26 keramba jaring apung, sebagai alternatif yang dipilih oleh nelayan bagi aturan
pengelolaan di zona budidaya. Dengan mempertimbangkan konsekwensi tersebut maka diperlukan
optimasi tidak hanya terhadap kegiatan perikanan tangkap tapi juga optimasi terhadap kegiatan budidaya rumput laut, karena apabila tidak diatur alokasi luas
area bagi nelayan, maka kegiatan budidaya rumput laut inipun akan menimbulkan tekanan yang sama besarnya terhadap zona-zona yang dilindungi.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui wawancara. Adapun beberapa data yang dibutuhkan untuk penyusunan
tesis ini antara lain : Tabel 1.
Kebutuhan data Jenis Data
Kebutuhan Data Sumber
Data Kegunaan
Data Primer
Kebiasaan penangkapan ikan untuk berbagai jenis alat
tangkap dan budidaya rumput laut
Nelayan Analisa ekonomi,
Analisa optimasi Kualitas perairan suhu, pH,
salinitas, kejernihan sekitar Kepulauan Karimunjawa
Verifikasi kesesuaian lahan perairan untuk
budidaya rumput laut
Data Sekunder
Data Produksi Ikan 1999- 2006
Dinas KP KabProv
Analisia jenis ikan dan musim tangkap,
Analisa optimasi Data Kependudukan,
Perekonomian Lokal Kantor
Kecamatan Analisa Ekonomi,
Analisa optimasi Data Perwilayahan dan
pengelolaan kawasan Bappeda
Kab, WCS, BTNKJ
Gambaran umum, Pemetaan area
perikanan tangkap
27 Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan pendekatan diskusi dan
tanya jawab dengan stake holder terkait kemudian menyelipkan pertanyaan- pertanyaan seputar pelaksanaan dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan. Apabila
ada jawaban yang dirasa janggal dan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan maka dilakukan cross check silang dengan stake holder lainnya maupun hasil
pekerjaan lapangan. Data kualitas perairan dilakukan dengan melakukan pencatatan langsung di beberapa titik sampel di perairan Zona Budidaya sekitar
Pulau Karimun dan Pulau Kemujan. Pengumpulan data sekunder dilaksanakan dengan mendatangi instansi-
instansi terkait antara lain Departemen Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jepara, Bappeda Kabupaten Jepara, Balai Taman Nasional
Karimun Jawa, Kantor Kecamatan Karimun Jawa, LSM terkait WCS serta kompilasi data dari hasil-hasil kajianpenelitian terdahulu.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Tren
Analisis tren dilakukan untuk melihat kecenderungan yang terjadi terhadap hasil produksi perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan Karimunjawa
selama periode 1999 – 2006 sesuai dengan data yang tersedia. Interpretasi terhadap hasil produksi perikanan tangkap dibedakan menjadi
tiga keadaan yaitu : 1 menurun, berarti hasil produksi telah melampaui kondisi optimal sebelumnya, dan 2 menaik, menunjukkan adanya kemungkinan untuk
dieksploitasi pada tingkat eksploitasi maksimum yang pernah dicapai pada kurun waktu yang diamati.
3.5.2 Analisa Jenis Ikan Komoditi Utama
Penentuan jenis ikan yang menjadi komoditi utama nelayan Karimunjawa didapatkan dari analisis terhadap jumlah tangkapan dan nilai ekonomi dari hasil
tangkapan berbagai jenis ikan selama 7 tahun 1999-2006. Jenis ikan tertentu dikelompokkan sebagai komoditi utama dengan
memberikan peringkat pada jenis ikan tangkapan dan berurutan adalah komoditas utama apabila jumlah tangkapan dan nilai ekonominya secara agregat lebih dari
28 80 hasil total tangkapan serta memberikan perbedaan yang signifikan terhadap
hasil tangkapan jenis ikan lainnya.
3.5.3 Analisa Musim Penangkapan Ikan
Untuk menganalisis musim ikan ditentukan berdasarkan produksi rata-rata per bulan setiap tahun X .j dibandingkan dengan produksi rata-rata bulanan
dalam periode tertentu X sebagaimana yang dikemukakan oleh Uktolseja 1993 sebagai berikut :
X .j =
∑
t 1
Xij dimana :
X .j = rata-rata hasil tangkapan bulan ke-j selama periode t tahun Xij = hasil tangkapan bulanan pada bulan ke-j tahun ke-i
t = tahun i = 1, 2,... n j = bulan j = 1, 2, ... m = 12
Musim penangkapan ikan dapat diketahui dengan membandingkan nilai X .j dengan rata-rata hasil tangkapan bulanan total X , dimana apabila X .j X
berarti musim ikan dan sebaliknya jika X .j X berarti tidak musim ikan. Sedangkan nilai X dapat ditentukan sebagai berikut :
X =
∑
n 1
Xij dimana : n = jumlah bulan
Data yang digunakan dalam analisis adalah data hasil tangkapan yang terjadi selama 7 tahun 1999-2006 di Kecamatan Karimunjawa.
3.5.4 Analisis Optimasi Alat Tangkap
Karena model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat linier dan dengan kondisi batasan kendala yang tidak boleh dilampaui maka
model optimasi yang dipilih adalah model optimasi berkendala. Dalam penelitian ini optimasi dihitung dengan menggunakan bantuan software What’s Best 8.0
29 under Windows yang merupakan pengembangan dari Lindo konvensional under
DOS. Ada tiga tahapan yang harus ditentukan agar program ini dapat
menghitung optimasi, yaitu : 1.
Menentukan tujuan 2.
Menentukan variabel nilai-nilai yang dapat berubah 3.
Menentukan batasan
3.5.4.1 Menentukan tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari optimasi ini adalah memaksimumkan nilai produksi dari total hasil tahunan perikanan tangkap.
Nilai produksi = p q Dimana : p = harga komoditi per kg
q = total produksi kg Karena yang akan dihitung adalah produksi dari beberapa komoditi maka nilai
ekonomi merupakan total dari nilai seluruh komoditi tersebut, sehingga persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut :
Nilai produksi =
∑
= n
i n
n
q p
1
Dengan demikian tujuan dari optimasi bisa dituliskan sebagai berikut : Max
∑
= n
i n
n
q p
1
Sedangkan total produksi q untuk masing-masing komoditi adalah :
q
i
= r
i
s
i
t
i
dimana : r
i
= jumlah alat tangkap komoditi i s
i
= produksitrip kg komoditi i t
i
= jumlah tripthn
komoditi i
3.5.4.2 Menentukan nilai-nilai variabel
Nilai-nilai variabel atau nilai-nilai peubah dalam persoalan ini adalah jumlah jenis alat tangkap untuk masing-masing komoditi, yaitu bagan perahu
30 teri, pancing tonda tongkol dan tenggiri, Jaring insang dan bubu ekor kuning,
yang dalam persamaan diatas dituliskan dalam variabel r
i.
Dari hasil perhitungan optimasi kita akan bandingkan dengan jumlah alat tangkap yang saat ini beroperasi, apakah berlebih atau perlu penambahan.
3.5.4.3 Menentukan nilai-nilai pembatas
Nilai pembataskendala yang akan dimasukkan dalam optimasi ini adalah nilai batas jumlah tangkapan yang dalam hal ini adalah estimasi hasil tangkapan
untuk jenis ikan komoditi utama seperti yang disarankan Sparre Venema berdasarkan hasil analisis tren, sedangkan fungsi kendala adalah jumlah alat
tangkap yang tersedia.
3.5.5 Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut
Analisis usaha dilakukan terhadap budidaya rumput laut untuk menghitung berapa manfaat ekonomi yang dihasilkan oleh pembudidaya apabila usaha ini
dilakukan sebagai kegiatan alternatif. Analisis usaha budidaya rumput laut ini akan mencakup analisis biaya
produksi, analisis pendapatan serta analisis nilai RC. Berdasarkan analisis usaha tersebut, kemudian akan dihitung alokasi
kebutuhan area perairan untuk usaha budidaya rumput laut berdasarkan hasil optimasi alat tangkap dan jumlah pendapatan yang dibutuhkan nelayan.
Selanjutnya hasil tersebut dibandingkan dengan area yang telah ditentukan saat ini di Zona Budidaya.
3.5.6 Analisis Optimasi Area Budidaya Rumput Laut
Analisis optimasi area budidaya rumput laut dilakukan untuk menghitung alokasi area budidaya rumput laut yang dibutuhkan oleh nelayan Karimunjawa.
Optimasi dihitung dengan menggunakan cara yang sama pada analisa optimasi alat tangkap dengan bantuan program What’s Best 8.0.
Tujuan dari optimasi adalah untuk meminimalkan penambahan area budidaya yang sudah ditentukan saat ini di Zona Budidaya sebesar 788,213 ha
31 yang tersebar di Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang dan Pulau
Nyamuk. Faktor pembatas atau kendala adalah jumlah penghasilan minimal nelayan
per bulan. Nilai peubah atau variabel yang akan dioptimasi adalah alokasi jumlah
unit budidaya untuk tiap nelayan pada setiap kegiatan perikanan tangkap yang berbeda.
3.6 Batasan dan Pengukuran
Beberapa batasan dan pengukuran dalam penelitian ini adalah : 1.
Lingkup wilayah adalah wilayah pengelolaan Taman Nasional sesuai dengan SK Dirjen PHKA No. SK.79IVSet-32005.
2. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran penelitian adalah masyarakat
nelayan yang bermukim di wilayah lokasi studi, yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Parang dan Pulau Nyamuk.
3. Biaya cost adalah biaya rata-rata per bulan atau per tahun yang dikeluarkan
untuk biaya usaha, diukur dalam rupiah.
32
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
4.1 Letak dan Luas Kepulauan Karimunjawa
Kepulauan Karimunjawa secara geografis terletak 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat laut kota Jepara, dengan ketinggian tempat 0-605 m dpl. Secara
geografis terletak antara 5 40’39 - 5
55 00 LS dan 100 05 57 - 110
31 15 BT, yang mempunyai luas wilayah 169.800 ha, terdiri dari luas daratan 7.120 ha
dan luas perairan 162.680 ha. Secara administratif wilayah ini termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Dati II Jepara, Jawa
Tengah. Kecamatan Karimunjawa terbagi atas 3 desa, yaitu : Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, dan Desa Parang.
Kepulauan Karimunjawa merupakan gugusan pulau-pulau yang jumlahnya 27 pulau, namun hanya lima pulau yang berpenghuni, yaitu Pulau Karimunjawa,
Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting dengan jumlah penduduk kurang lebih 7.900 jiwa. Pulau Karimunjawa menjadi pusat kecamatan
yang berjarak ± 83 km dari Kota Jepara. Kepulauan Karimunjawa dapat dijangkau dengan sarana transportasi udara
dan laut. Transportasi udara ditempuh melalui Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Bandara Dewadaru di Pulau Kemujan, tetapi pada saat ini penerbangan ke
Karimunjawa sudah tidak beroperasi lagi untuk umum dan hanya digunakan secara terbatas.
Transportasi laut ditempuh dengan menggunakan kapal feri yaitu KM. Muria dan KM. Kartini I. KM. Muria berlayar dua kali seminggu dari Pelabuhan
Kartini di Jepara dengan waktu tempuh selama enam jam, sedangkan KM. Kartini I berlayar empat kali seminggu dari Pelabuhan Tanjung Mas di Semarang dan
Pelabuhan Kartini di Jepara dengan rata-rata waktu tempuh selama tiga jam. Sedangkan Semarang-Jepara dapat ditempuh dengan perjalanan darat
menggunakan mobil atau bis selama 1,5 jam.