Prasarana dan Sarana Perikanan Tata Niaga Perikanan Tangkap Nelayan Karimunjawa

48 Gambar 15. Survey kondisi fisik dan kimia perairan pulau Karimunjawa dan Kemujan Sedangkan produksi budidaya rumput laut yang pernah dihasilkan oleh nelayan Kepulauan Karimunjawa adalah sebagai berikut : Tabel 5. Produksi budidaya rumput laut Karimunjawa NO. Teknis Usaha Jumlah Unit Jumlah Produksi ton 2004 Jumlah Produksi ton 2005 1. Rakit 173 302,8 369.2 2. Rawai 1693 2.404,1 2879,08 JUMLAH 1.866 2.706,9 3248,28 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jepara, 2006 Namun demikian, berdasarkan pengamatan di lapangan serta keterangan dari aparat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara, mulai tahun 2006 produksi rumput laut ini menurun drastis bahkan nyaris lumpuh. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya gagal panen, yang disinyalir dikarenakan kesalahan dalam pemilihan bibit. Melihat besarnya potensi ekonomi yang dapat dan pernah dihasilkan dari budidaya rumput laut serta animo masyarakat nelayan yang masih cukup tinggi, komoditi ini bisa menjadi sumber alternatif penghidupan masyarakat nelayan Kepulauan Karimunjawa selain perikanan tangkap.

4.8 Prasarana dan Sarana Perikanan

Pelabuhan Perikanan Pantai PPP dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan type C atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal 49 perikanan berukuran 5 - 15 GT. Pelabuhan ini dapat menampung 50 kapal atau 500 GT sekaligus. Pelabuhan ini juga melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan pantai. Saat ini PPP tampak tidak berfungsi seutuhnya, dan hanya terbatas sebagai tempat pengisian BBM dan kantor koperasi nelayan. Fungsi lain, seperti pelayanan kapal dok, pemasaran ikan, pusat informasi dan pelayanan lainnya tidak berjalan. Hal ini diakui karena adanya kelemahan dalam pendanaan. Pencatatan hasil perikanan saat ini dilakukan oleh dua dinas teknis terkait, yaitu Dinas Perikanan Kabupaten Jepara dan Dinas Perikanan Provinsi Jawa Tengah cabang Karimunjawa.

4.9 Tata Niaga Perikanan Tangkap Nelayan Karimunjawa

Seperti umumnya kegiatan perikanan tangkap skala kecil di Indonesia, nelayan Karimunjawa memiliki struktur nelayan yang sama, yaitu juraganpemilik kapal dan pandeganelayan pekerja. Nelayan pekerja beroperasi hampir setiap hari dengan mengoperasikan beragam alat tangkap sesuai dengan musim dan kondisi perikanan. Hasil tangkapan seluruh nelayan kepulauan Karimunjawa didaratkan di Pulau Karimunjawa, untuk kemudian diterima oleh pemilik kapal untuk langsung dijual ke Jepara atau dibeli oleh pengumpul dan kemudian dipasarkan kembali ke Jepara. Hasil penjualan kemudian dibagi dua antara nelayan pekerja dengan pemilik kapal. Sistem perniagaan seperti ini menyebabkan adanya ketimpangan kesejahteraan dimana juraganpemilik kapal dan pengumpulpedagang umumnya memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup memadai, sedangkan nelayan penangkap hidup dalam taraf kemiskinan. Dengan tidak berjalannya fungsi PPP sebagai tempat pemasaran, maka peluang nelayan kecil untuk meningkatkan skala usahanya menjadi terhambat, karena modal usaha bukan saja dibutuhkan untuk kegiatan tangkap tapi juga dibutuhkan untuk distribusi hasil tangkapan ke Jepara sebagai pasar utama. Hal ini menyebabkan ketergantungan nelayan kecil terhadap juragan dan pedagangpengumpul tidak bisa lepas. 50

4.10 Aspek Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Kepulauan Karimunjawa