21 Masyarakat pesisir merupakan kumpulan satu kesatuan sistem sosial yang
anggota-anggotanya tergantung pada kelimpahan sumberdaya pesisir dan lautan Adiwibowo, 1995. Masyarakat pesisir mempunyai nilai budaya yang berorientasi
hidup selaras dengan alam, sehingga teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumberdaya adalah adaptif dengan kondisi ekologi wilayah pesisir Damanhuri dan
Adrianto, 1995. Sifat dan karakteristik nelayan berbeda dengan pedagang. Nelayan mempunyai dinamika kehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan, musim dan
pasar sehingga kehidupannya pun tidak menentu. Berbeda dengan pedagang misalnya bakul, yang tidak terpengaruh banyak oleh alam dan lingkungan. Mereka
dapat berusaha untuk sektor lain jika ikan paceklik karena mereka punya modal untuk usaha lainnya.
Digambarkan oleh Prasojo 1993 bahwa pada musim baik, yaitu saat cuaca dan gelombang bersahabat, nelayan sangat sibuk melaut dan menangkap ikan
bahkan hasil tangkapannya berlebih. Sebaliknya pada musim paceklik kegiatan melaut berkurang bahkan berhenti sama sekali dan mereka banyak menganggur
karena tidak ada pekerjaan alternatif. Untuk itu kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat pesisir di
perairan Indonesia dibagi atas 3 musim oleh Nontji 1987 yaitu: a Musim Timur Juni – September b Musim Barat Desember – Maret dan c Musim pancaroba
I April – Mei dan Musim Pancaroba II Oktober – November. Pendapatan masyarakat pesisir terutama nelayan ditentukan oleh
produktivitas alat tangkap, ketrampilan yang dimiliki, dan keuletan mereka serta sistem bagi hasil yang disepakati dengan juragan atau bakul Syafrin, 1993. Hal ini
diperkuat oleh Carner 1984 bahwa pendapatan nelayan tergantung pada kepemilikan alat tangkap, perahu dan alat tangkapnya.
2.13 Estimasi MSY pada stok yang telah dieksploitasi berdasarkan data
empiris Sparre dan Venema, 1999
Untuk memperkirakan MSY pada stok yang telah dieksploitasi untuk beberapa lama, nampaknya data runtun waktu dari hasil tangkapan akan tersedia,
dimana data tersebut dapat diuji. Walaupun tidak tersedia secara rinci data upaya penangkapan, indikasi adanya peningkatan yang berkelanjutan pada sutau periode
22 waktu dan hasil tangkapan total telah stabil untuk beberapa waktu, maka ini berarti
bahwa MSY telah dicapai paling tidak pada struktur eksploitasi saat ini. Sementara itu bila hasil tangkapan telah menurun dari tingkatan yang tinggi sebelumnya dapat
berarti bahwa stok telah mengalami penangkapan yang berlebih dan rata-rata hasil tangkapan tertinggi berdasarkan pengalaman yang lalu dapat menyediakan suatu
perkiraan yang bebas terhadap MSY. Dalam menginterpretasikan hasil tangkapan berdasarkan runtun waktu seperti disarankan diatas, dibuat satu asumsi bahwa
variasi hasil tangkapan disebabkan perubahan upaya penangkapan dan bukan oleh perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.
23
3. METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan studi kasus. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu obyek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki Nazir, 1999. Sedangkan studi
kasus, menurut Maxfield adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
dengan mempertimbangkan : 1.
Merupakan Taman Nasional yang mencakup wilayah perairan laut dan mulai tahun 2005 diberlakukan sistem zonasi yang baru, yang dalam
pengaturan zonanya antara lain memuat zona pemanfaatan perikanan tradisional dan zona budidaya.
2. Mayoritas penduduknya adalah nelayan dengan tingkat kesejahteraan yang
rendah. Waktu penelitian dilaksanakan pada awal bulan Maret 2005 observasi,
bulan Juni-Juli 2006 pengumpulan data, survei dan wawancara serta bulan Juli- November 2007 untuk menganalisis berbagai data yang diperoleh.
3.3 Kerangka Pemikiran
Seperti telah disebutkan pada bab pendahuluan, bahwa saat ini telah dilakukan revisi zonasi sebagai langkah awal penataan kembali pengelolaan
Taman Nasional Karimunjawa. Revisi zonasi disebut sebagai langkah awal, karena hanya dengan zonasi saja tentunya tidak mencukupi untuk dapat menjamin
keberlanjutan dari Taman Nasional. Keberlanjutan Taman Nasional untuk