75 Nilai Hasil Panen per unit tahun
• Hasil produksi basah per unit = 24.000 kg • Hasil produksi kering per unit = 24.000 kg x 0,10 = 2.400 kg
• Nilai Jual Berat Kering per unit = 2.400 Kg X Rp 5.300,-
= Rp. 12.720.000,- • Laba kotor = Rp. 4.215.883,- per unittahun
• Pendapatan per unitbulan = Rp. 351.319,-
Investasi awal yang dibutuhkan adalah Rp. 5.031.667,-, sedangkan biaya operasional satu kali masa panen adalah Rp. 494.583,-.
Berdasarkan hasil analisis usaha tersebut maka nilai RC dari budidaya rumput laut adalah sebesar 1,50.
5.6.2 Optimasi Area Budidaya Rumput Laut
Berdasarkan hasil optimasi alat tangkap dan analisis ekonomi budidaya rumput laut, maka selanjutnya dapat kita hitung alokasi area perairan budidaya
rumput laut yang dibutuhkan. Dasar perhitungan yang digunakan untuk menghitung alokasi area
budidaya rumput laut adalah sebagai berikut : 1.
Alokasi lahan budidaya diprioritaskan untuk pandeganelayan pekerja. 2.
Penghasilan awak kapal dari kegiatan perikanan tangkap dihitung dengan membagi dua nilai produksiunitbulan karena adanya sistem
bagi hasil 50:50 dengan pemilik kapal asumsi pemilik kapal tidak mengoperasikan sendiri. Penghasilan per orang dihitung dengan
membagi penghasilan awak kapal kepada jumlah awak kapal yaitu 3 orang.
3. Satu unit budidaya rumput laut adalah 10x50 m2. Keuntungan per unit:
Rp. 351.319,- bulan 4.
Tambahan penghasilan adalah tambahan penghasilan dari kegiatan budidaya rumput laut dari jumlah unit budidaya yang dialokasikan.
5. Total penghasilan adalah penghasilan agregat nelayan per bulan dari
kegiatan perikanan tangkap dan budidaya rumput laut. Dalam
76 perhitungan total penghasilan dibatasi tidak boleh kurang dari Rp.
1.800.000,- estimasi kebutuhan minimal nelayan. 6.
Kebutuhan jumlah total unit budidaya nelayan tangkap untuk masing- masing jenis alat tangkap dihitung sebagai berikut :
Jumlah unit total = Jumlah unit yang dibutuhkan per orang x Jumlah armada tangkap x jumlah awak kapal
7. Kebutuhan jumlah total unit budidaya nelayan reposisi, yaitu nelayan
yang harus mengalihkan kegiatannya ke usaha budidaya rumput laut, untuk masing-masing jenis alat tangkap dihitung sebagai berikut :
Jumlah unit total = jumlah alat tangkap tersedia - jumlah alat tangkap optimum x jumlah unit yang dibutuhkan per orang
dimana :
jumlah unit yang dibutuhkan per orang = 7 unit menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 2.459.236,- per bulan.
angka tersebut dihitung berdasarkan batas atas estimasi kebutuhan pendapatan nelayan Rp. 2.500.000, dengan pertimbangan bahwa
nelayan reposisi membutuhkan insentif yang lebih besar untuk bersedia mengalihkan kegiatannya ke usaha lain.
8. Alokasi unit budidaya rumput laut dihitung dengan bantuan What’s Best
untuk mendapatkan optimasi terhadap alokasi yang dihasilkan. Adapun tiga tahapan yang ditentukan adalah sebagai berikut :
Tujuan : Minimumkan penambahan area budidaya dari yang sudah
ditetapkan saat ini Zona Budidaya sebesar 788 ha dibulatkan.
Nilai peubah : jumlah unit budidaya per orang
Kendala
: Batas minimal total penghasilan yaitu Rp. 1.800.000,- Hasil perhitungan What’s Best selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 22.
77 Tabel 22.
Analisa kebutuhan alokasi areal budidaya rumput laut
GOAL : MINIMUMKAN PENAMBAHAN AREA BUDIDAYA DARI YANG SUDAH DITETAPKAN 788 HA
Kebutuhan Penambahan Area : 125
ha
VARIABEL
No. Jenis Alat
Tangkap Jumlah
Alat Tangkap
Unit Jenis Ikan
Tangkapan Jumlah
Alat Tangkap
Optimum Unit
Nilai produksi
unit bln
Penghasilan bulan
Jumlah unit budidaya yang dibutuhkan
Tambahan penghasilan
Total penghasilan
Kebutuhan Jumlah Unit
Budidaya kalkulasi dibulatkan
nelayan tangkap
nelayan reposisi
1 Bagan Perahu
115 Teri
81 3.980.000
663.333 3,24
3 1.136.667
1.800.000 786
714 2 Pancing
Tonda 699
Tongkol 69
1.650.000 275.000
4,34 4
1.525.000 1.800.000
899 12.558
3 Pancing Tonda
Tenggiri 32
5.850.000 975.000
2,35 2
825.000 1.800.000
225 3 Jaring
Insang 169
Ekor Kuning
71 720.000
120.000 4,78
5 1.680.000
1.800.000 1.019
2.058 JUMLAH
UNIT 2.929
15.330 KEBUTUHAN
TOTAL UNIT
18.259
ALOKASI AREA PERAIRAN YANG DIBUTUHKAN Ha
913
KENDALA :
Total Penghasilan
Batasan 1.800.000 ==
1.800.000 1.800.000 ==
1.800.000 1.800.000 ==
1.800.000 1.800.000 ==
1.800.000
78 Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa dibutuhkan area
perairan seluas 913 ha untuk mengakomodasi seluruh nelayan tangkap yang selama ini beroperasi di Karimunjawa, yang berarti membutuhkan tambahan area
budidaya sebesar 125 ha dari Zona Budidaya yang sudah ditetapkan. Tambahan area sebesar 125 ha tersebut merupakan kebutuhan minimum agar nelayan
mendapatkan penghasilan dengan tingkat yang memadai. Nelayan yang mengoperasikan bagan perahu untuk menangkap teri
membutuhkan 3 unit budidaya rumput laut untuk mendapatkan total penghasilan sekitar Rp. 1.800.000,-, sedangkan nelayan pancing tonda membutuhkan 4 unit
pada saat musim tongkol dan 2 unit pada saat musim tenggiri, serta nelayan jaring insang membutuhkan 5 unit budidaya rumput laut.
Total kebutuhan jumlah unit adalah sebesar 18.259 unit, sedangkan jumlah nelayan reposisi, yaitu nelayan tangkap yang harus mengalihkan kegiatannya ke
budidaya rumput laut sebanyak 2190 orang atau hampir sekitar 74 dari jumlah seluruh nelayan Karimunjawa.
79
6. PEMBAHASAN
6.1 Efektifitas Optimasi
Optimasi idealnya dilakukan pada kondisi dimana semua parameternya diketahui secara pasti dan kuantitatif, misalnya optimasi pada produksi suatu
barang tertentu dengan sistem atau pola tertentu. Analog dengan hal tersebut, optimasi penangkapan ikan dapat dilakukan secara efektif apabila dilakukan pada
sistem tertutup, dibatasi oleh batas-batas fisik geografis, dan pola pemanfaatannya diketahui secara pasti. Perairan dengan batasan geografis seperti danau atau
waduk merupakan kondisi yang ideal untuk melakukan optimasi. Optimasi pada perairan yang terbuka dan luas seperti di perairan laut tentunya memiliki
kelemahan karena faktor sumberdaya ikan yang tidak menetap di satu tempat dan rekrutmen di kawasan yang diteliti dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kawasan
tersebut, kecuali untuk ikan yang tidak beruaya jauh keluar kawasan tersebut. Salah satu kendala lain optimasi di perairan terbuka adalah pola
penangkapan ikan di luar kawasan di sepanjang alur ruaya yang tidak diketahui karena umumnya tersebar dan bahkan tidak tercatat. Karena keterbatasan tersebut,
pada penelitian ini perlu dibuat asumsi awal bahwa pola penangkapan di luar kawasan adalah tetap atau stabil selama kurun waktu penelitian.
Hal ini pula yang menjadi dasar bagi penulis untuk tidak memberikan nilai batasan penangkapan berdasarkan nilai MSY. Nilai batasan pada penelitian ini
lebih bertumpu pada pola hasil tangkapan yang selama ini terjadi yang mencerminkan kemampuan menangkap nelayan setempat. Faktor lain yang
menjadi kendala bagi penulis untuk mendasarkan nilai batasan pada MSY adalah karena ketiadaan data yang cukup. Data hasil tangkapan yang tersedia hanyalah
data jumlah hasil tangkapan dalam kg per hari yang kemudian diolah kembali dan ditampilkan menjadi data bulanan terlampir, data lainnya seperti jumlah
armada yang beroperasi per haribulan tidak tersedia. Satu-satunya hasil penelitian tentang MSY di Karimunjawa adalah pada tahun 1989 yang diterbitkan oleh
BTNKJ, namun angka MSY tersebut tidak dapat diacu dalam penelitian ini karena merupakan data agregat ikan pelagis, tidak merujuk pada jenis ikan tertentu.