Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dengan Media Flashcard untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN Mangkangkulon 01

(1)

PE

(LEARN

U

PEM

Disajikan s

ENERAP

NING CY

UNTUK

MBELAJA

SDN

sebagai salah Progra

PENDID

FAK

UNIVER

PAN MO

YCLE)

D

MENING

ARAN IP

N MANG

h satu syarat am Studi Pen

Dina 1

DIKAN G

KULTAS

RSITAS

ODEL SIK

ENGAN

GKATK

PA PADA

GKANGK

SKRIPSI t untuk mem ndidikan Gur Oleh Kurnia Jay 1401409184

GURU SEK

ILMU PE

NEGER

2013

KLUS B

MEDIA

KAN KUA

A SISWA

KULON

mperoleh gela ru Sekolah D

yanti

KOLAH D

ENDIDIKA

RI SEMA

ELAJAR

A

FLASH

ALITAS

A KELA

01

ar Sarjana Pe Dasar

DASAR

AN

ARANG

R

HCARD

AS V

endidikan


(2)

h s d                         hasil karya sebagian ata dikutip atau saya sendir au seluruhn dirujuk berd

ri, bukan ha nya. Pendapa dasarkan kod

asil jiplakan at atau tem de etik ilmia

n dari karya muan orang ah. Semar Penuli Dina K NIM 1

a tulis orang lain dalam

rang, 8 Juli 2 s,

Kurnia Jayan 1401409184

g lain baik skripsi ini

2013

nti


(3)

“ u M P P “Penerapan untuk Meni Mangkangku Panitia Ujia Pendidikan U hari tang Pemb

Dr. Sri Suli NIP 195805

Model Sik ingkatkan K ulon 01”, te an Skripsi J

Universitas N i : ggal : bimbing I, istyorini, M. 5171983032 klus Belajar Kualitas Pem elah disetuju Jurusan Pen Negeri Sema Rabu 10 Juli 2013

Pd. 002

(Learning mbelajaran ui oleh pemb

ndidikan Gu arang pada:

3

D N

Cycle) den IPA pada bimbing untu uru Sekolah Semara Pembim Dra. Florenti NIP 1956070 gan Media Siswa Kela uk diajukan

Dasar Fak

ang, 10 Juli 2

mbing II,

na Widihast 04198203200

Flashcard as V SDN

ke Sidang kultas Ilmu

2013

trini, M.Pd. 02


(4)

“ u M J N “Penerapan untuk Meni Mangkangku Jurusan Pen Negeri Sema hari tangg

Dr. Sri S NIP 195

Model Sik ingkatkan K ulon 01”, te ndidikan Gu arang pada: : Kamis gal : 25 Juli

Penguji I, Sulistyorini, 8051719830 klus Belajar Kualitas Pem lah dipertah uru Sekolah 2013 Paniti Peng Sutji Wardh NIP 195202 M.Pd. 032002  (Learning mbelajaran hankan dihad Dasar Faku

ia Ujian Skr

uji Utama,

hayani, S.Pd 2211979032

Cycle) den IPA pada dapan Sidang ultas Ilmu P

ipsi, Fitria Dwi NIP 19850 d, M.Kes 001 P Dra. Flo NIP 1956 gan Media Siswa Kela g Panitia Uj Pendidikan U

Sekret Prasetyaning 6062009122 Penguji II, orentina Wid 60704198203 Flashcard as V SDN

ian Skripsi Universitas taris, gtyas., S.Pd, 2007 dihastrini, M 32002 , M.Pd. M.Pd.


(5)

MOTTO:

“Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan (General Collin Power)

“Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli dan tidak dapat dihancurkan. (Hitopadesa)

PERSEMBAHAN:

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ayahku Basuki (alm) dan Ibuku Titik Kusmiyanti yang senantiasa menyanyangi dan memberikan dukungan moral dan spiritual.

Almamaterku

           


(6)

karunia-Nya sehingga peneliti mendapat kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dengan Media Flashcard untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN Mangkangkulon 01”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Di dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada.

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu dan izin penelitian.

3. Dra. Hartati, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu dan izin penelitian.

4. Sutji Wardhayani, S.Pd, M. Kes., Dosen Penguji Utama, yang telah menguji dengan teliti dan sabar serta memberi masukan kepada penulis.


(7)

6. Dra. Florentina Widihastrini, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab serta memotivasi untuk kerja keras sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan hasil maksimal.

7. Hj. Sri Wati SA, S.Pd., Kepala SDN Mangkangkulon 01 Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Sukartini, S.Pd., guru kelas V SDN Mangkangkulon 01 Semarang sekaligus kolabolator yang telah mendukung dan membantu selama pelaksanaan penelitian.

Akhirnya hanya kepada kepada Allah SWT kita tawakal dan memohon hidayah dan inayah-Nya. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 8 Juli 2013 Penulis


(8)

Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing (1) Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd (2) Dra. Florentina Widihastrini, M.Pd. 464 halaman.

Latar belakang masalah penelitian ini diperoleh dari hasil refleksi yang yang menunjukkan permasalahan dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Mangkangkulon 01 diantaranya pembelajaran kurang membangkitkan minat dan keingintahuan siswa, kurang menekankan diskusi kelompok untuk melatih siswa bekerjasama dan berfikir kritis, kurang memotivasi siswa menggunakan kalimatnya sendiri, kurang menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru, penggunaaan media kurang diterapakan sehingga siswa pasif, hasil belajar siswa rendah dengan ketuntasan klasikal 30%. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01?. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Mangkangkulon 01.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01 Semarang. Teknik pegumpulan data menggunakan tes dan nontes. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis statistik deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 24 berkriteria baik, meningkat pada siklus II memperoleh skor 29 berkriteria baik dan siklus III meningkat dengan memperoleh skor 33,5 berkriteria sangat baik. (2) aktivitas siswa pada siklus I memperoleh skor 20,1 berkriteria baik, pada siklus II memperoleh skor 23,9 berkriteria baik dan meningkat pada siklus III memperoleh skor 28,5 berkriteria sangat baik. (3) Hasil belajar dengan ketuntasan klasikal pada siklus I 60,1%, meningkat pada siklus II menjadi 71,6%, dan siklus III meningkat menjadi 81,6%.

Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar IPA. Saran yang diberikan: hendaknya diterapkan model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard dalam pembelajaran IPA karena guru dan siswa lebih kreatif dan komunikatif dalam pembelajaran.

Kata kunci : kualitas pembelajaran IPA, model siklus belajar (learning cycle), media flashcard


(9)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR GAMBAR ……….. DAFTAR LAMPIRAN ... xvi xvii BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 16

2.1 Kajian Teori ... 16

2.1.1 Hakikat Belajar... 16

2.1.1.1 Pengertian Belajar... 16

2.1.1.2 Unsur-unsur Belajar... 18

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar... 19

2.1.2 Hakikat Pembelajaran... 20

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran... 20

2.1.2.2 Komponen-komponen Pembelajaran... 21

2.1.3 Kualitas Pembelajaran………. 24


(10)

2.1.3.6 Hasil Belajar... 42

2.1.4 Pembelajaran IPA………... 48

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)……….. 48

2.1.4.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)……….. 49

2.1.5 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar………... 51

2.1.6 Model Siklus Belajar (Learning Cycle) ……… 54

2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran………. 54

2.1.6.2 Model Siklus Belajar (Learning Cycle) ……….. 54

2.1.7 Teori Belajar yang Mendasari Model Siklus Belajar (Learning Cycle)………... 64 2.1.8 Media Pembelajaran Flashcard 67 2.1.9 Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dengan Media Flashcard dalam Pembelajaran IPA………. 72

2.2 Kajian Empiris ... 73

2.3 Kerangka Berpikir ... 76

2.4 Hipotesis Tindakan ... 79

BAB III METODE PENELITIAN………. 80

3.1 Rancangan Penelitian... 80

3.1.1 Perencanaan………. 81

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan………. 82

3.1.3 Observasi………. 83

3.1.4 Refleksi……… 83

3.2 Perencanaan Tahap Penelitian.. ... 84

3.2.1 Siklus I………. 84

3.2.1.1 Perencanaan………. 84

3.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan………. 85


(11)

3.2.2.3 Observasi………... 92

3.2.2.4 Refleksi……… 93

3.2.3 Siklus III……….. 93

3.2.3.1 Perencanaan………. 93

3.2.3.2 Pelaksanaan Tindakan………. 94

3.2.3.3 Observasi………. 97

3.2.3.4 Refleksi………... 97

3.3 Subjek Penelitian………. ... 97

3.4 Tempat Penelitian... 98

3.5 Variabel Penelitian ... 98

3.6 Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 98

3.6.1 Sumber Data ... 98

3.6.2 Jenis Data ... 100

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 100

3.7 Teknik Analisis Data ... 103

3.7.1 Data Kuantitatif ... 103

3.7.2 Data Kualitatif ... 105

3.8 Indikator Keberhasilan ... 108

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 109

4.1 Hasil Penelitian ... 109

4.1.1 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1... 109

4.1.1.1 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran ………. 109

4.1.1.1.1 Deskripsi Hasil Observasi Keterampilan Guru………...  109

4.1.1.1.2 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ………... 115

4.1.1.2 Paparan Hasil Belajar Siswa………... 122


(12)

4.1.2.1.2 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ……… 136

4.1.2.2 Paparan Hasil Belajar Siswa………... 143

4.1.2.3 4.1.2.4 Refleksi……… Revisi………... 145 147 4.1.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1 ... 148

4.1.3.1 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran ………. 148

4.1.3.1.1 Deskripsi Observasi Keterampilan Guru……….  148

4.1.3.1.2 Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa………... 155

4.1.3.2 4.1.3.3 Paparan Hasil Belajar Siswa………... Refleksi……….... 162 163 4.1.3.4 Revisi ……….. 165

4.1.4 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 2 ... 167

4.1.4.1 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran ………. 167

4.1.4.1.1 Deskripsi Observasi Keterampilan Guru………  167

4.1.4.1.2 Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa………... 174

4.1.4.2 4.1.4.3 Paparan Hasil Belajar Siswa………... Refleksi………... 180 182 4.1.4.4 Revisi ………. 184

4.1.5 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan 1 ... 185

4.1.5.1 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran ………. 185

4.1.5.1.1 Deskripsi Observasi Keterampilan Guru………..  185

4.1.5.1.2 Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa………... 192

4.1.5.2 4.1.5.3 Paparan Hasil Belajar Siswa………... Refleksi………... 199 200 4.1.5.4 Revisi ……….. 202


(13)

4.1.6.2 4.1.6.3

Paparan Hasil Belajar Siswa………... Refleksi………....

216 218

4.1.6.4 Revisi ……….. 221

4.1.7 Rekapitulasi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I, II, dan III…………. 222

4.1.7.1 Rekapitulasi Observasi Proses Pembelajaran……….. 222

4.1.7.1.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru………..………. 222

4.1.7.1.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa………..………... 223

4.1.7.1.3 Hasil Belajar………..……….. 224

4.2 4.2.1 4.2.1.1 4.2.1.2 4.2.1.3 Pembahasan ... Pemaknaan Temuan Penelitian………..………. Hasil Observasi Keterampilan Guru………... Hasil Observasi Aktivitas Siswa………. Hasil Belajar Siswa ………..……….. 226 226 226 241 249 4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 257

4.2.2.1 Implikasi Teoritis………..……….. 258

4.2.2.2 Implikasi Praktis………..……… 259

4.2.2.3 Implikasi Paedagogis………..………. 260

BAB V PENUTUP……….. 261

5.1. Simpulan ... 261

5.2. Saran ... 262

DAFTAR PUSTAKA ……... 264

LAMPIRAN- LAMPIRAN ... 269  


(14)

Tabel 2.2 Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Wena... 60 Tabel 3.1

Tabel 3.2

Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………... Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif………....……..

105 107 Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Keterampiolan Guru dan Aktivitas Siswa…... 107 Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Setiap Indikator... 107 Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 1... 110 Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1... 116 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I Pertemuan 1….. 122 Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 2... 130 Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 137 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I Pertemuan 2….. 143 Tabel 4.7 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 1... 149 Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1... 156 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II Pertemuan 1… 162 Tabel 4.10 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 2... 168 Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 175 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II Pertemuan 2… 181 Tabel 4.13 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III Pertemuan 1... 186 Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1... 193 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus III Pertemuan 1... 199 Tabel 4.16 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III Pertemuan 2... 203 Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2... 210 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus III Pertemuan 2... 216

       


(15)

Diagram 4.2 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 116

Diagram 4.3 Ketuntasan Klasikal Siklus I Pertemuan 1... 123

Diagram 4.4 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 2... 130

Diagram 4.5 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 137

Diagram 4.6 Ketuntasan Klasikal Siklus I Pertemuan 2... 143

Diagram 4.7 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 1... 144

Diagram 4.8 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1... 156

Diagram 4.9 Ketuntasan Klasikal Siklus II Pertemuan 1... 162

Diagram 4.10 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 2... 168

Diagram 4.11 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2... 175

Diagram 4.12 Ketuntasan Klasikal Siklus II Pertemuan 2... 181

Diagram 4.13 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus III Pertemuan 1.... 186

Diagram 4.14 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1... 193

Diagram 4.15 Ketuntasan Klasikal Siklus III Pertemuan 1... 199

Diagram 4.16 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus III Pertemuan 2.... 204

Diagram 4.17 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2... 211

Diagram 4.18 Ketuntasan Klasikal Siklus III Pertemuan 2... 217

Diagram 4.19 Peningkatan Keterampilan Guru Siklus I, II, dan III... 222

Diagram 4.20 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I, II, dan III………. 223

Diagram 4.21 Peningkatan Nilai Hasil Belajar Siklus I, II, dan III ………... 224

Diagram 4.22 Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I, II, dan III ………... 225

Diagram 4.23 Perbandingan Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I, II, dan III ………... 227

Diagram 4.24 Peningkatan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I, II, dan III ………... 241


(16)

Gambar 2.2 Bagan Fase Model Siklus Belajar (Learning Cycle)……… 57

Gambar 2.3 Bagan Alur Berpikir ……….. 76

Gambar 3.1 Gambar 4.1 Bagan Alur Langkah-langkah PTK ... Media Flashcard Materi Pesawat Sederhana dan Pesawat Rumit………... 80 114 Gambar 4.2 Media Flashcard Materi Pengungkit………. 133

Gambar 4.3 Media Flashcard Materi Bidang Miring……... 153

Gambar 4.4 Media Flashcard Materi Katrol……... 172

Gambar 4.5 Media Flashcard Materi Roda Berporos……... 190

Gambar 4.6 Media Flashcard Materi Kegiatan Manusia yang Menggunakan Pesawat Sederhana……... 207

Gambar 4.7 Media Flashcard Kartu Bernomor untuk Kuis……... 209

                 


(17)

Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28 Lampiran 29 Lampiran 30 Lampiran 31 Lampiran 32 Lampiran 33 Lampiran 34

Lembar Observasi Keterampilan Guru………. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……….. Lembar Wawancara Guru……… Lembar Wawancara Siswa………... Catatan Lapangan………. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2... Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 1... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan1... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2... Data Praksiklus Hasil Belajar IPA Kelas V SDN Mangkangkulon 01……… Hasil Belajar Siswa Siklus I ... Hasil Belajar Siswa Siklus II ... Hasil Belajar Siswa Siklus III ... Contoh Hasil Belajar Siswa……….. Analisis Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan 1……… Analisis Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan 2……… Analisis Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan 1…..………. Analisis Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan 2…..………. Analisis Catatan Lapangan Siklus III Pertemuan 1….………. Analisis Catatan Lapangan Siklus III Pertemuan 2...……… Hasil Wawancara dengan Guru Siklus I ………... Hasil Wawancara dengan Guru Siklus II………... Hasil Wawancara dengan Guru Siklus III………... Hasil Wawancara dengan Siswa ………...

272 276 279 280 281 282 304 329 352 378 402 423 424 425 426 427 428 429 433 434 435 436 437 442 443 444 445 446 447 448 450 452 454


(18)

                                         


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na-sional menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keku-atan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mu-lia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, (Aqib, 2009:14-16). Hal tersebut didukung dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses bahwa pembelajaran diartikan sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan bel-ajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Depdiknas, 2007:6). Selanjutnya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 menetapkan kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal. (Team Media, 2005:26)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa


(20)

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan men-jadi patokan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pen-didikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mem-pelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian ter-sebut maka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA di SD/MI didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, be-kerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sis-tematis, sehingga IPA bukan hanya sekadar penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja. Dari uraian di atas diketahui bahwa proses pembelajaran IPA berorientasi pada pemberian pengalaman lang-sung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diarahkan untuk menemukan dan berbuat sendiri sehingga dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pemahaman yang le-bih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, Standar Isi 2007: 484).

Tujuan mata pelajaran IPA adalah agar siswa memperoleh keyakinan ter-hadap kebesaran Tuhan YME atas keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya dan memiliki keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar de-ngan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, memecahkan masalah dan membuat ke-putusan. Dengan mempelajari IPA siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu,


(21)

sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Selain itu peserta didik juga memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam serta menghargai alam dan segala keteraturan-nya sebagai salah satu ciptaan Tuhan ( Depdiknas, Standar Isi 2007:485).

IPA merupakan mata pelajaran yang memiliki ruang lingkup meliputi as-pek-aspek makhluk hidup dan proses kehidupannya, benda atau energi serta sifat-sifat dan kegunaannya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Berdasarkan ruang lingkup di atas, pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan de-ngan inkuiri ilmiah. Dede-ngan inkuri ilmiah diharapkan dapat menumbuhkan ke-mampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada peserta didik melalui penggunaan dan penggembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, Standar Isi 2007: 484). Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam KTSP tersebut sudah mengarahkan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar untuk membangun kemampuan siswa dalam memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang alam sekitar, mendorong untuk bekerja ilmiah, dan menemukan pengetahuan sendiri dengan guru sebagai fasilitator. Namun kenyataan di lapangan menggambarkan kualitas pembelajaran IPA masih rendah.

Pembahasan lebih lanjut mengenai kualitas pembelajaran IPA yang ren-dah ditunjukkan dari hasil studi internasional tentang perolehan atau pencapaian IPA


(22)

dan Matematika yang dilakukan oleh TIMSS (Trends in Internasional Mathematics and Science Study) terhadap pencapaian sains anak kelas 4 (9 tahun saat di tes) dan kelas 8 (13 tahun saat di tes) dengan ruang lingkup do-main konten dan domain kognitif, untuk domain konten dibedakan: level kelas 4 mencakup Life science, Physical science, dan Earth science. Untuk level kelas 8 mendapat tambahan Kimia (Chemistry) dan pengetahuan lingkungan (Environ-mental science), menunjukkan bahwa dari 38 negara yang berpartisipasi pada ta-hun 1999 dan dari 46 negara yang berpartisipasi pada tata-hun 2003, masing-masing anak Indonesia menempati peringkat 32 dan 37. Skor rata-rata perolehan anak In-donesia untuk IPA mencapai 420,221, skor ini tergolong ke dalam kategori low bencmark artinya siswa baru mengenal beberapa konsep mendasar dalam Fisika dan Biologi. Kemudian hasil penelitian PISA (the Programme for International Student Assessment) tahun 2000 dan tahun 2003 menunjukkan bahwa literasi sains anak-anak Indonesia usia 15 tahun masing-masing berada pada peringkat ke 38 (dari 41 negara) dan peringkat ke 38 dari (40 negara) (Bastari Purwadi, 2006). Ini artinya bahwa siswa-siswa Indonesia tersebut diduga baru mampu mengingat pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana (Rustaman, 2006b). (Depdiknas, 2007:21).

Panduan Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indo-nesia dalam bidang Matematika, Sains, dan Membaca juga menunjukkan bahwa salah satu sebab rendahnya mutu lulusan adalah belum efektifnya proses pembel-ajaran. Proses pembelajaran masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar


(23)

pe-serta didik menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi ke-pada guru (teacher centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan kurang optimal. (Naskah akademik, 2007:21 )

Permasalahan proses pembelajaran yang belum efektif ditemukan juga di SDN Mangkangkulon 01 yang menunjukkan kualitas pembelajaran IPA yang ku-rang optimal. Berdasarkan hasil refleksi peneliti dengan tim kolaborator melalui data observasi, wawancara, catatan lapangan, dan data dokumen hasil belajar sis-wa pada pembelajaran IPA, hal tersebut dikarenakan pembelajaran kurang mem-bangkitkan minat dan keingintahuan siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, pe-nyampaian materi oleh guru kurang memaksimalkan penggunaan model pembel-ajaran yang inovatif misalnya cenderung menyampaikan materi secara langsung kurang ada interaksi dengan siswa. Pembelajaran cenderung hanya secara klasikal dan kurang menekankan diskusi kelompok dalam pembelajaran untuk melatih sis-wa bekerja sama dan berfikir kritis. Guru kurang memotivasi sissis-wa dalam menje-laskan materi yang dibahas saat diskusi menggunakan kalimatnya sendiri, guru kurang memberikan penerapan konsep dan keterampilan siswa dalam situasi ber-beda dari apa yang telah dipelajari. Selain itu ditunjukkan juga dengan kurangnya memaksimalkan penggunaan media pembelajaran yang interaktif dan menarik. Keadaan tersebut membuat peserta didik merasa bosan dan jenuh dengan pembel-ajaran yang diberikan guru. Sebagian besar peserta didik membuat suasana belajar kurang kondusif, banyak diantara peserta didik yang bermain sendiri dan


(24)

berbica-ra dengan teman sebangku saat guru menjelaskan materi. Sehingga pada saat ta-nya jawab, ketika siswa diberi kesempatan bertata-nya dan menjawab pertata-nyaan yang diberikan guru hanya siswa tertentu saja yang bisa menjawab dan yang lain hanya diam.

Keadaan tersebut menunjukkan kualitas pembelajaran IPA yang kurang optimal. Hal itu didukung data dari pencapaian hasil belajar siswa pada pembel-ajaran IPA tahun 2012/2013 pada semester 1 yang belum memenuhi Kriteria Ke-tuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 61. Data tersebut menunjukkan bahwa 70% (21 dari 30) siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01 kurang bisa memahami materi IPA dan tidak memenuhi KKM. Jadi hanya 30% (9 dari 30) siswa yang tuntas KKM. Dengan nilai tertinggi yaitu 85 dan nilai terendah yaitu 42 kemudian nilai rata-rata kelas 58,46 dan belum mencapai KKM (61). Keadaan tersebut ti-dak hanya dilihat dari data kuantitatif siswa tetapi dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Selama pembelajaran berlangsung ada 8 siswa yang mengalami kesulitan belajar kemudian ada 1 anak yang berkebutuhan khusus yang mengalami keterlambatan dalam belajar. Dan ada 6 siswa yang ramai/ber-gurau mengganggu konsentrasi belajar siswa lain.

Pembelajaran yang efektif dan berkualitas adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang di-harapkan. Berdasarkan data dari pencapaian hasil belajar siswa yang belum me-menuhi KKM dan aktivitas siswa saat pembelajaran menunjukkan bahwa pembel-ajaran kurang efektif dan berkualitas. Permasalahan ini harus segera diatasi, jika masalah tersebut tidak segera dipecahkan akan berdampak negatif terhadap


(25)

ku-alitas pembelajaran di kelas. Maka dalam hal ini peneliti dan tim kolaborator netapkan alternatif tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA me-lalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran yang lebih ino-vatif dengan media yang menarik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan mo-del siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard yang diharapkan meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar yang maksimal.

Pembelajaran dengan menggunakan siklus belajar (Learning Cycle) me-rupakan contoh model pembelajaran kontruktivistik yang dapat menciptakan ke-sempatan untuk memberikan pengalaman fisik, dan interaksi sosial. Dengan kata lain, penggunaan model pembelajaran ini dapat menciptakan pengalaman-penga-laman belajar dalam pembentukan konsep. Pengapengalaman-penga-laman ini menyebabkan siswa untuk bertanya tentang pemikiran mereka mengenai konsep tertentu. Guru hanya menjadi fasilitas saat pembelajaran dan anak berusaha menemukan pengetahuan sendiri yang didapat dari interaksi sosial. Model siklus belajar lebih bermakna ba-gi siswa karena siswa tidak laba-gi merasakan model transmisi pasif di mana siswa penerima pengetahuan dari guru saja tetapi memberikan pengalaman belajar aktif.

Pernyataan ini didukung oleh Slavin (dalam Baharudin dan Wahyuni, 2012:116) yang menyatakan bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa.

Menurut Simatupang, (2008:63) siklus belajar adalah suatu model pem-belajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). Dalam hal ini model


(26)

siklus belajar atau Learning Cycle disingkat dengan LC. LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta belajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Wena, (2011:170) mengemukakan siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Me-nurut Lawson, (1994:168) The learning cycle is a method of instruction that con-sist of three phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga fase/tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep.

Menurut Lorsbach (dalam Wena, 2011: 171), pada proses selanjutnya ti-ga tahap siklus tersebut menti-galami pengembanti-gan. Titi-ga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) ela-borasi (elaboration/ extention), dan (e) evaluasi (evaluation). Model siklus belajar dimulai dengan pembangkitan minat dan keingintahuan peserta didik mempre-diksi fenomena yang akan dipelajari dengan pertanyaan-pertanyaan awal, setelah itu akan muncul permasalahan lain yang selanjutnya didiskusikan pada pada saat ekplorasi dengan siswa bekerja sama dalam kelompok, kemudian saat menjelaskan hasil diskusi dalam kelompok siswa didorong untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat sendiri selanjutnya siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru yang didapatkan selama pembelajaran dan yang terakhir dilakukan evaluasi untuk melihat efektifitas dari pembelajaran. Menurut


(27)

Simatupang, (2008:67) dalam kajiannya yang berjudul “Pembelajaran model siklus belajar (Learning Cycle)” menyatakan bahwa implementasi Learning Cycle dalam pembelajaran sains menunjukkan keberhasilan model ini dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pembelajaran peserta didik yang pendidiknya menerapkan Learning Cycle mempunyai keterampilan menjelaskan lebih baik dari pada pendidik yang menerapkan metode ekspositori.

Untuk menunjang keefektifan pembelajaran akan dibantu dengan media Flashcard. Peneliti memilih media Flashcard untuk menunjang kefektifan model siklus belajar (Learning Cycle) karena Flashcard disajikan dalam bentuk kartu bergambar yang mudah dibawa, praktis, mudah diingat dan menyenangkan. Hal ini didukung dengan pernyataan Sudjana dan Rivai, (2010:4) bahwa penggunaan media tidak dilihat dan dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru menggunakan media dalam proses pengajaran. Menurut Susilana dan Riyana, (2008:95) Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran 25x30 cm. Gambar-gambarnya dibuat menggunakan tangan atau foto, atau memanfaatkan gambar/foto yang sudah ada yang ditempelkan pada lembaran-lembaran Flashcard. Gambar-gambar yang ada pada Flashcard merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya. Hal tersebut akan membuat anak lebih mudah memahami dan mengingat materi yang diajarkan


(28)

karena siswa melakukan kegiatan pengamatan dengan gambar-gambar berwarna dan pesan yang mudah diingat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan kualitas pembelajaran IPA menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard akan membuat siswa menerima pengetahuan yang lebih bermakna dan terasa menyenangkan saat pembelajaran. Manfaatnya dalam pembelajaran siswa termotivasi dalam belajar, minat dan rasa ingin tahu siswa bertambah dan lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Adapun penelitian yang mendukung yaitu penelitian dari Subagya dan Wiratma, (2008:271) dengan judul “ Penerapan Model Siklus Belajar Berbasis Tri Pramana Pada Pembelajaran Sains Di Sekolah”. Dalam penelitiannya me-nunjukkan bahwa pembelajaran sains yang dilakukan dengan model siklus belajar mampu mendorong siswa untuk aktif dan kreatif dalam belajar, serta mampu me-numbuhkembangkan suasana belajar yang menyenangkan. Efektifitas pembelajar-an diukur dari jumlah siswa ypembelajar-ang mencapai stpembelajar-andar ketuntaspembelajar-an nilai sebesar 36% untuk SD, 72,2% untuk SMP dan 23,5% untuk SMA. Berdasarkan hasil penelitian ini model siklus belajar dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran sains.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian tin-dakan kelas dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) de-ngan Media Flashcard untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA pada Sis-wa Kelas V SDN Mangkangkulon 01”.


(29)

1.2

RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

1.2.1.1 Rumusan Umum

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan seba-gai berikut: Baseba-gaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01?

1.2.1.2 Rumusan Khusus

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Apakah model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01?

2) Apakah model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01?

3) Apakah model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, penulis melaksanakan pene-litian tindakan kelas dengan menerapkan model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard dalam pembelajaran IPA.

Menurut Karplus (dalam Wena, 2009:170-176) model pembelajaran ini akan menuntut adanya persiapan pembelajaran yang sistematis terutama


(30)

penyiapan dan pengorganisasian isi pembelajaran, penyiapan tugas-tugas pembelajaran yang mampu mendorong aktivitas/keaktifan dalam kelas. Sedangkan media pembelajaran Flashcard menurut Susilana dan Riyana, (2008:96) media pembelajaran yang mudah dibawa, praktis dan menyenangkan.

Berikut ini adalah sintak pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard.

1) Guru menyiapkan materi, media Flashcard dan mengkondisikan siswa.  2) Guru membangkitkan minat dan keingintahuan siswa dengan mengajukan

per-tanyaan tentang proses faktual kehidupan sehari-hari. (pembangkitan minat) 3) Guru menjelaskan materi dengan bantuan Flashcard dengan cara guru

me-megang Flashcard yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke depan siswa, sembari guru menjelaskan cabutlah kartu-kartu tersebut. (pembangkitan minat)

4) Berikan Flashcard yang sudah diterangkan kepada siswa yang duduknya pa-ling dekat dengan guru sampai semua siswa kebagian kemudian siswa me-ngamati Flashcard tersebut.

5) Guru membimbing siswa diskusi dan bekerjasama dalam kelompok kecil. (eksplorasi)

6) Siswa berdiskusi mengerjakan Lembar Kerja Siswa yang berbentuk Flashcard secara kelompok. (eksplorasi)

7) Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok. (Penjelasan)

8) Guru memotivasi siswa menjelaskan konsep yang dibahas dengan kalimat sen-diri saat presentasi. (Penjelasan)


(31)

9) Guru dan siswa melakukan diskusi ulang dan bersama-sama menyimpulkan ha-sil pemecahan masalah. (Penjelasan)

10) Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi yang berbeda. (elaborasi)

11) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya jika mengalami kesulitan. (elaborasi)

12) Memberikan evaluasi dengan tugas/ latihan siswa sesuai dengan topik dan me-meriksa jawaban menggunakan bukti dan penjelasan yang tepat . (evaluasi)

1.3

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah :

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard pada siswa kelas V SDN Mangkang-kulon 01.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :

1) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA me-lalui model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard pada sis-wa kelas V SDN Mangkangkulon 01.

2) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard pada Siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01.


(32)

3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard pada siswa kelas V SDN Mangkangkulon 01.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tambahan khasanah ilmu penge-tahuan bagi peneliti dan pembaca khususnya tentang pembelajaran IPA meng-gunakan model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard pada pendidikan sekolah dasar.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Guru

Dengan menerapkan model siklus belajar (Learning Cycle) dengan me-dia Flashcard memberi manfaat guru sebagai sarana mengevaluasi pembelajaran dalam menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran, guru dapat mengembang-kan dan melakumengembang-kan inovasi pembelajaran dengan cara guru memperbaiki model pembelajaran di kelas lebih inovatif, kreatif dan menarik bagi siswa sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

1.4.2.2. Siswa

Dengan menerapkan model siklus belajar (Learning Cycle) dengan me-dia Flashcard menumbuhkan minat siswa pada pembelajaran IPA menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Keadaan seperti ini membuat siswa


(33)

lebih aktif berpatisipasi dalam pembelajaran, proses pembelajaran yang didapat lebih bermakna bagi siswa sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan-nya dalam berfikir dan memecahkan permasalahan dengan membangun penge-tahuan sendiri yang didapat dari pengalaman belajarnya. Dengan pengalaman yang didapat siswa sendiri akan mempermudah siswa dalam mengingat materi yang dipelajari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan.

1.4.2.3 Sekolah

Dengan menerapkan model siklus belajar (Learning Cycle) dengan me-dia Flashcard, sekolah mendapatkan informasi dan referensi kajian perbaikan da-lam pembelajaran serta sebagai acuan untuk peningkatan profesionalisme guru dan pencapaian kualitas dan mutu pendidikan di sekolah. Kemudian menumbuh-kan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah.

               


(34)

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

Kajian teori meliputi :1) Hakikat Belajar, 2) Hakikat Pembelajaran, 3) Kualitas Pembelajaran, 4) Pembelajaran IPA, 5) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, 6) Model Siklus Belajar (Learning Cycle), 7) Teori yang Mendasari Model Siklus Belajar (Learning Cycle), 8) Media Pembelajaran Flashcard, 9) Penerapan model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard pada pebelajaran IPA.

2.1.1 Hakikat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan se-rangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, me-niru, dan sebagainya. Selain itu belajar akan lebih baik jika subjek belajar meng-alami dan melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim ke-padanya oleh lingkungan (Hamdani, 2011:21-22). Menurut Daryanto, (2010:2) pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara ke-seluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan


(35)

lingkung-annya. Sedangkan menurut Iskandarwassid dan Sunendar, (2011:5) yang dimak-sud dengan belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan la-tihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afek-tif, dan psikomotor.

Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemam-puan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam as-pek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotor memberikan ha-sil belajar berupa keterampilan (psychomotoric) (Purwanto, 2011:42-43). Pen-dapat lain dari Hardini dan Puspitasari, (2012:4) belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. Agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah la-ku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan dan merencanakan berbagai pengalaman belajar yangkan diberikan kepada peserta didik dan pengalaman tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dipikirkan dan dikerjakan untuk membangun pemahaman dan mer-ubah perilaku yang dilakukan oleh seorang individu secara sadar ke arah yang le-bih baik meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari pro-ses latihan dan pengalaman yang berasal dari lingkungannya dalam kurun waktu tertentu dan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, si-kap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.


(36)

2.1.1.2 Unsur-unsur Belajar

Menurut Gagne (dalam Rifai dan Anni, 2009:84) unsur-unsur dalam bel-ajar yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku adalah se-bagai berikut.

1) Peserta didik

Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar.

2) Rangsangan

Peristiwa yang merangsang pengindraan peserta didik juga disebut stimulus. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang.

3) Memori

Memori yang ada pada peserta didik berisi pelbagai kemampuan berupa penge-tahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelum-nya.

4) Respon

Merupakan tindakan yang sedang dihasilkan dari aktualisasi memori. Respon dalam peserta didik diamati dan akhir proses belajar yang disebut dengan per-ubahan perilaku dan perper-ubahan kinerja (performance).

Dari uraian diatas dapat diuraikan keempat unsur tersebut saling berkait-an satu sama lain. Peserta didik dalam mengalami kegiatberkait-an belajar akberkait-an menda-patkan stimulus dengan isi memori pesan dari pengalaman belajarnya yang nan-tinya akan merangsang interaksi didalam diri peserta didik yang menyebabkan


(37)

perubahan tingkah laku dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut. Perubahan perilaku tersebut menjadi indikator bahwa peserta didik telah melaku-kan kegiatan belajar.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongan menjadi 2 golongan saja. Menurut Slameto, (2010:54-72) yaitu faktor intern yang ada dalam diri individu saat belajar dan faktor ekstern faktor yang ada diluar individu.

1) Faktor Intern

Faktor intern yang mempengaruhi belajar meliputi faktor jasmaniah mencakup faktor kesehatan dan cacat tubuh, kemudian faktor psikologis men-cakup intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan serta faktor kelelahan mencakup kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lung-lainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan kelelahan rohani terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar meliputi 3 faktor yaitu faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluar-ga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarkeluar-ga,pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan kemudian faktor sekolah yaitu metode mengajar, kuriku-lum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung,


(38)

tu-gas rumah dan metode belajar serta faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa da-lam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat

Dari uraian faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar dapat disimpul-kan bahwa belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor intern yang ada dalam di-ri individu saat belajar dan faktor ekstern faktor yang ada diluar individu. Faktor internal terbentuk akibat pertumbuhan, pengalaman belajar sebelumnya dan per-kembangan, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan peserta didik. Oleh karena itu belajar yang berhasil mengharuskan peserta didik dalam belajar memiliki kemampuan internal yang dipersyaratkan dalam belajar dan memper-hatikan situasi stimulus dari luar peserta didik dengan berusaha menyesuaikan diri secara baik dengan memilih lingkungan yang baik dan menghindari kondisi ling-kungan buruk sesuai dengan kebutuhan.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran 2.1.2.1Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2011:11). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu ling-kungan belajar. Lingling-kungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari un-sur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unun-sur tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semua berfungsi dengan berorientasi pada tujuan (Anitah, 2008:1.18).

Pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara guru dengan peserta didik, sumber


(39)

belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan ter-jadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang ditentukan (Arifin, 2011:10). Selanjutnya menurut Susilana dan Riyana, (2008:1) pembelajaran me-rupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pe-ngetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Kemudian Pribadi, (2011:15) pembelajaran sebagai suatu peristi-wa yang sengaja direncanakan agar dapat memudahkan individu dalam menem-puh suatu proses belajar.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, pembelajaran menurut peneliti adalah proses interaksi dan komunikatif antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar tertentu yang mengarah pada tujuan yang diinginkan sehingga terjadi tindakan belajar peserta didik serta diarahkan pa-da perkembangan kognitif, afektif, pa-dan psikomotorik peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran merupakan sebuah proses yang memiliki tujuan dalam memfa-silitasi individu agar memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melakukan sebuah tugas belajar dari peserta didik dan tugas itu akan menimbulkan interaksi dalam lingkungan belajar.

2.1.2.2 Komponen-komponen Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran terdapat sistem yang harus kita perhatikan dengan baik. Pembelajaran dikatakan sebagai suatu sistem karena di dalamnya memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain dalam rangka


(40)

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Komponen tersebut terdiri atas tujuan, materi, metode, media dan evaluasi (Indriana, 2011:20).

Menurut Djamarah, (2010:41-50) komponen-komponen pembelajaran meliputi.

1) Tujuan

Merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pembel-ajaran. Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan karena berfungsi sebagai indikator pengajaran. Menurut Hermawan, (2008:9.5) tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan.

2) Bahan pelajaran

Merupakan substansi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Maka guru hen-daknya memilih dan mengorganisasikan bahan pelajaran agar proses pembel-ajaran dapat berlangsung intensif (Sugandi dkk, 2007:29).

3) Kegiatan belajar mengajar

Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses bel-ajar mengbel-ajar. Dalam kegiatan belbel-ajar mengbel-ajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah diciptakan tercapai.

4) Metode

Adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang akan ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan


(41)

penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir.

5) Alat

Segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan ajaran. Segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembel-ajaran, alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan. 6) Sumber pelajaran

Merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengan-dung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan perubahan.

7) Evaluasi

Menurut Roestiyah (dalam Djamarah, 2010:50) evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Kemudian Rakhmat dan Suherdi, (2001:17) evaluasi didefinisikan sebagai prosedur sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan pembelajaran. Kegiatan evaluasi yang dilakukan secara sistematis yaitu kegiatan pengukuran, penilaian dan akhirnya pengambilan keputusan.

Dari uraian komponen pembelajaran diatas peneliti berpendapat bahwa tujuan, bahan pelajaran, metode, alat, sumber pelajaran dan evaluasi akan mem-bentuk suatu sistem yang mempunyai hubungan dan interaksi serta semua itu


(42)

ber-orientasi pada tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran tidak mungkin berlang-sung tanpa adanya komponen-komponen tersebut. Maka untuk proses pembelajar-an ypembelajar-ang baik maka melibatkpembelajar-an semua komponen harus saling berhubungpembelajar-an dpembelajar-an terlaksana dengan baik.

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap me-lalui proses pembelajaran (Hamdani, 2011:194). Menurut Uno, (2011:153) ku-alitas pembelajaran merupakan pemikiran yang tertuju pada suatu benda atau ke-adaan yang baik. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik. Uno menyebutkan lebih lanjut bahwa kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula. Kualitas pendidikan merupakan kemampuan suatu lembaga pendidikan untuk menghasilkan siswa yang lebih baik dalam bidang akademik (Depdiknas, 2004:5).

Menurut Depdiknas, (2004:6), konsep kualitas pendidikan merupakan sa-lah satu unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Paradig-ma tersebut mengandung atribut pokok, yaitu relevan dengan kebutuhan Paradig- masyara-kat dan pengguna lulusan, memiliki suasana akademik (academic-atmosphere) dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen kelembagaan (institutio-nal commitment) dari para pemimpin dan staf terhadap pengelolaan organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan (sustainability) program studi, serta


(43)

efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan. Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi pro-ses belajar siswa.

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan, Daryanto, (2010: 57-58), mengemukakan efektivitas belajar adalah tingkat penca-paian tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapenca-paian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Dengan pemahaman tersebut, maka dapat di-kemukakan aspek-aspek efektivitas belajar sebagai berikut : (1) peningkatan pe-ngetahuan, (2) peningkatan keterampilan, (3) perubahan sikap, (4) perilaku , (5) kemampuan adaptasi, (6) peningkatan integrasi, (7) peningkatan partisipasi, dan (8) peningkatan interaksi kultural. Hal ini penting untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar.

Efektivitas pembelajaran merupakan konsep yang penting dan harus di-perhatikan dalam dunia pendidikan. Untuk itu UNESCO menetapkan 4 (empat) pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan yang nantinya diterapkan didalam suatu pembelajaran, yaitu: 1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know); 2) belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do); 3) belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together); 4) belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be).


(44)

Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat dari perilaku pembelajaran pendidik guru (teacher educator’s behavior), perilaku dan dampak belajar mahasiswa calon guru (student teacher’s behavior), iklim pembelajaran (learning climate), materi pembelajaran, media pembelajaran dan sistem pembelajaran (Depdiknas, 2004:7). Dalam penelitian ini indikator kualitas pembelajaran yaitu perilaku pembelajaran dosen atau pendidik guru diartikan sebagai keterampilan guru sedangkan perilaku dan dampak belajar mahasiswa calon guru diartikan se-bagai aktivitas siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan kualitas pembelajaran adalah konsep yang sangat penting dalam tingkat kepuasan atau keberhasilan gu-ru/siswa dalam mencapai tujuan atau sasarannya, pencapaian tujuan tersebut be-rupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap me-lalui proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran berpengaruh terhadap keber-hasilan seseorang dalam tingkat pencapaian tujuan-tujuan dalam pembelajaran yang berupa pengetahuan, keterampilan dan pengembangan sikap melalui proses pembelajaran yang akan dicapai.

Didalam kualitas pembelajaran terdapat indikator yang berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain pada saat proses pembelajaran berlangsung. Beri-kut ini merupakan indikator dalam kualitas pembelajaran yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan hasil belajar.


(45)

2.1.3.1Keterampilan Guru

Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang me-nuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif (Anitah, 2008:7.1). Selanjutnya Mulyasa, (2011:69) keteram-pilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Menurut Rusman, (2012:80) keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah segala bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara terencana dan profesional.

Menurut Turney (dalam Mulyasa, 2011:69) terdapat 8 keterampilan dasar mengajar guru yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan pembelajar-an. Berikut keterampilan dasar mengajar guru tersebut.

2.1.3.1.1 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Menurut Sanjaya, (2012:42-43) membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk men-ciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pe-ngalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Lebih lanjut Rusman, (2012:80), membuka pelajaran itu adalah perbuatan guru menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar siswa terpusat pada apa yang akan dipelajari. Menurut Sardiman, (2011:65) dalam membuka pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran penting karena dapat


(46)

dijadikan pedoman atau petunjuk praktis sejauh mana kegiatan belajar mengajar. Dengan perumusan tujuan pembelajaran yang benar akan dapat memberikan arah bagi siswa dalam menyelesaikan materi pembelajarannya. Sedangkan menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksa-naan proses pembelajaran.

Komponen membuka pembelajaran: 1) membangkitkan perhatian/minat siswa; 2) menimbulkan motivasi; 3) memberi acuan atau struktur; 4) menunjuk-kan kaitan. Sedangmenunjuk-kan menutup pembelajaran : 1) meninjau pembelajaran; 2) me-ngevaluasi; 3) memberi dorongan psikologi atau sosial.

2.1.3.1.2 Keterampilan Bertanya

Menurut Marno dan Idris, (2012:115) keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk menjawab/balikan dari orang lain. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Res-pon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang me-rupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya meme-rupakan stimulus efektif yang men-dorong kemampuan berpikir. Lebih lanjut Rusman, (2012:82-83) pertanyaan yang tersusun dengan baik dan penggunaan teknik melontarkan pertanyaan yang tepat dalam memberikan pertanyaan akan memberikan dampak positif terhadap akti-vitas dan kreatiakti-vitas siswa. Tujuan memberikan pertanyaan kepada siswa yaitu: (1) merangsang kemampuan berpikir siswa, (2) membantu siswa dalam belajar,


(47)

(3) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri, (4) mening-katkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan (5) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan (Hasibuan dan Moedjiono, 2009: 62).

Komponen keterampilan bertanya yaitu: 1) kejelasan dan kaitan per-tanyaan; 2) kecepatan dan selang waktu; 3) arah dan distribusi penunjukkan (penyebaran); 4) teknik penguatan; 5) teknik menuntun; 6) teknik menggali; 7) pemusatan: 8) pindah gilir.

2.1.3.1.3 Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku (Mulyasa, 2011:80). Selanjutnya Anitah, (2008:7.54) mengemukakan bahwa ke-terampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percaka-pan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut Rusman, (2012:86) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran guru dapat menggunakan, media pembelajaran dan sumber-sumber belajar yang relevan. Media dan sumber belajar yang relevan dapat membantu memperjelas materi yang diajarkan saat guru menjelaskan.

Komponen keterampilan menjelaskan yaitu: 1) kejelasan; 2) penggunaan contoh ilustrasi; 3) pemberian tekanan 4) balikan.


(48)

2.1.3.1.4 Keterampilan Menggunakan Variasi

Menurut Anitah, (2008:7.38-7.40) variasi adalah keanekaan yang mem-buat sesuatu tidak monoton. Variasi didalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, mengembangkan keinginan siswa untuk me-ngetahui dan menyelidiki hal-hal baru, melayani gaya belajar siswa yang bera-gam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu an-tusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar pe-serta didik, pe-serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa, 2011:78).

Komponen keterampilan memberi variasi : 1) variasi gaya mengajar yaitu suara guru, mimik dan gestural, perubahan posisi, kesenyapan, pemusatan perha-tian dan kontak pandang ; 2) variasi pola interaksi dan kegiatan yaitu klasikal, ke-lompok kecil, berpasangan dan perorangan; 3) variasi alat bantu pembelajaran ya-itu alat bantu pembelajaran yang dapat didengar, dilihat, dapat diraba dan dimani-pulasi.

2.1.3.1.5 Keterampilan Mengelola Kelas

Sanjaya, (2012:44) mengemukakan pengelolaan kelas adalah keteram-pilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar ynag optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Kemudian Sardiman, (2011:169) mengelola kelas juga berkaitan


(49)

dengan menciptakan iklim belajar yang serasi, guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas dan mengarahkan pada perilaku yang lebih produktif. Selanjutnya Mulyasa, (2011:91) menyebutkan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri.

Komponen keterampilan mengelola kelas yaitu 1) keterampilan yang ber-sifat preventif yaitu menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberi petujuk yang jelas, menegur, dan memberi pengu-atan; 2) keterampilan yang bersifat represif yaitu modifikasi tingkah laku, penge-lolaan kelompok.

2.1.3.1.6 Keterampilan Memberi Penguatan

Menurut Murni, (2012:49) penguatan merupakan respons terhadap suatu perilaku yang dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku ter-sebut. Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau korek-si. Fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) adalah untuk memberikan gan-jaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipa-sinya dalam setiap proses pembelajaran (Sanjaya, 2012:37).

Komponen keterampilan memberi penguatan yaitu 1) penguatan verbal yaitu kata-kata; 2) penguatan nonverbal yaitu mimik dan gerakan badan; gerak


(50)

mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan pemberian simbol atau benda.

2.1.3.1.7 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalani hubungan yang lebih akrab antar guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan ber-fikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh pe-serta didik (Mulyasa, 2011:92).

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu 1) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi; 2) mengorganisasi kegia-tan pembelajaran; 3) membimbing dan memudahkan belajar.

2.1.3.1.8 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembel-ajaran yang sering digunakan. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Menurut Anitah, (2009:8.19) melalui diskusi kelompok diharapkan siswa dapat berfikir kritis serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan baik. Dalam hal ini, guru berkewajiban untuk membimbing kegiatan diskusi kelompok kecil tersebut, misalnya keterampilan berbicara, mengungkapkan pendapat serta keterampilan berinteraksi sosial. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi


(51)

adalah sebagai berikut (1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas masalah atau urunan pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi (Mulyasa, 2011:89).

Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil yaitu 1) memusatkan perhatian; 2) memperjelas masalah dan uraian pendapat; 3) meng-analisis pandangan; 3) meningkatkan urunan; 4) menyebarkan kesempatan ber-partisipasi; 5) menutup diskusi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru adalah suatu kompetensi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang guru katika me-laksanakan pembelajaran agar dapat tercipta pembelajaran yang kondusif sehi-ngga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegra-si, maka guru akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapun jenis ke-terampilan guru yang diteliti adalah keke-terampilan menutup dan membuka pembel-ajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan, keterampilan memberi-kan penguatan, keterampilan memberimemberi-kan variasi pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, dan keterampilan mengelola kelas.

Dalam penelitian ini indikator keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model siklus belajar (Learnig Cycle) dengan media Flashcard seba-gai berikut: 1) mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran; 2)


(52)

menyam-paikan tujuan pembelajaran; 3) memberi pertanyaan untuk menarik minat dan ke-ingintahuan siswa: 4) menjelaskan materi dengan bantuan Flashcard; 5) memilih dan menggunakan media Flashcard; 6) membimbing siswa dalam diskusi dan be-kerjasama dalam kelompok; 7) memotivasi siswa menjelaskan konsep yang diba-has dengan kalimatnya sendiri; 8) memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru ; 9) menutup pelajaran.

2.1.3.2 Aktivitas Siswa

Gardner (dalam Anni, 2007:126) menyatakan bahwa ketika seseorang melibatkan beberapa kecerdasannya dalam kegiatan belajar, maka kemampuan belajarnya akan meningkat pesat. Setiap jenis kecerdasan mewakili cara yang ber-beda dalam mempelajari suatu topik. Demikian pula pelbagai kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar itu dapat dimanfaatkan saat pembelajar perlu menangani suatu masalah. Menurut Hamalik, (2009:170-171) siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi berbeda-beda. Selanjutnya, Skinner (dalam Hamdani, 2011:17) berpandangan bahwa pada saat orang belajar, responnya menjadi kuat, apabila tidak belajar, responnya menurun. Dalam belajar ditemukan: (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar; (2) respon belajar; (3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon.

Menurut Anitah, (2008:2.13) proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar melalui interaksi de-ngan lingkude-ngan. Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam


(53)

melakukan proses belajar adalah siswa itu sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotor mem-berikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric) (Purwanto, 2011: 42-43). Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak (Sanjaya, 2012:112).

Diedrich (dalam Sardiman, 2011:100-101) menggolongkan aktivitas sis-wa dalam pembelajaran sebagai proses belajar adalah sebagai berikut.

1) Visual activities, misalnya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eks-perimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau ber-main.

2) Oral activities, misalnya: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghu-bungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi sasaran, mengemu-kakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mende-ngarkan radio.


(54)

4) Writing activities, misalnya: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa kara-ngan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6) Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksa-nakan pameran, membuat model pembelajaran, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7) Mental activities, misalnya: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat ke-putusan.

8) Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah, minat, membeda-kan, berani, tenang dan lain-lain.

Sedangkan Whipple (dalam Hamalik, 2008:173) membagi aktivitas siswa sebagai berikut.

(1) Bekerja dengan alat-alat visualnya, diantaranya meliputi kegiatan mengumpul-kan gambar-gambar, mempelajari gambar, mencatat pertanyaan, memilih alat visual ketika menampilkan pameran.

(2) Ekskursi dan trip, diantaranya meliputi kegiatan mengunjungi museum, kebun binatang, menyaksikan demonstrasi tata cara pembuatan sesuatu.

(3) Mempelajari masalah-masalah, diantaranya meliputi mencari informasi dalam menjawab pertanyaan penting, mempelajari ensiklopedi dan referensi, melak-sanakan petunjuk yang diberikan oleh guru.


(55)

(4) Mengapresiasi literatur, diantaranya meliputi kegiatan membaca cerita yang menarik.

(5) Ilustrasi dan kontruksi diantara meliputi kegiatan membuat chart dan diagram, membuat poster, menyusun rencana permainan.

(6) Bekerja menyajikan informasi diantaranya meliputi kegiatan menulis dan me-nyajikan dramatisasi.

(7) Cek dan tes diantaranya meliputi kegiatan tes untuk murid lain dan menyusun grafik perkembangan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah rang-kaian kegiatan yang dilakukan siswa secara sadar dalam proses belajar melalui in-teraksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan perubahan perilaku dalam di-rinya. Adapun jenis aktivitas siswa yang difokuskan dalam penelitian ini adalah aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, akti-vitas motorik, aktiakti-vitas mental dan aktiakti-vitas emosional.

Indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalaui model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard adalah sebagai berikut: 1) mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran; 2) memberi respon dengan bertanya dan menjawab pertanyaan sebagai pengembangan minat dan rasa ingin tahu tentang suatu konsep ; 3) memperhatikan penjelasan guru; 4) kegiatan siswa menggunakan media Flashcard dalam pembelajaran; 5) bekerjasama dalam kelompok; 6) melaporkan hasil diskusi kelompok; 7) menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru; 8) Melakukan refleksi pembelajaran.


(56)

2.1.3.3Iklim pembelajaran

Berdasarkan Depdiknas, (2004:9), iklim pembelajaran meliputi.

1) Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan belajaran yang menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna bagi pem-bentukan profesionalitas kependidikan.

2) Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreatifitas pendidik guru

3) Suasana sekolah latihan dan tempat berpraktik lainnya yang kondusif bagi tumbuhnya penghargaan mahasiswa calon guru terhadap jabatan dan profesionalitas guru.

Di samping itu, Hoy dan Miskell (dalam Nikhaastria, 2010) iklim pem-belajaran merupakan kualitas dari lingkungan yaitu kelas yang terus menerus di-alami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku, dan berdasar pada persepsi ko-lektif tingkah laku mereka. Pembelajaran efektif membutuhkan pengelolaan kelas yang kondusif. Dengan pengelolaan kelas yang kondusif iklim pembelajaran akan dapat memotivasi belajar siswa untuk belajar lebih baik sesuai dengan kemam-puan. Ini dikarenakan pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur se-gala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembel-ajaran di kelas (Uno, 2011:53)

Berdasarkan pada beberapa pengertian iklim dan pembelajaran di atas, maka dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar. Iklim


(57)

pembelajaran yang terbentuk mempengaruhi keefektifan sebuah pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus memperhatikan iklim pembelajaran dengan cara guru dapat menata dan mengelola lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam pembelajaran.

2.1.3.4 Materi pembelajaran

Menurut Sugandi dan Haryanto, (2007:29) materi pembelajaran merupa-kan komponen utama pembelajaran, karena materi pembelajaran amerupa-kan memberi warna dan bentuk dalam kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran harus kom-prehensif, terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas. Berda-sarkan Depdiknas, (2004:9), materi pembelajaran yang berkualitas mencakup:

1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus di-kuasai.

2) Ada keseimbangan antara keluasaan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia.

3) Materi pembelajaran sistematis dan kontekstual.

4) Dapat mengakomodasikan partisipasi aktif mahasiswa dalam belajar se-maksimal mungkin.

5) Dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi dan seni.

6) Materi pembelajaran memenuhi kriteria filosofis, profesional, psiko-pedagogis, dan praktis.


(58)

Prinsip-prinsip dalam memilih materi pembelajaran meliputi a) prinsip relevansi, b) konsistensi, c) kecukupan. Prinsip relevasi artinya materi pembel-ajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kom-petensi dan komkom-petensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang hatus dikuasai siswa. Prinsip kecukupan artinya materi tidak boleh terlalu sedikit dan terlalu banyak jadi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan waktu serta tenaga yang diperlukan dalam mempelajarinya (Arsyad, 2011:44).

Dari pengertian diatas materi pembelajaran adalah suatu komponen yang sangat berpengaruh terhadap intensitas proses pembelajaran yang memberi warna dan bentuk kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya dapat memilih dan mengorganisasikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang dikuasai siswa serta memenuhi perkembangan dan kemajuan IPTEK saat ini sehingga pembelajaran berlangsung intensif.

2.1.3.5 Media pembelajaran

Berdasarkan Depdiknas, (2004:9), kualitas media pembelajaran meliputi: a) dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna; b) mampu memfasi-litasi proses interaksi. c) media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman bel-ajar. d) media pembelajaran mangubah suasana belajar dari pasif menjadi aktif dan mencari informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada. Media pembel-ajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran (Hamdani, 2011: 243). Media pembelajaran menurut Sumiati dan Asra, (2009:160) yaitu segala


(59)

se-suatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Menurut Indriana, (2011:15) media pembelajaran adalah alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam proses belajar me-ngajar

Pemilihan media perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan pembel-ajaran. Menurut Asyhar, (2012:90) Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memi-lih media yaitu:

1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara umum me-ngacu pada tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Dapat mendukung isi pembelajaran. Media harus selaras dan sesuai dengan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

3. Praktis, luwes dan tahan. Menuntun guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, dan mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang terlihat disekitarnya,serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana. 4. Guru terampil menggunakannya. Guru harus mampu menggunakan dalam

proses pembelajaran

5. Cocok dengan sasaran. Disesuaikan dengan jumlah sasaran supaya efektif. 6. Berkualitas baik. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

jelas dan informasi atau pesan diterima baik oleh sasaran.

Dengan demikian media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi yang


(1)

Guru mengkon pembelajaran

Kegiatan siswa flashcard

Guru membi kelompok

ndisikan siswa m

a mengoper dan

imbing siswa da

FOTO

mengikuti

n mengamati

alam diskusi

O PENELIT

SIKLUS I

Guru keing

Keakti menda

Siswa kelom

TIAN

u membangkitk gintahuan siswa

ifan siswa beran patkan reward

a aktif bekerjas mpok

kan minat dan a dengan tanya

ni maju kedepa

ama dalam disk jawab

an dan


(2)

Siswa memb kalimatnya s

Guru memot dan keteram

Guru menga

bacakan hasil di sendiri

tivasi siswa men mpilan dalam sit

awasi siswa men

iskusi dengan

nerapkan konse tuasi baru

ngerjakan soal e

ep Guru pemb

evaluasi Guru peme

Gu

u bersama siswa belajaran u bersama sisw ecahan masalah

uru menutup pe

a menyimpulka a mengklarifika h

elajaran an


(3)

Guru mengk pembelajaran

Kegiatan sisw flashcard

Guru membim kelompok

kondisikan siswa n

wa mengoper da

mbing siswa dala

SIK

a mengikuti

an mengamati

am diskusi

KLUS II

Gur kein

Kea men

Siswa kelom

ru membangkit ngintahuan sisw

aktifan siswa be ndapatkan rewa

a aktif bekerjas mpok

kan minat dan wa dengan tanya

erani maju kede ard

ama dalam disk a jawab

epan dan


(4)

Siswa membac kalimatnya sen

Guru memotiv keterampilan d

Guru mengaw

cakan hasil disk ndiri

vasi siswa mene dalam situasi b

wasi siswa meng

kusi dengan

erapkan konsep aru

erjakan soal ev

Gu pem

p dan Gu pem

valuasi Gu

uru bersama sisw mecahan masal

ru bersama sisw mbelajaran

ru menutup pel

wa mengklarifi ah

wa menyimpulk

lajaran

ikasi hasil


(5)

Guru mengko pembelajaran

Kegiatan sisw flashcard

Guru memb kelompok

ondisikan siswa n

wa mengoper da

bimbing siswa d

S

a mengikuti

an mengamati

dalam diskusi

SIKLUS III

Gu sis

Kea men

Sis ke

uru membangk swa dengan tany

aktifan siswa be ndapatkan rewa

swa aktif beker lompok

kitkan minat dan ya jawab

erani maju kede ard

rjasama dalam d

n keingintahua

epan dan

diskusi


(6)

 

Siswa memba kalimatnya se

Guru memot dan keteramp

Guru mengaw

acakan hasil dis endiri

ivasi siswa men pilan dalam situ

wasi siswa meng

skusi dengan

nerapkan konse uasi baru

gerjakan soal ev

Gur pem

ep Siswa berno

valuasi Pene SDN

ru bersama sisw mecahan masala

a bermain kuis c omor

eliti bersama ko N Mangkangkul

wa mengklarifik ah

cerdas cermat d

olaborator dan lon 01 Semaran

kasi hasil

dari flashcard

siswa kelas V ng


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN FLASHCARD UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

0 9 318

PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 7 230

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

0 5 407

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN MEDIA CROSSWORD PUZZLE PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 01

1 6 306

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IVB SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

1 13 338

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

1 11 323

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL LEARNING CYCLE BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 1 KOTA SEMARANG

0 9 447

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

4 62 323

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Bangsri Kecamatan Karangpan

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Bangsri Kecamatan Karang

0 1 16