penjela siswa menggun ama dalam kel kan hasil disku pkan konsep da kan refleksi pem belumnya, m m pelaksanaa i Aktivitas S si aktivitas s g Cycle den eningkatan y D erbandingan diagram 4.23 n dari siklu kor 19,7 de kor yang me memperoleh j leh jumlah s 3 4 alam mengikuti an bertanya dan ahu tentang sua asan guru. nakan Flashca lompok usi kelompok an keterampilan mbelajaran mengetahui an proses pem Siswa siswa pada ngan media F yang dapat di iagram 4.23 hasil aktivit 3 tersebut da us I, II, dan engan kriter eningkat me umlah skor skor 25,3 d 5 6 i proses pembe n menjawab pe atu konsep. ard dalam pemb n dalam situas tingkat keb mbelajaran. pembelajara Flashcard p isajikan pada 3 tas siswa Sik apat dilihat n III. Pada ria cukup, enjadi 20,7 22,5 dengan engan kriter 7 8 elajaran rtanyaan sebag belajaran si yang baru berhasilan si an IPA mel pada siklus I a diagram be klus I, II, dan bahwa aktiv siklus I pe siklus I pe dengan kri n kriteria bai ria baik dan siklus I pertem siklus I pertem siklus II perte siklus II perte siklus III perte siklus III perte gai pengemban iswa, serta alui model I, II dan III erikut. n III vitas siswa ertemuan 1 ertemuan 2 iteria baik, ik, siklus II n siklus III muan1 muan2 emuan 1 emuan 2 emuan 1 emuan 2 ngan pertemuan 1 memperoleh 28,1 dengan kriteria sangat baik dan meningkat pada siklus III pertemuan 2 dengan perolehan jumlah skor 28,9 dengan kriteria sangat baik. Menurut Anitah, 2008: 2.13 proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar melalui interaksi de- ngan lingkungan. Diedrich dalam Sardiman, 2011: 100-101 menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai proses belajar adalah sebagai berikut:1 Visual activities; 2 Oral activities;3 Listening activities; 4 Writing activities ; 5 Drawing activities; 6 Motor activities; 7 Mental activities; 8 Emotional activities. Pada indikator mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajar- an, siswa memperoleh skor 41 pada siklus I pertemuan 1, pada siklus I pertemuan 2 mendapatkan skor 42, pada siklus II pertemuan 1 mendapatkan skor 43, pada siklus II pertemuan 2 mendapatkan skor 44, pada siklus III pertemuan 1 men- dapatkan skor 45, dan pada siklus III pertemuan 2 mendapatkan skor 46. Indikator mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran mengalami pening- katan di setiap siklusnya hal ini ditunjukkan dengan yang pada awalnya siswa masih berada diluar kelas belum masuk kelas walaupun bel sudah berbunyi me- ningkat deangan siswa masuk ruang kelas tepat waktu, kemudian siswa yang belum siap duduk ditempatnya walaupun guru telah berada dikelas sudah menjadi lebih baik dengan menempati tempat duduk masing-masing, kemudian dalam menyiapkan alat tulis siswa sudah rapi dengan menyiapkannya diatas meja dan siswa tenang tidak membuat kegaduhan di kelas. Walaupun masih terdapat beberapa siswa yang tidak menyiapkan alat tulis dan siswa tenang tidak membuat kegaduhan. Kesiapan siswa dalam pembelajaran ini merupakan aktivitas emosional. Diedrich menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan emosional emotional activities merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran yang berkaitan dengan emosional anak. Kegiatan-kegiatan emosional menurut Diedrich dalam Sardiman, 2011:100-101 contohnya minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Aktivitas emosional yang baik akan terbentuk dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif dan juga bimbingan dari guru. Indikator memberi respon dengan bertanya dan menjawab pertanyaan sebagai pengembangan minat dan rasa ingin tahu tentang suatu konsep. Pada siklus I pertemuan 1memperoleh skor 27 , siklus I pertemuan 2 memperoleh skor, 29, siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 31, siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 37, siklus III pertemuan 1 memperoleh skor 42, siklus III pertemuan 2 memperoleh skor 42. Siswa memberikan jawaban sesuai pertanyaan yang diberikan, menjawab dengan lancar dan jelas. Terjadi peningkatan dalam kepercayaan diri siswa, yang pada awalnya sebagian besar menjawab serempak, malu atau tidak berani menjawab karena takut salah, meningkat menjadi tunjuk jari tanpa disuruh guru kemudian menjawab dengan jelas dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Namun begitu, masih ada siswa yang tidak aktif menjawab pertanyaan guru, mau menjawab pertanyaan ketika ditunjuk oleh guru dan tidak merespon pertanyaan guru dengan pandangan tidak tertuju pada guru tapi asyik bermain dengan teman, Antusias menjawab pertanyaan termasuk dalam kegiatan visual, mental, dan lisan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa sesuai dengan pendapat Diedrich dalam Sardiman, 100-101 yaitu kegiatan-kegiatan visual, diantaranya membaca, melihat gambar-gambar, demonstrasi. Kegiatan- kegiatan mental mental activities sebagai contoh misalnya: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, mengambil keputusan. Kegiatan- kegiatan lisan seperti mengajukan pertanyaan, memberi saran. Indikator memperhatikan penjelasan guru, Pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 29, siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 30, Siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 34, siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 40, siklus III pertemuan 1 memperoleh skor 44, siklus III pertemuan 2 memperoleh skor 45. Ditunjukkan dengan siswa yang mulanya duduk berpangku tangan, badan tidak tegak, tiduran di meja berangsur-angsur meningkat dengan siswa duduk tegak ketika guru menjelaskan, siswa juga telah merepon penjelasan guru, perhatian terfokus pada materi yang telah dijelaskan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Kegiatan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru sesuai dengan pendapat Dierich, yaitu kegiatan-kegiatan visual, kegiatan-kegiatan mendengarkan, kegiatan-kegiatan menulis, dan kegiatan-kegiatan emosional. Kegiatan-kegiatan visual, diantaranya membaca, melihat gambar, demonstrasi Kegiatan-kegiatan mendengarkan, diantaranya mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti membuat rangkuman, Kegiatan-kegiatan emosional, contohnya minat, berani,tenang, dan lain-lain. Indikator kegitan siswa menggunakan Flashcard dalam pembelajaran, Pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 30 , siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 32, siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 35, siklus II pertemuan 2 mem- peroleh skor 39, siklus III pertemuan 1 memperoleh skor 43, siklus III pertemuan 2 memperoleh skor 47. Aktivitas siswa dalam menggunakan media Flashcard dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari siswa yang mulanya tidak mengoper Flashcard dengan baik sesuai dengan urutan tempat duduk, kemudian dibuat mainan, Flashcard disimpan di laci meja dan diletakkan di atas meja men- jadi lebih baik dengan mengoper Flashcard sesuai dengan urutan tempat duduk ketika guru menjelaskan materi, kemudian siswa mengamati Flashcard satu per- satu dan menuliskan jawaban pada Flashcard saat diskusi dan semua siswa telah menggunakan Flashcard dengan senang dan antusias. Sesuai dengan pendapat Dierich, yaitu kegiatan-kegiatan visual, kegiatan-kegiatan mendengarkan, ke- giatan-kegiatan menulis, dan kegiatan-kegiatan emosional. Indikator bekerjasama dalam kelompok, Pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 28 , siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 28, siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 31, siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 35, siklus III pertemuan 1 memperoleh skor 40, siklus III pertemuan 2 memperoleh skor 40. Hal ini ditunjukkan dengan siswa aktif bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan pada dalam kelompok walaupun ada beberapa siswa yang pasif, hanya duduk dalam kelompok kemudian menghargai pendapat teman. Pada awalnya siswa tidak berani bertanya kepada guru ketika kesulitan dengan materi yang didiskusikan, lama kelamaan siswa mulai terbiasa dan berani menanyakan kesulitan saat berdiskusi, dalam menyampaikan gagasan antar anggota kelompok awalnya siswa kurang peduli dengan tanggung jawab mengisi lembar kerja siswa yang diberikan guru karena tidak ada yang membantu temannya ketika mencari jawaban, hanya bergantung pada satu teman saja, namun lama-kelamaan semua bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dengan tanggung jawab. Aktivitas siswa sesuai dengan pendapat Dierich adalah aktivas emosional dan aktivitas mental yaitu tentang kegiatan-kegiatan emosional, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. Dan aktivitas mental berhubungan dengan mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan. Kemudian menurut Hamalik, 2009:170-171 siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi berbeda-beda. Dengan potensi yang berbeda itu diskusi kelompok akan menyatukan pemikiran dari masing-masing siswa. Indikator melaporkan hasil diskusi kelompok pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 27, siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 30, siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 32, siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 35, siklus III pertemuan 1 memperoleh skor 40, siklus III pertemuan 2 memperoleh skor 40. Peningkatan ini ditunjukkan dengan siswa telah mencatat hasil laporan diskusi kelompok, membacakan hasil diskusi dengan kalimatnya sendiri dengan jelas walaupun ada beberapa siswa yang suaranya pelan dan tidak jelas saat membaca karena terbata-bata ataupun tergesa-gesa dalam membacakan hasil diskusinya. Menyimak pembacaan hasil diskusi kelompok lain mengalami peningkatan dengan kurangnya suasana gaduh dalam kelas saat menyimak hasil diskusi, kemudian sudah adanya keberanian dari siswa untuk memberikan tanggapan pada hasil diskusi kelompok lain sehingga diskusi lebih hidup. Indikator ini mencakup 7 aktivitas siswa yang dijelaskan oleh Dierich dalam pembelajaran meliputi kegiatan-kegiatan visual: memperhatikan gambarmedia, kegiatan-kegiatan lisan: mengeluarkan pendapat, diskusi; kegiatan-kegiatan mendengarkan; diskusi, mendengarkan uraian; kegiatan-kegiatan menulis; menulis laporan; kegiatan-kegiatan mental: mengingat, memecahkan masalah, mengambil keputusan; dan kegiatan-kegiatan emosional: menaruh minat, tenang, bosan, takut, dan gembira. Indikator menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi yang baru, pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 26 , siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 30, siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 31, siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 36, siklus III pertemuan 1 memperoleh skor 42, siklus III pertemuan 2 memperoleh skor 44. Peningkatan aktivitas ini ditunjukkan dengan siswa merasa antusias melakukan pengamatan ataupun percobaan, melakukan pengamatan atau percobaan sesuai petunjuk guru walaupun ada beberapa siswa yang melakukannya dengan main-main saja, awalnya siswa tidak fokus melakukan percobaan menjadi fokus dalam melakukan pengamatan atau percobaan dengan mengurangi bermain dan bergurau dengan teman karena adanya penerapan konsep yang menarik yang diberikan guru sehingga siswa melakukan pengamatan dan percobaan dengan senang. Sesuai dengan pendapat Dierich aktivitas dalam menerapkan konsepketerampilan dalam situasi baru termasuk dalam kegiatan mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan,. Kegiatan- kegiatan lisan, diantaranya mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, diskusi. kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan; kegiatan-kegiatan mental: mengingat, memecahkan masalah, mengambil keputusan; dan kegiatan-kegiatan emosional: menaruh minat, tenang, bosan, takut, dan gembira. Indikator aktivitas siswa dalam melakukan refleksi pembelajaran, pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 28 , siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 29, siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 32, siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 38, siklus III pertemuan 1 memperoleh skor 40, siklus III pertemuan 2 memperoleh skor 41. Guru bersama siswa memberi kesimpulan sesuai dengan materi, siswa memberi respon dalam pembelajaran, hanya beberapa yang siswa bertanya jika ada materi yang belum dipahami dan mencatat hasil kesimpulan dibuku. Aktivitas siswa sesuai dengan pendapat Dierich yang terdiri dari Kegiatan-kegiatan menulis, membuat rangkuman, mengerjakan tes, serta kegiatan emosional seperti minat, berani,dan tenang. Rata-rata aktivitas siswa pada setiap indikator mengalami peningkatan dikarenakan adanya perbaikan dari refleksi dan juga revisi setiap siklusnya sehingga pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar Isjoni, 2011:11. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Selain itu belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami dan melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan- rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan Hamdani, 2011: 21-22 Peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya juga didukung data hasil wawancara siswa secara klasikal yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang, bersemangat dan antusias dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru menggunakan model siklus belajar Learning Cycle dengan media Flashcard siswa lebih dapat menumbuhkan minat dan rasa keingintahuan- nya dalam memahami konsep, siswa merasa lebih mudah dalam mengingat dan memahami materi dengan menggunakan Flashcard, siswa lebih berani membacakan hasil diskusi dengan kalimatnya sendiri, dan siswa lebih senang melakukan percobaan atau pengamatan saat guru membawakan alat peraga yang digunakan dalam menerapakan konsepketerampilan dalam situasi baru. 4.2.1.3 Hasil Belajar Siswa Peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01 dalam pembelajaran IPA melalui model Siklus Belajar Learning Cycle dengn media Flashcard dari siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.24 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Berdasarkan Diagram 4.24, data awal nilai rata-rata hasil belajar siswa 58,46 dengan ketuntasan klasikal sebesar 30 atau sebanyak 9 dari 30 siswa nilainya mengalami ketuntasan belajar dengan KKM 61. Setelah menerapkan model siklus belajar Learning Cycle dengan media Flashcard pada siklus I pertemuan 1 mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas yaitu 61,5 dengan ketuntasan klasikal 57 atau sebanyak 17 dari 30 siswa mendapat nilai tuntas diatas KKM sedangkan 13 siswa lainnya belum tuntas dikarenakan siswa kurang antusias siswa terhadap pembelajaran dan keterampilan guru belum dalam kriteria baik, Ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh karena itu perlu perbaikan pada siklus I pertemuan 2. Pada siklus I pertemuan 2 rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 66,9 dengan persentase ketuntasan klasikal yaitu 63,30 atau 19 dari 30 siswa mendpat nilai diatas KMM, sedangkan 11 siswa lainnya mendapatkan nilai dibawah KKM. Maka dari itu pada siklus I rata-rata hasil belajarnya adalah 64,2 dan persentase ketuntasan klasikalnya rata-ratanya yaitu 60,10. Hal tersebut menunjukkan keterampilan guru sudah baik namun masih perlu ditingkatkan agar aktivitas siswa dalam 30 57 63.30 70 73.30 76.60 86.70 20 40 60 80 100 data awal Siklus I P1 Siklus I P2 Siklus II P1 siklus II P2 Siklus III P1 Siklus III P2 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Ketuntasan klasikal belajar meningkat dan hasil belajar siswa meningkat. Ketuntasan pada siklus I pertemuan 2 belum mencapai ketuntasan sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya. Pada siklus II pertemuan 1 rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 71 dengan ketuntasan klasikal 70 atau 21 dari 30 siswa mendapatkan nilai diatas KKM sedangkan 9 siswa lainnya belum mencapai KKM. Sehingga masih belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan yaitu 80 sehingga dilakukan revisi pada siklus berikutnya. Pada siklus II pertemuan 2 nilai rata-rata hasil belajar siswa naik menjadi 72,8 dengan persentase ketuntasan klasikal 73,30 atau sebanyak 22 dari 30 siswa nilainya diatas KKM, sedangkan 8 siswa yanglain belum mencapai KKM. Untuk itu pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa yaitu 71,9 dengan persentase ketuntasan klasikal rata-ratanya yaitu 71,60. Hal tersebut menunjukkan perlunya perbaikan lanjutan karena belum mencapai indikator yang diharapkan. Pada siklus III pertemuan 1, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata 76,2 dengan persentase ketuntasan klasikal 76,60 atau 23 dari 30 siswa telah mendapatkan nilai diatas KKM, sedangkan 7 lain belum mencapai ketuntasan nilai yang ditetapkan. Hal tersebut diperlukan perbaikkan lanjutan agar indikator keberhasilan tercapai. Kemudian pada siklus III pertemuan 2 siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata hasil belajarnya mencapai 80,5 dengan persentase ketuntasan klasikal 86,70 atau 26 dari 30 siswa telah mendapat nilai diats KMM, sedangkan 4 siswa lainnya masih dibawah KKM hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan guru dan aktivitas siswa sangat baik sehingga hasil belajar mengalamai kenaikkan. Maka dapat dilihat pada siklus III rata-rata hasil belajarnya mencapai 78,4 dengan ketuntasan klasikal 81,65 hal ini menunjukkan bahwa pada siklus III telah berhasil karena memenuhi ketuntasan klasikal yang ditetapkan yang ditetapkan yaitu 80. Perolehan persentase ketuntasan klasikal meningkat pada setiap siklusnya, tidak terlepas dari hasil belajar siswa yang meningkat. Namun terdapat beberapa siswa yang mengalami penurunan nilai pada siklus I pertemuan 1 ke pertemuan 2, misalnya AC, TH, WH, YS, ZFD, WL. Hal tersebut dikarenakan guru telah memperdalam pengetahuan siswa menemukan pengetahuannya sendiri dengan mengembangkan pengetahuan alam siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman sehari-hari yang menarik minat dan keingintahuan siswa, media Flashcard yang diberikan juga telah dibuat semenarik mungkin dengan tampilan gambar yang berwarna. Namun siswa masih kebingungan dalam memberikan contoh alat rumah tangga yang menerapkan prinsip pengungkit sesuai jenisnya yaitu pengungkit jenis 1, 2 dan 3 yang memiliki karakteristik berbeda, walaupun telah dibantu dengan gambar siswa masih kebingungan dalam menentukkan letakkan titik tumpu, titik kuasa dan titik beban sehingga mendapatkan nilai menurun, selain itu siswa juga tidak memperhatikan guru secara fokus saat menjelaskan dan saat memberikan kesimpulan siswa tersebut kurang merepon dengan baik sehingga tidak mencatat kesimpulan yang telah diberikan guru. Pada siklus II pertemuan 1 ke pertemuan 2 siswa mengalami pening- katan dalam hasil belajarnya namun ada yang menurun yaitu NM, SYM, AW, MHM, AWN, AWH, DRA, ENC, WH, ZF, MFC hal tersebut dikarenakan guru kurang dalam mengelola kelas sehingga siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dengan baik kurang diberikan teguran, guru kurang tanggap dengan penjelasan siswa, siswa tersebut tidak mencatat saat guru menjelaskan dan kurang bertanggung jawab dengan anggota kelompoknya karena kurang aktif membantu temannya menyelesaikan permasalahan yang didiskusikan sehingga kurang bisa menyelesaikan soal evaluasi yang diberikan dalam mengerjakan evaluasi juga terlihat tergesa-gesa karena ingin istirahat, pada pembelajaran siswa masih bingung dalam membedakan katrol bebas, katrol tetap daan katrol majemuk yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat guru mengadakan tanya jawab terlihat saat menjawab penjelasan kurang tepat dengan materi. Pada siklus III pertemuan 1 ke pertemuan 2 siswa meningkat hasil belajarnya karena siswa sangat berminat dan tertarik dengan kuis cerdas cermat dengan Flashcard bernomor yang diberikan guru, siswa antusias ditunjukkan dengan keinginan siswa duduk rapi dan tertib dulu jika ingin kelompoknya mengikuti kuis tersebut, adanya rasa kekecewaan karena kelompoknya sudah rapi namun belum ditunjuk membuat siswa lebih memperbaiki sikapnya agar dapat menjadi pilihan guru dalam mengikut kuis. Namun masih ada hasil belajar yang menurun yaitu NM, AC, ENC, WH, dan MFC dikarenakan mereka kurang siap saat pebelajaran dimulai terlihat tidak membawa buku penunjang dalam belajar LKS maupun buku paket IPA, pada saat diskusi kelompok kurang memberikan partisipasi yang baik hanya bergantung dengan temannya saja, kurang memperhatikan penjelasan guru sehingga saat diadakan kuis cerdas cermat jawaban yang diberikan kurang sesuai hanya menjawab saja, kurang bersemangat dalam belajar dan tidak mencatat hal-hal penting saat pembelajaran. Hasil peningkatan hasil belajar siswa tersebut didukung oleh Dimyati dan Mudjiono, 2009:3 bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan Suprijono, 2011:5, kemudian hasil belajar purwanto, 2011:46 adalah perubahan periaku akibat belajar. perubahan perilaku disebabkan karena pencapaian penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar, hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes. Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tingkat pengajaran tertentu Poerwanti, 2008:1-5. Tes dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis. Berdasarkan paparan hasil belajar siswa, hasil belajar mengalami kenaikan disetiap siklusnya dikarenakan aktivitas siswa meningkat seiring dengan keterampilan guru yang meningkat, karena hasil belajar merupakan hasil timbal balik dari tindakan siswa pada saat belajar dan tindakan guru ketika mengajar. Pada saat belajar siswa juga dipengaruhi oleh pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, siswa menjadi lebih berminat dan keingintahuannya lebih besar karena tertarik dengan masalah yang sebelum berawal dari kehidupan sehari-hari sehingga membuat siswa aktif dalam berpendapat dan menjawab pertanyaan seputar masalah sekitar. Kemudian dalam kegiatan berkelompok saat diskusi siswa dilatih untuk bekerja sama, menyatukan pikiran yang heterogen serta melatih sikap tanggung jawab dan ketelitian agar hasil kelompoknya maksimal dengan mengesampingkan egoisme individual bagi yang merasa sudah mampu dengan menghargai pendapat temannya, dan membantu teman anggota kelompoknya jika mengalami kesulitan. Kemudian dalam pembelajaran menggunakan model siklus belajar Learning Cycle dengan media media Flashcard saat menunjukkan hasil diskusi melatih kemampuan siswa dalam mengutarakan pendapat saat menjelaskan hasil diskusinya menggunakan kalimatnya sendiri. Selain itu kegiatan siswa dalam melakukan pengamatan ataupun percobaan dalam menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru membuat siswa lebih mudah membangun pengetahuan sendiri secara jelas. Karena siswa secara aktif terlibat sendiri dalam kegiatan pengamatan ataupun percobaan itu. Hal lain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor belajar dari individu yang menyebabkan individu memperoleh hasil belajar yang naik turun sesuai dengan pendapat Slameto 2010:54-72 yaitu : 1. Faktor Intern Faktor intern yang mempengaruhi belajar meliputi faktor jasmaniah mencakup faktor kesehatan dan cacat tubuh, kemudian faktor psikologis men- cakup intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan serta faktor kelelahan mencakup kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan kelelahan rohani terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan. 2. Faktor ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar meliputi 3 faktor yaitu faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan kemudian faktor sekolah yaitu metode mengajar, kuriku- lum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, tugas rumah dan metode belajar serta faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan data hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, dapat diperoleh simpulan bahwa hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklus, hal tersebut dikarenakan model siklus belajar Learning Cycle dengan media Flashcard pada pembelajaran IPA melibatkan siswa secara aktif dalam memperoleh pengetahuan baru dengan pemahamannya sendiri menggunakan pengalaman awal yang berasal dari kehidupan sehari-hari dengan memberikan pertanyaan yang memarik minat dan keingintahuan siswa dengan melakukan pengamatan gambar pada Flashcard sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa dan kemudian menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh-contoh dalam kehidupan dan menggunakan alat peraga yang bermacam-macam saat penerapan konsep dan keterampilan pada situasi baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutarno, dalam markhus dkk, 2008:28 bahwa pembelajaran IPA SD terbagi dalam 3 tahap yaitu 1 pembelajaran IPA melibatkan akomodasi kognitif terhadap pengetahuan awal siswa. Untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap suatu konsep IPA biasanya guru mengajukan pertanyaan sebelum mulai mengajar. Cara lain dapat dilakukan guru dengan fenomena alam tertentu berupa peragapraktik atau modul tertentu. Kemudian siswa ditugaskan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing sesuai pemikirannya; 2 menyampaikan pendapatjawaban atas pertanyaan guru berdasarkan pengamatan, pengalaman dan pemahaman, peluang terjadinya konflik pemikiran dibenak siswa semakin besar; 3 agar hasil pembelajaran IPA SD dapat terakomodasi dari aspek kognitif dan psikomotor kedalam wujud aktif perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu guru menugaskan peserta didik untuk menemukan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari yang diterima di sekolah. Sehingga melalui berbagai pembelajaran IPA yang menarik dan menyenangkan dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar hal ini sesuai dengan pendapat dari Rifa’I dan Anni, 2009:160 yang menyatakan apabila motivasi peserta didik rendah, umumnya akan diasumsikan bahwa prestasi peserta didik itu juga rendah, sehingga jika anak mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka prestasi atau hasil belajar yang diperoleh anak akan tinggi.

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN FLASHCARD UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

0 9 318

PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 7 230

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

0 5 407

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN MEDIA CROSSWORD PUZZLE PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 01

1 6 306

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IVB SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

1 13 338

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

1 11 323

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL LEARNING CYCLE BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 1 KOTA SEMARANG

0 9 447

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

4 62 323

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Bangsri Kecamatan Karangpan

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Bangsri Kecamatan Karang

0 1 16