72 jumlah alat tangkap agar hasil yang didapat optimal. Yang paling mencolok
adalah pada alat tangkap bubu yang dalam perhitungan diasumsikan hanya menangkap ekor kuning, hasil optimumnya adalah nol, yang berarti untuk ekor
kuning diarahkan seluruhnya pada alat tangkap jaring insang.
5.6 Alokasi Budidaya Rumput Laut
Apabila pembatasan jumlah alat tangkap dijadikan alat kebijakan, maka bisa dipastikan akan banyak terjadi nelayan menganggur. Untuk itulah diperlukan
alternatif penghasilan lain untuk memfasilitasi para nelayan yang jumlah alat tangkapnya dibatasi. Apabila diasumsikan bahwa satu alat tangkap dimiliki oleh
satu RTP, maka akan terdapat 601 RTP penjumlahan selisih alat tangkap RTP nelayan untuk Bagan Perahu, pancing tonda dan jaring insang, sedangkan apabila
satu RTP rata-rata memiliki 50 bubu, maka total RTP yang menganggur menjadi 613 RTP. Jumlah inilah yang harus diprioritaskan untuk mendapatkan fasilitasi
budidaya rumput laut dari pemerintah daerah. Namun perlu diperhatikan juga dari sisi penghasilan nelayan, karena
jumlah optimum tadi dikaitkan dengan pembatasan musim tangkap, maka tidak sepanjang tahun alat tangkap tersebut dapat dioperasikan. Untuk itu maka bagi
untuk setiap unit alat tangkap yang dioperasikan perlu diintegrasikan lebih lanjut dengan kepemilikan unit budidaya rumput laut sebagai tambahan alternatif
penghasilan. Berdasarkan hasil estimasi, rata-rata nelayan membutuhkan penghasilan
per bulan adalah 1,85-2,5 juta rupiah. Untuk perhitungan alokasi budidaya rumput laut pada penelitian ini, digunakan angka tertinggi yaitu 2,5 juta rupiah sebagai
tolok ukur.
5.6.1 Analisis Ekonomi Budidaya Rumput Laut
Hasil produksi rumput laut di Karimunjawa 2004-2005, memperlihatkan bahwa ada dua metode yang umum digunakan nelayan yaitu metode rakit dan
metode rawai longline method. Metode rakit memberikan produksi per unit yang
lebih baik, namun metode rawai merupakan metode yang lebih disukai. Hal ini
73 wajar karena metode rawai relatif lebih mudah untuk dioperasikan dan
memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan metode lainnya. Tabel 20.
Hasil produksi rumput laut Karimunjawa 2004 – 2005
NO. Teknis Usaha
Jumlah Unit
Jumlah Produksi
basah ton 2004
Jumlah Produksi
basah ton 2005
Rata- rata
produksi unitthn
ton
1. Rakit 173
302,8 369.2
1,94 2. Rawai
Permukaan 1693 2.404,1
2879,08 1,56
Dalam analisis ekonomi usaha budidaya rumput laut, maka metode rawai digunakan sebagai dasar perhitungan, sebagai berikut :
Satu unit budidaya rumput laut dialokasikan sebesar 500 m2 10x50 m, sehingga seluruh perhitungan ekonomi mengacu pada satuan unit tersebut, yang
secara garis besar adalah sebagai berikut : • Dalam perhitungan satu kali masa panen dapat dicapai dalam jangka
waktu dua bulan. Oleh karena itu dalam satu tahun berarti 6 x panen. • Satu unit terdiri dari 4000 titik ikat rumput laut, dengan perhitungan
jarak antar tali 50 cm dan jarak antar bibit dalam satu tali 25 cm. • Berat bibit per titik adalah 125 gram 0,125 kg sehingga bibit yang
dibutuhkan = 0,125 Kg x 4000 = 500 Kg • Setiap kali panen satu titik bibit dapat mencapai berat 1 kg, sehingga
produksi dalam satu kali panen = 4000 kg. Dengan demikian dalam satu tahun hasil produksi = 6 x 4000 kg = 24.000 kg.
• Satu unit terdiri dari 4000 titik ikat rumput laut, dengan perhitungan jarak antar tali 50 cm dan jarak antar bibit dalam satu tali 25 cm.
Biaya investasi
yang dibutuhkan
adalah untuk investasi sarana budidaya sebesar Rp. 1.832.500,- per tahun dan investasi sarana penjemuran sebesar Rp.
2.210.000,- yang dihitung penyusutannya selama 3 tahun, sehingga total biaya investasi per tahun adalah Rp. 2.569.167,-.
Biaya tetap dibutuhkan untuk pembelian bibit, ongkos ikat bibit dan pembelian karung untuk pengemasan hasil panen, sebesar Rp. 5.935.000,- per
tahun. Rincian kebutuhan biaya disajikan pada tabel dibawah.
74 Tabel 21.
Analisis kebutuhan biaya produksi rumput laut
No JENIS SATUAN JUMLAH
HARGA SATUAN
TOTAL I. BIAYA INVESTASI SARANA BUDIDAYA TAHUN
1 Tali plastic
4 mm
rol 16
18.000 288.000 2 Tali
plastic 2
mm rol
1 10.000 10.000
3 Tali plastic
5 mm
kg 18
20.000 360.000 4 Tali
plastic 10
mm kg
13 20.000 260.000
5 Tali plastic
12 mm
kg 4
20.000 80.000 6 Tali
rapia gulung
1 10.000 10.000
7 Jangkar tancap
besi buah
6 22.000 132.000
8 Tenda lembar
1 150.000 150.000
9 Pelampung Utama
buah 4
20.000 80.000 10 Pelampung
aqua buah
250 250 62.500
11 Sampan buah
1 300.000 300.000
12 Jangkar, kayu 100.000
100.000
SUB TOTAL I 1.832.500
II. BIAYA INVESTASI SARANA PENJEMURAN PENYUSUTAN 3 TAHUN
1 Waring m
300 2.500
750.000 2 Plastik
m 300
2.500 750.000
3 Bambu
batang 60 6.000 360.000 4 Paku,kayu dll
50.000 50.000
5 Biaya pembuatan
unit 1
300.000 300.000
SUB TOTAL II 2.210.000
III. BIAYA TETAP DAN BIAYA OPERASIONAL TAHUN 6 kali panen
1 bibit kg
4.000 1.000
4.000.000 2 Ongkos
ikat bibit
titik 24.000
75 1.800.000
3 Karung lembar
90 1.500
135.000 4 Biaya penyusutan
2.569.167 TOTAL BIAYA PER TAHUN
8.504.167
75 Nilai Hasil Panen per unit tahun
• Hasil produksi basah per unit = 24.000 kg • Hasil produksi kering per unit = 24.000 kg x 0,10 = 2.400 kg
• Nilai Jual Berat Kering per unit = 2.400 Kg X Rp 5.300,-
= Rp. 12.720.000,- • Laba kotor = Rp. 4.215.883,- per unittahun
• Pendapatan per unitbulan = Rp. 351.319,-
Investasi awal yang dibutuhkan adalah Rp. 5.031.667,-, sedangkan biaya operasional satu kali masa panen adalah Rp. 494.583,-.
Berdasarkan hasil analisis usaha tersebut maka nilai RC dari budidaya rumput laut adalah sebesar 1,50.
5.6.2 Optimasi Area Budidaya Rumput Laut