individu dengan lingkungan; 4 tersedianya media pembelajaran; 5 kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga menarik dan menye-
nangkan. Model siklus belajar ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1 me-
ningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif, kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran, 2 membantu mengembangkan sikap ilmiah
peserta didik, dan 3 pembelajaran menjadi lebih bermakna karena lebih mengu- tamakan pengalaman nyata. Selain kelebihan, model siklus belajar juga mem-
punyai kekurangan, yaitu: 1 efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran dan 2 memerlukan penge-
lolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi Aritmaxx, 2010. Untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki oleh model siklus belajar maka
guru dapat mengupayakannya dengan cara: 1 guru harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan ke siswa dan memahami langkah pem-
belajaran menggunakan model siklus belajar dan 2 guru harus menyusun ren- cana pembelajaran dan mengatur pengelolaan kelas agar kondisi kelas lebih ter-
organisasi dan kondusif.
2.1.7 Teori Belajar yang Mendasari Model Siklus Belajar Learning cycle
Proses belajar yang terjadi tidak terlepas dari teori-teori belajar yang mendasari. Teori belajar yang mendasari pembelajaran IPA dengan model siklus
belajar Learning Cycle adalah
a Teori belajar konstruktivisme
Menurut Wena, 2011: 170 siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Baharudin dan Wahyuni, 2012:
115-117 menjelaskan teori belajar konstruktivisme yang terpenting adalah menciptakan makna dan pengalaman. Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu
antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus dipasangkan dengan situasi dimana
pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya. Pembelajaran harus disusun
dengan membangun model pembelajaran pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik. Dalam teori belajar ini peran guru
adalah mengajar siswa bagaimana membangun makna dan bagaimana secara selektif memonitor dan selalu mempengaruhi bangunan mereka; dan mengarahkan
dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami.
Menurut Yamin dan Ansari, 2012:91 teori kontruktivisme dapat dikata- kan berkenaan dengan bagaimana anak memperoleh pengetahuan dalam berin-
teraksi dengan lingkungannya. Sehubungan dengan itu Tytler lebih merincikan lagi rancangan pembelajaran dengan teori kontruktivisme yaitu: 1 memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan bahasanya sendiri, 2 memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamanya, sehingga menjadi
lebih kreatif dan imajinatif, 3 memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, 4 memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki siswa, 5 mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, 6 menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
b Teori belajar kognitif Piaget
Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan beru- paya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognition
dalam aktifitas belajar. Piaget dalam Lapono, 2008: 1-18 memandang bahwa individu sebagai struktur kognitif, peta mental, skema atau jaringan konsep guna
memahami dan menanggapi pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Piaget dalam Rifa’I dan Anni, 2009:26 menyatakan bahwa perkembangan
kognitif manusia terdiri dari empat tahap, yaitu: 1
Tahap sensorimotorik sensorimotor intelligence, yang terjadi dari lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman indera dan
gerakan motorik mereka. Bayi hanya memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukkan
pola sensorimotorik yang lebih kompleks. 2
Tahap praoperasional preoperational thought, yang terjadi dari usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini lebih bersifat simbolis, egoisentris dan in-
tuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran tahap ini terbagi menjadi dua sub tahap, yaitu simbolik dan intuitif. Bayi belum
mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat di- amati.
3 Tahap operasional kongkrit concrete operation, yang terjadi dari usia 7
sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai
logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. Pada tahap ini juga ber- kembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah
kongkrit. 4
Tahap operasional formal formal operation, yang terjadi dari usia 7 sam- pai 15 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan
logis. Kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakikat berpikir ser-
ta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Bergaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja yang merupakan cerminan kecakapan berpikir
abstrak dalam atau melalui bahasa. c
Teori Belajar Bermakna meaningfull learning Menurut Trianto, 2010:27 Belajar bermakna meaningfull learning
yang digagas Ausubel adalah suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Dalam proses
pembelajaran siswa akan lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu dalam memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan mu-
dah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya. Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar
bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan
pembelajaran. Dapat juga menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi namun disesuaikan dengan tahap pemikirannya.
Dari pendapat diatas, teori kontruktivisme, teori kognitif dan teori belajar bermakna adalah teori yang mendasari model pembelajaran Learning Cycle. Pada
teori konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran siswa. Ini berarti siswa sendiri yang harus
aktif secara mental membangun struktur pengetahuan yang didapat dari pengalaman belajarnya. Dan guru hanya membangun dan mengarahkan
pengalaman siswa sesuai dengan yang dialaminya dan tahap pemikirannya. Berdasarkan teori kognitif, tahap pemikiran siswa yang berada pada tingkat
pendidikan dasar, siswa masih dalam tahap pemikiran operasional konkret yang pada dasarnya pembangunan pengalaman siswa dan logika siswa masih
menggunakan bentuk benda konkret agar lebih bermakna dan mudah diingat dalam belajar. Kemudian dalam teori belajar bermakna, guru memberi kemudahan
bagi siswanya dalam belajar dengan mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya, sehingga lebih bermanfaat jika siswa diajak
beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Jadi belajar menggunakan Learning Cycle ini berarti menuntut keterlibatan anak secara aktif
membangun pengetahuannya melalui berbagai jalur, seperti membaca, berfikir, mendengar, berdiskusi, mengamati dan melaporkannya. Pembelajaran harus
disusun dengan membangun model pembelajaran pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik.
2.1.8 Media Pembelajaran Flashcard