4.17 2.95 Interesterifikasi enzimatik bahan baku berbasis minyak sawit untuk produksi cocoa butter equivalents

Gambar 7.7 Indeks CBE IC masing-masing jenis substrat pada berbagai rasio berat. Keterangan: RS, RBDPOAsam Stearat; OS, Olein SawitAsam Stearat; PS, sPMFAsam Stearat Pengaruh Rasio Substrat Terhadap Profil SFC dan SMP Profil SFC campuran substrat dengan bahan baku RBDPOAsam Stearat, Olein SawitAsam Stearat dan sPMFAsam Stearat sesudah reaksi interesterifikasi asidolisis disajikan pada Gambar 7.8 dan 7.9. Sebagai pembanding digunakan SFC masing-masing fraksi minyak sawit sebelum dicampur asam stearat, karena asam stearat yang terlalu tinggi dalam campuran substrat akan mengganggu kristalisasi. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap hasil pengukuran SFC. Menurut Hashimoto et al. 2001, adanya triasilgliserol St3, diasilgiserol DAG dan asam lemak bebas ALB akan mengganggu kristalisasi PMF, sehingga harus dihilangkan. Profil SFC produk asidolisis memberikan kisaran range pelelehan yang lebih melebar dibandingkan dengan bahan bakunya. Tinggi rendahnya nilai SFC dipengaruhi oleh proporsi antara bahan baku dengan asam stearat dalam campuran substrat awal. Semakin tinggi konsentrasi RBDPO, Olein Sawit dan sPMF dalam campuran substrat, maka nilai SFC produk asidolisis semakin rendah pada masing- masing suhu pengukuran. Keterangan: RS51, RS52, RS53, RS54, RS55; rasio berat substrat RBDPOAsam Stearat masing-masing 5:1, 5:2, 5:3, 5:4 dan 5:5 Gambar 7.8 Profil SFC fraksi-fraksi minyak sawit atas serta hasil asidolisis substrat RBDPOAsam Stearat bawah pada berbagai rasio berat Keterangan: OS51, OS52, OS53, OS54, OS55; rasio berat substrat Olein SawitAsam Stearat masing-masing 5:1, 5:2, 5:3, 5:4 dan 5:5 PS51, PS52, PS53, PS54, PS55; rasio berat substrat sPMFAsam Stearat masing-masing 5:1, 5:2, 5:3, 5:4 dan 5:5 Gambar 7.9 Profil SFC hasil asidolisis substrat Olein SawitAsam Stearat atas dan sPMFAsam Stearat bawah pada berbagai rasio berat Proses interesterifikasi enzimatik asidolisis juga mengakibatkan terjadinya penurunan SMP pada berbagai jenis dan rasio berat substrat RBDPO, Olein Sawit, sPMF Tabel 7.8. Produk hasil asidolisis berbentuk padat pada suhu ruang, dengan SMP berkisar antara 37.0 sampai 58.5°C Tabel 7.9. SMP tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan substrat awal sebelum asidolisis yang mempunyai nilai SMP berkisar antara 51.1-62.1°C. Penurunan nilai SMP terutama disebabkan oleh perubahan komposisi TAG dalam produk asidolisis enzimatik, selain akibat berubahnya komposisi ALB dan DAG dalam campuran substrat tersebut. Selain itu juga terlihat bahwa pada substrat dengan proporsi asam stearat tinggi, penurunan nilai SMP-nya relatif lebih kecil dibandingkan dengan substrat dengan proporsi asam stearat yang relatif lebih kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai SMP pada produk asidolisis sangat ditentukan oleh proporsi ALB dalam campuran substrat. SMP menunjukkan suhu ketika lemak dalam pipa kapiler yang diletakkan dalam air menjadi cukup lunak untuk melesat slip ke atas dan diperkirakan mengandung lemak padat sekitar 5 Noor Lida et al., 1998. Tabel 7.9 SMP masing-masing jenis substrat sebelum BA dan sesudah SA reaksi asidolisis enzimatik pada berbagai rasio berat Rasio Berat Substrat Jenis Substrat RBDPOAsam Stearat Olein SawitAsam Stearat sPMFAsam Stearat SMP SMP SMP BA SA BA SA BA SA Rasio 5:1 Rasio 5:2 Rasio 5:3 Rasio 5:4 Rasio 5:5 52.0-52.6 57.2-57.6 59.7-59.8 60.6-61.3 61.0-62.1 40.9-43.0 43.1-44.5 47.0-48.0 53.0-53.2 58.3-58.5 52.9-53.1 57.0-57.4 59.5-59.7 60.5-61.5 61.0-62.0 37.0-37.2 40.0-40.2 44.8-45.2 50.8-51.4 55.8-56.0 51.1-52.0 57.0-57.2 60.0-60.3 60.7-61.0 61.4-61.9 39.5-40.2 41.0-41.2 45.0-45.8 53.1-53.3 56.2-56.3 Hubungan Komposisi TAG dan SFC Menurut Neff et al. 1999, pengelompokan TAG dengan lambang St, M, D dan T lebih mencerminkan korelasi komposisi TAG dengan titik leleh, solid fat index dan kemungkinan peningkatan stabilitas oksidatif. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat model berdasarkan pendugaan melalui regresi linear berganda dengan pendekatan regresi bertahap stepwise regression dari hubungan matematik antara SFC dengan konsentrasi area kelompok TAG. Pada Tabel 7.10 dapat dilihat model untuk memprediksi SFC produk asidolisis pada berbagai suhu pengukuran dari konsentrasi area kelompok TAG secara tunggal maupun gabungan. Data yang dianalisis merupakan data gabungan dari produk asidolisis semua jenis substrat pada berbagai rasio berat. Tabel 7.10 Model untuk memprediksi SFC produk asidolisis pada berbagai suhu pengukuran dari konsentrasi kelompok TAG secara tunggal maupun gabungan SFC10 = 1.89 StStM – 11.55 R 2 = 0.97; σ = 1.29 SFC20 = 65.22 – 9.79 MMM R 2 = 0.94; σ = 2.04 SFC25 = 2.12 StStM – 32.16 R 2 = 0.94; σ = 2,12 SFC30 = 2.22 StStM – 38.99 R 2 = 0.94; σ = 2.25 SFC35 = 2.36 StStM – 49.97 R 2 = 0.93; σ = 2.55 SFC40 = 0.83 ALB – 4.97 R 2 = 0. 96; σ = 1.91 SFC10 = 15.69 + 1.30 StStM – 3.05 MMM R 2 = 0.99; σ = 1.29 SFC20 = 51.77 – 7.25 MMM + 0.23 ALB R 2 = 0.97; σ = 1.39 SFC25 = 11.42 + 1.18 StStM – 4.88 MMM R 2 = 0.96; σ = 1.62 SFC30 = 1.79 StStM + 1.53 StStD – 36.73 R 2 = 0.97; σ = 1.59 SFC35 = 1.77 StStM + 2.07 StStD – 46.91 R 2 = 0.98; σ = 1.26 SFC40 = 0.56 ALB + 0.87 StStM – 25.83 R 2 = 0.99; σ = 1.07 Solid Fat Content pada 10°C SFC10, SFC25, SFC30, SFC35 dapat diprediksi secara akurat dari konsentrasi area kelompok TAG yang sama, yaitu T AG T ungga l T AG G abunga n StStM POP, POS, SOS secara tunggal. Sedangkan SFC20 dapat diprediksi dari TAG MMM OOO, dan SFC40 dari ALB. Sementara itu, gabungan dari TAG StMM dan MMM dapat digunakan untuk memprediksi SFC10 dan SFC25, sedangkan TAG StStM dan StStD PLP, SLP untuk memprediksi SFC30 dan SFC35. Sementara itu SFC10 dapat diprediksi dari TAG MMM dan ALB, sedangkan SFC40 dapat diprediksi dari TAG StStM dan ALB. R 2 dapat digunakan untuk membandingkan dua regresi berganda dengan variabel terikat Y yang sama, tetapi banyaknya variabel bebas X berbeda. Semakin besar nilai R 2 mendekati 1, maka semakin baik model tersebut memprediksi. Pada Tabel 7.10 terlihat bahwa TAG secara tunggal maupun gabungan mempunyai nilai R 2 Sebagai ilustrasi, pada Gambar 7.10 dapat dilihat SFC hasil pengukuran produk asidolisis pada 30°C menggunakan NMR Analyzer dengan SFC pada suhu tersebut sebagai hasil prediksi SFC berdasarkan kelompok TAG secara tunggal TAG StMM sesuai dengan model pada Tabel 7.9. Pada Gambar 7.9 tersebut terlihat bahwa hasil prediksi dari TAG StStM POP, POS, SOS tersebut tidak berbeda jauh dari SFC hasil pengukuran R yang hampir sama, sehingga ketepatan prediksinya juga hampir sama. Oleh karena itu, prediksi SFC produk asidolisis dari kelompok TAG secara tunggal sudah cukup untuk memberikan prediksi yang akurat dan model yang lebih sederhana tentu saja lebih disukai. 2 = 0.94. Sebagai pembanding konsentrasi TAG StStM pada CB dengan SFC pada suhu pengukuran 30°C. SFC pada 30°C penting untuk menunjukkan kompatibilitas terhadap CB. Gambar 7.10 Prediksi SFC hasil asidolisis pada 30°C dari kelompok TAG StStM Simpulan Asidolisis enzimatik substrat menghasilkan terbentuknya campuran kompleks asilgliserol dan asam lemak bebas. Selama asidolisis enzimatik, pertukaran asil terjadi terutama antara grup palmitoil dari substrat berbasis sawit dengan stearoil dari asam stearat. Konsentrasi beberapa TAG meningkat, beberapa TAG menurun dan beberapa TAG baru terbentuk. Reaksi asidolisis enzimatik diperkirakan mencapai kesetimbangan setelah waktu reaksi 36-48 jam untuk masing-masing fraksi minyak sawitasam stearat pada rasio berat 5:3, konsentrasi enzim 6 bb minyak, suhu reaksi 68-70°C dan kecepatan orbital shaker 200 rpm. Sintesis TAG khas CB POS,SOS yang dinyatakan sebagai indeks CBE IC meningkat seiring meningkatnya proporsi asam stearat sampai rasio berat 5:4 fraksi minyak sawit : asam stearat dalam campuran substrat, tetapi tidak selalu seiring dengan derajat intersterifikasi DI. Sintesis TAG khas CBE POS, SOS diperkirakan mencapai kesetimbangan setelah waktu reaksi 36-48 jam. Perubahan komposisi TAG dalam produk asidolisis enzimatik tercermin dalam profil SFC dan menentukan nilai SMP. Hubungan antara komposisi TAG kelompok TAG dan nilai SFC pada masing- masing suhu pengukuran dapat dinyatakan dalam model regresi linear berganda. Nilai SFC pada berbagai suhu pengukuran secara akurat dapat diprediksi dari proporsi kelompok TAG MMM OOO, StStM POP, POS, SOS dan StStD PLP, SLP, SLS, secara tunggal ataupun gabungan. Daftar Pustaka [AOCS] American Oil Chemists’ Society. 2005. Official Methods and Recommended Practices of the American Oil Chemists’ Society. Illinois: Am Oil Chem Soc Press, Champaign. Balle J. 2006. Business Area Chocolate and Confectionery Fats. Capital Market Day, October 3, 2006. Bloomer S, Adlercreutz P, Mattiasson B. 1990. Triglyceride interesterification by lipases. 1. Cocoa butter equivalents from a fraction of palm oil. J Am Oil Chem Soc 678:519-524. Chaibakhsh N, Rahman MBA, Abd-Azis S, Basri M, Salleh AB, Rahman RNZRA. 2009. Optimized lipase-catalyzed synthesis of adipate ester in a solvent-free system. J Ind Microbiol Biotechnol 36:1149–1155. Chen CW, Chong CL, Ghazali HM, Lai OM. 2007. Interpretation of triacylglycerol profiles of palm oil, palm kernel oil and their binary blends. Food Chemistry 100:178-191. Chong CN, Hoh YM, Wang CW. 1992. Fractionation procedures for obtaining cocoa butter-like fat from enzymatically interesterified palm olein. J Am Oil Chem Soc 692:137-140. Ciftci ON, Fadiloglu S, Gogus F. 2009. Utilization of olive-pomace oil for enzymatic production of cocoa butter-like fat. J Am Oil Chem Soc 86:119-125. Ciftci ON, Fadiloglu S, Kowalski B, Gogus F. 2008. Synthesis of cocoa butter triacylglycerols using a model acidolysis system. Grasas Y Aceites 594:316- 320. Fuji Oil Europe. 2004. Confectionery. http:www.fujioileurope.comProductsConfectionary choccoat.htm [1 Februari 2007]. Ghazali HM, Hamidah S, Che Man YB. 1995. Enzymatic transesterification of palm olein with nonspecific and 1,3-specific lipases. J Am Oil Chem Soc 726:633- 639. Gunstone FD. 2002. Food applications of lipids. Di dalam: Akoh CC, Min DB, editor. Food Lipids Chemisty, Nutrition, and Biotechnology. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker, Inc. Idris NA, Dian NLHM. 2005. Interesterified palm products as alternatives to hydrogenation. Asia Pac J Clin Nutr 144:396-401. [IUPAC] International Union of Pure and Applied Chemistry Norm Version. 1987. 2.150 Ex 2.323 Solid Content Determination in Fats by NMR Low Resolution Nuclear Magnetic Resonance. Lipp M, Anklam E. 1998. Review of cocoa butter and alternatives fats for use in chocolate – Part A. Compositional data. Food Chemistry 621:73-97. Lipp M, Simoneau C, Ulberth F, Anklam E, Crews C, Brereton P, Greyt W de, W Schwack W, Wiedmaiers C. 2001. Composition of genuine cocoa butter and cocoa butter equivalents. Journal of Food Composition and Analysis 14:399- 408. Malcata FX, Reyes HR, Garcia HS, Hill CG, Amudson CH. 1992. Kinetics and mechanisms of reactions catalysed by immobilized lipases. Enzyme Microb Technol 14:426-446. Mojovic L, Marinkovic SS, Kukic G, and Novakovic GV. 1993. Rhizopus arrhizus lipase-catalyzed interesterification of the midfraction of palm oil to a cocoa butter equivalent Fat. Enzyme Microb Technol 15:438-443. Neff WE, List GR, Byrdwell WC. 1999. Effect of triacylglycerol composition on functionality of margarine basestocks. Lebensm-Wiss u-Technol 32:416-424. Noor Lida HMD, Rahim Md. Ali A. 1998. Physicochemical characteristics of palm- based oil blends for the production of reduced fat spreads. J Am Oil Chem Soc 75:1625-1631. Pinyaphong P, Phutrakul S. 2009. Synthesis of cocoa butter equivalent from palm oil by Carica papaya lipase-catalyzed interesterification. Chiang Mai J Sci 363:359-368. Ronne TH, Pedersen LS, Xu X. 2005. Triglyceride selectivity of immobilized Thermomyces lanuginosa lipase in interesterification. J Am Oil Chem Soc 8210:737-743. Satiawihardja B, Hariyadi P, Budiyanto S. 2001. Studi Pembuatan Mentega Coklat Tiruan dari Minyak Sawit dengan Proses Interesterifikasi Enzimatik. Laporan Penelitian Hibah Bersaing VII 1-3 Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 19982001. Bogor: Fateta, IPB. Silva RC, Cotting LN, Poltronieri TP, Balcao VM, de Almeida DB, Goncalves LAG, Grimaldi R, Gioielli LA. 2009. The effects of enzymatic interesterification on the physical-chemical properties of blends of lard and soybean oil. LWT – Food Science and Technology 42: 1275-1282. Osborn HT, Akoh CC. 2002a. Structured lipids – novel fats with medical, nutraceutical, and food applications. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety 3:110-120. Torbica A, Jovanovic O, Pajin B. 2006. The advantages of solid fat content determination in cocoa butter and cocoa butter equivalents by the Karlshamns method. Eu. Food Res Technol 222:385-391. Wainwright B. 1999. Specialty fats and oils. Di dalam: Widlak N, editor. Physical Properties of Fats, Oils and Emulsifiers. Illinois: Am Oil Chem Soc Press, Champaign. Wang HX, Wou H, Ho CT, Weng XC. 2006. Cocoa butter equivalent from enzymatic interesterification tea seed oil and fatty acid methyl esters. Food Chemistry 97:661-665. Willis WM, Marangoni AG. 2002. Enzymatic Interesterification. Di dalam: Akoh CC, Min DB, editor. Food Lipids Chemistry, Nutrition and Biotechnology. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker, Inc. Zaidul ISM, Nik Norulaini NA, Mohd Omar AK, Smith Jr RL. 2007. Blending of supercritical carbon dioxide SC-CO 2 extracted palm kernel oil fractions and palm oil to obtain cocoa butter replacers. Journal of Food Engineering 78: 1397-1409. Zhang H, Xu X, Nilsson J, Mu H, Adler-Nissen J, Hoy CE. 2001. Production of margarine fats by enzymatic interesterification with silica-granulated Thermomyces lanuginosa lipase in a large-scale study. J Am Oil Chem Soc 781:57-64. FRAKSINASI PRODUK ASIDOLISIS ENZIMATIK FRAKSI MINYAK SAWIT DENGAN ASAM STEARAT UNTUK MENDAPATKAN COCOA BUTTER EQUIVALENTS Fractionation of enzymatic acidolysis product of palm oil fractions with stearic acid for obtaining Cocoa Butter Equivalents Abstract Fractionation of enzymatic acidolysis products of each palm oil fractions refined, bleached, deodorized palm oil, RBDPO; palm olein; soft palm midfraction, sPMF with stearic acid at various weight ratios were studied for the production of cocoa butter equivalents CBE. The CBEs were isolated from the crude acidolysis products by fractional crystallization in organic solvent. Triacylglycerol TAG composition, solid fat content SFC and slip melting point SMP were analyzed in the acidolysis and fractionation CBE products. Enzymatic acidolysis of the substrates resulted in the formation of a complex mixture of acylglycerols and free fatty acids. Fractional crystallization of the fatty acid-free acylglycerols resulted in the fat products CBE whose TAG distributions and SFC values were not comparable to that of CB, with lower SMP values than that of CB. According to a CAOBISCO definition of CBE, only four of the fat products can be termed as CBE, namely fractionation product of substrates of RBDPOStearic Acid and sPMFStearic Acid at weight ratios of 5:4 and 5:5. While palm oleinStearic Acid substrate, none fulfill that criteria, although had IC values similar to that of CB. The acidolysis products CBE had lower POP and SOS content than that of CB, but their POS content were similar. The relationship between TAG composition TAG groups and the SFC value at each measuring temperature can be expressed in a multiple linear regression model. Only SFC10 at 10°C and SFC25 at 25°C could be predicted from the proportion of StMM POO, SOO, StStM POP, POS, SOS, and StStSt PPP, PPS, PSS, SSS TAG groups, either single or combined. Keywords: enzymatic acidolysis, fractionation, palm oil fractions, triacylglycerol, cocoa butter equivalents Abstrak Fraksinasi dari produk asidolisis enzimatik dari masing-masing fraksi minyak sawit refined, bleached, deodorized palm oil, RBDPO; olein sawit; soft palm midfraction, sPMF dengan asam stearatpada berbagai rasio berat dipelajari untuk produksi cocoa butter equivalents CBE. CBE diisolasi dari produk asidolisis dengan kristalisasi fraksinonal dalam solven organik. Komposisi triasilgliserol TAG, solid fat content SFC dan slip melting point SMP dianalisis pada produk transesterifikasi dan produk fraksinasi CBE. Asidolisis enzimatik dari substrat menghasilkan campuran kompleks asilgliserol dan asam lemak bebas. Kristalisasi fraksional dari asilgliserol bebas asam lemak memberikan produk lemak CBE dengan distribusi TAG dan profil SFC agak berbeda dengan CB serta nilai SMP yang relatif lebih rendah dari CB. Berdasarkan definisi CBE menurut CAOBISCO, hanya empat dari produk lemak yang dapat disebut sebagai CBE, yaitu produk fraksinasi substrat RBDPOAsam Stearat, dan sPMFAsam Stearat untuk rasio berat 5:4 dan 5:5. Sedangkan untuk Olein SawitAsam Stearat, tidak ada yang memenuhi kriteria tersebut, walaupun substrat tersebut mempunyai nilai IC yang mendekati CB. Produk CBE yang dihasilkan mempunyai kandungan POP dan SOS lebih rendah dari CB, walaupun kandungan POS-nya mendekati CB. Hubungan antara komposisi TAG kelompok TAG dan nilai SFC pada masing-masing suhu pengukuran dapat dinyatakan dalam model regresi linear berganda. Hanya SFC10 pada 10°C dan SFC25 pada 25°C dapat diprediksi dari proporsi kelompok TAG StMM POO, SOO, StStM POP, POS, SOS dan StStSt PPP, PPS, PSS, SSS secara tunggal atau pun gabungan. Kata kunci: asidolisis enzimatik, fraksi minyak sawit, fraksinasi, triasilgliserol, cocoa butter equivalents Pendahuluan Akhir-akhir ini teknik interesterifikasi enzimatik menjadi salah satu pilihan dalam proses produksi CBE. Menurut Osborn dan Akoh 2002a perhatian terhadap reaksi interesterifikasi, baik dari sudut pandang gizi maupun fungsional terus meningkat karena memungkinkan untuk dihasilkannya margarin bebas asam lemak trans, cocoa butter alternatives CBA, dan pangan rendah kalori; memperbaiki sifat- sifat fisik dan fungsional pangan serta memperbaiki kualitas nutrisi lemak dan minyak. Selama interesterifikasi akan terjadi redistribusi asam lemak dalam TAG, sehingga akan mengubah komposisi asam lemak dalam TAG. Perubahan jumlah dan jenis TAG tersebut akan mempengaruhi karakteristik fisik minyak dan lemak, seperti sifat pelelehan dan kristalisasi Idris dan Dian 2005. CBE didesain dengan sifat fisikokimia mirip cocoa butter CB, sehingga sepenuhnya kompatibel dengan CB dan dapat dicampur dengan CB pada proporsi berapapun dalam formulasi coklat tanpa mengakibatkan perubahan yang berarti pada kualitas akhir produk Zaidul et al. 2007, Fuji Oil Europe 2004. CBE mempunyai peranan antara lain untuk memperbaiki toleransi terhadap lemak susu; meningkatkan daya simpan pada suhu tinggi; mengendalikan blooming; serta memberikan alternatif secara ekonomi dan fungsional lainnya terhadap penggunaan CB dalam formulasi coklat Wainwright 1999. CB berkontribusi penting terhadap sifat-sifat tekstural dan sensori produk- produk coklat confectionery. CB bersifat keras dan rapuh di bawah suhu ruang, tetapi ketika dimakan, CB meleleh sempurna di mulut dengan tekstur creamy yang lembut dan sensasi dingin Gunstone 2002. Polimorfismenya juga berpengaruh besar terhadap sifat-sifat fisik dari produk coklat, seperti kilap gloss, derak snap, kontraksi, ketahanan panas, pelelehan yang cepat dan tajam di mulut, serta ketahanan bloom Osborn dan Akoh 2002a. Karakteristik tersebut sebagai konsekuensi dari komposisi TAG CB yang hampir 80 didominasi oleh tiga TAG simetrik, saturated- unsaturated-saturated StUSt, yaitu palmitat-oleat-palmitat POP, 16,8-19,0, palmitat-oleat-stearat POS, 38,0-43,8 dan stearat-oleat-stearat SOS, 22,8-30,0 Lipp et al. 2001. Untuk produksi CBE secara interesterifikasi enzimatik dalam industri pangan, biasanya campuran substrat minyak dan asam lemak bebas dilewatkan melalui suatu reaktor packed bed berisi enzim, diikuti dengan proses distilasi, evaporasi, fraksinasi dan pemurnian Liu et al. 2007. Selain komponen TAG yang diinginkan, dalam interesterifikasi enzimatik juga dihasilkan berbagai produk samping yang tidak diinginkan, antara lain diasilgliserol DAG dan TAG lain yang akan mengganggu kristalisasi produk CBE Wainwright 1999. Oleh karena itu, fraksinasi terhadap hasil interesterifikasi harus dilakukan untuk menghilangkan asilgliserol dan komponen lain yang tidak diinginkan, sehingga diperoleh komponen utama CBE yang lebih murni. Fraksinasi uap pada kondisi vakum merupakan proses distilasi yang dapat memberikan pemisahan fisik secara sempurna untuk fraksi-fraksi bertitik leleh lebih rendah, seperti asam lemak bebas, dari komponen bertitik leleh tinggi, seperti minyak dan lemak Chong et al. 1992. Fraksi gliserida bebas asam lemak selanjutnya dapat dijadikan subyek fraksinasi lemak konvensional seperti ekstraksi cairan-cairan countercurrent dan kristalisasi dari solven untuk menghasilkan lemak dengan profil pelelehan tertentu Chang et al. 1990. Keberhasilan fraksinasi lemak bergantung pada perilaku fase TAG penyusunnya. Konsep dari perilaku fase ini tidak hanya mengacu pada titik leleh dari TAG atau karakter polimorfiknya, tetapi juga melibatkan campuran TAG yang berbeda pada keadaan cair dan padat Calliauw et al. 2007. Menurut Hashimoto et al. 2001, penggunaan aseton solven polar lebih selektif terhadap kristalisasi TAG simetrik StUSt daripada TAG non-simetrik StStU, sedangkan heksana solven non polar cenderung tidak selektif terhadap kristalisasi kedua jenis TAG tersebut. DAG dapat dihilangkan sebagai fraksi cair dengan fraksinasi aseton atau fraksi padat dengan fraksinasi heksana, tetapi fraksinasi dengan banyak solven dinilai tidak ekonomis dan kurang efisien. Di sisi lain, metode fraksinasi kering pengaturan suhu lebih murah secara ekonomi dan lebih aman karena tidak menggunakan solven. Oleh karena itu, fraksinasi multitahap sebagai kombinasi dari fraksinasi kering dan fraksinasi solven aseton diasumsikan sebagai metode yang paling sesuai dan efisien untuk mendapatkan komponen triasilgliserol simetrik. Kristalisasi lemak penting peranannya dalam mengendalikan sifat-sifat fisik dari produk yang mengandung lemak yang dapat berada dalam bentuk kristalin yang berbeda. Industri confectionery menginginkan bentuk βV, sebagai polimorfisme optimal dalam pembuatan coklat. Bentuk βV merupakan fase polimorfik stabil dengan titik leleh cukup tinggi bagi coklat untuk disimpan pada suhu ruang dan cukup rendah bagi coklat untuk menjadi cairan yang lembut ketika dipanaskan dalam mulut. Bentuk βV juga memberikan derak yang bersih, penampakan yang mengkilap, dan warna yang optimal untuk coklat, tetapi bentuk ini tidak dapat diperoleh dengan pendinginan sederhana Maleky dan Marangoni 2008. Isolasi CB-like fat telah dilakukan oleh Abigor et al. 2003 menggunakan fraksinasi aseton dengan pengaturan suhu, sedangkan pemurnian dilakukan dengan kromatografi kolom silica gel 60 dengan eluen campuran heksanaeter. Sedangkan Ciftci et al. 2009 melakukan isolasi CB-like fat dalam dua tahap. Tahap pertama adalah netralisasi campuran reaksi hasil interesterifikasi untuk menghilangkan asam lemak bebas, selanjutnya pemurnian dengan kromatografi kolom silika gel. Netralisasi menggunakan KOH dalam etanol, sedangkan pemisahan TAG dari monoasilgliserol MAG dan DAG dilakukan menggunakan kromatografi kolom silika gel dengan eluen campuran petroleum eterdietil eter. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknologi proses fraksinasi untuk menghasilkan produk CBE dari hasil asidolisis substrat fraksi-fraksi minyak sawit dengan asam stearat pada skala laboratorium. Selain itu, juga untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik produk CBE yang dihasilkan pada berbagai rasio berat substrat, khususnya profil TAG dan sifat pelelehannya. Bahan dan Metode Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain refined, bleached, deodorized palm oil RBDPO, olein sawit PT Asian Agri, Jakarta. Soft palm midfraction sPMF, cocoa butter CB PT Karya Putrakreasi Nusantara, Wilmar Group, Medan. Lipase spesifik-1,3 amobil komersial dari Thermomyces lanuginosa yang disebut Lipozyme TL IM Novozyme AS, Bagsvaerd, Denmark. Standar triasilgliserol TAG murni OOO, POO, SOO, PPP, SSS dari Sigma St. Louis, MO USA, asam stearat Merck serta bahan-bahan kimia untuk analisis. Untuk melengkapi standar TAG, TAG murni dicampur dengan minyaklemak yang telah diketahui komposisi TAG-nya, yaitu RBDPO PLO, PLP, OOO, POO, PPP, CB POP, POS, SOS, SOA dan FHSO PPP, PPS, PSS,SSS. Asidolisis Enzimatik. Reaksi asidolisis enzimatik mengacu pada metode yang dimodifikasi dari Chong et al. 1992, Mojovic et al. 1993 dan Satiawihardja et al. 2001. Sebanyak 5 g substrat campuran masing-masing fraksi minyak sawit RBDPO, Olein Sawit, sPMF dengan asam stearat pada rasio berat 5:1 sampai dengan 5:5 dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 25 mL. Selanjutnya enzim lipase sebanyak 6 bb minyak ditambahkan ke dalam campuran substrat yang sudah dipanaskan terlebih dahulu pada suhu sekitar 68-70°C selama 10 menit. Reaksi interesterifikasi asidolisis dilakukan secara batch dengan kecepatan orbital shaker 200 rpm, suhu reaksi 68-70°C dan waktu reaksi 20 jam. Pemisahan enzim dari hasil asidolisis dilakukan dengan cara penyaringan menggunakan kertas saring dalam keadaan panas. Fraksinasi Produk Asidolisis. Proses fraksinasi hasil asidolisis enzimatik mengacu pada metode yang dimodifikasi dari Chong et al. 1992 dan Satiawihardja et al. 2001. Hasil asidolisis dilarutkan dalam heksana 1:5, bb kemudian dinetralisasi menggunakan NaOH 1 M dalam etanol 50. Filtrat yang mengandung asilgliserol bebas asam lemak dipisahkan dari residu dengan penyaringan, kemudian dilakukan fraksinasi pada suhu sekitar 4°C selama 4 jam. Selanjutnya fraksi cair dipisahkan dengan penyaringan dari residu padat yang terbentuk, kemudian fraksi cair dievaporasi agar terbebas dari pelarut heksana. Hasil evaporasi dilarutkan dalam aseton 1:5, bb, kemudian dilakukan fraksinasi pada suhu sekitar 4°C selama 4 jam. Fraksi padat yang terbentuk cocoa butter equivalents, CBE dipisahkan dengan penyaringan untuk dilakukan analisa. Komposisi Triasilgliserol. Analisis komposisi TAG mengacu pada metode yang dimodifikasi dari AOCS Official Methods Ce 5c, 1997. Komposisi TAG dianalisis menggunakan HPLC Hewlett Packard series 1100 dengan detektor Indeks Refraksi Refractive index, RI. Laju aliran fase gerak aseton : asetonitril, 85 : 15 vv sebesar 0.8 mLmenit. Kolom yang digunakan adalah dua kolom C-18 Microsorb MV dan Zorbax Eclipse XDB–C18, 4.6 x 250 mm, ukuran partikel 5 µm yang dipasang secara seri. Sampel dilarutkan dalam aseton atau campuran aseton : kloroform 2:1 vv dengan konsentrasi 5, lalu disuntikkan ke dalam HPLC sebanyak 20 μL. Analisis komposisi TAG dilakukan terhadap hasil asidolisis sebelum dan sesudah fraksinasi. Solid Fat Content SFC. Analisis SFC IUPAC 2.150 ex 2.323, 1987 hasil interesterifikasi menggunakan Bruker Minispec PC 100 NMR Analyzer. Sebelum analisis, sampel dilelehkan terlebih dahulu pada suhu 80°C. Sampel dimasukkan ke dalam tabung NMR dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 2.5 mL setinggi dry block, lalu dipanaskan pada suhu 60°C selama 30 menit pada alat pemanas kering. Setelah itu sampel disimpan pada suhu 0°C selama 90 menit, selanjutnya sampel disimpan selama 40 jam pada suhu 26°C. Sampel disimpan lagi pada suhu 0°C selama 90 menit. Setelah itu sampel diinkubasi pada suhu 10, 20, 25, 30, 35, 40 dan 45°C selama 60 menit. Setelah inkubasi, sampel siap dianalisis. Kalibrasi NMR menggunakan standar SFC 0, 31.5 dan 72.9. Slip Melting Point SMP. Analisis SMP AOCS Official Methods Cc 3-25, 2005 dilakukan terhadap hasil asidolisis sebelum dan sesudah fraksinasi. Sampel yang telah disaring dilelehkan dan dimasukkan ke dalam tabung kapiler 3 buah setinggi 1 cm. Selanjutnya disimpan dalam refrigerator pada suhu 4-10 C selama 16 jam. Tabung kapiler diikatkan pada termometer dan termometer tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia 600 mL berisi air sekitar 300 mL. Suhu air dalam gelas kimia diatur pada suhu 8 – 10 C di bawah titik leleh sampel dan suhu air dipanaskan pelan- pelan dengan kenaikan 0.5 C – 1 Cmenit dengan pengadukan magnetic stirrer. Pemanasan dilanjutkan dan suhu diamati dari saat sampel meleleh sampai sampel naik pada tanda batas atas. Slip melting point dihitung berdasarkan rata-rata suhu dari ketiga sampel yang diamati. Hasil dan Pembahasan Proses asidolisis enzimatik masing-masing fraksi minyak sawit dengan asam stearat pada berbagai rasio berat menghasilkan campuran kompleks asilgliserol dan asam lemak bebas. Proses asidolisis mengakibatkan perubahan besar dalam komposisi TAG dan menghasilkan produk transesterifkasi yang berbentuk padat pada suhu ruang. Untuk menghasilkan produk CBE dari produk asidolisis, perlu dilakukan proses fraksinasi untuk mengisolasi komponen utama CB POP, POS dan SOS. Produk asidolisis pada awalnya dinetralisasi menggunakan NaOH dalam etanol untuk menghilangkan asam lemak bebas dari campuran reaksi. Selanjutnya isolasi TAG dilakukan dengan kombinasi fraksinasi solven heksana dan aseton dan fraksinasi kering pengaturan suhu. Profil Triasilgliserol Proses netralisasi yang dilanjutkan dengan fraksinasi terhadap produk asidolisis enzimatik menghasilkan produk lemak CBE dengan distribusi TAG serupa dengan CB, walaupun dengan konsentrasi yang berbeda-beda. ALB dapat dihilangkan sama sekali, tetapi DAG dan TAG yang tidak diinginkan dalam produk CBE relatif masih lebih tinggi dibandingkan dengan CB. Profil kromatogram hasil analisis komposisi TAG produk asidolisis dan produk fraksinasinya CBE disajikan pada Gambar 8.1. Sedangkan pada Gambar 8.2 disajikan profil kromatogram hasil fraksinasi produk asidolisis dibandingkan dengan CB. Komposisi TAG produk asidolisis enzimatik sebelum dan sesudah fraksinasi untuk masing-masing substrat pada berbagai rasio berat disajikan pada Tabel 8.1 dan 8.2 RBDPOAsam Stearat, 8.3 dan 8.4 Olein sawitAsam Stearat, serta 8.5 dan 8.6 sPMFAsam Stearat. Pada Tabel tersebut dapat dilihat juga komposisi TAG CB sebagai pembanding. Kombinasi fraksinasi solven heksana dan aseton dan faksinasi kering pengaturan suhu memberikan hasil cukup menggembirakan, walaupun masih belum mendekati komposisi TAG target. Meskipun demikian, konsentrasi TAG target, TAG St2U POP, POS dan SOS meningkat cukup tajam dibandingkan dengan hasil asidolisis sebelum fraksinasi. Sebaliknya konsentrasi TAG yang tidak diinginkan seperti TAG St3 PSS, SSS konsentrasinya menurun cukup tajam, walaupun konsentrasinya masih di atas konsentrasi TAG St3 CB. Sedangkan konsentrasi TAG StU2 relatif masih tinggi pada produk akhir, walaupun terlihat adanya penurunan dibandingkan hasil asidolisis sebelum fraksinasi. Hal ini dapat dimaklumi, karena konsentrasi TAG StU2 memang cukup tinggi pada hasil asidolisis. Sedangkan TAG U3 relatif tidak banyak berubah. Gambar 8.1 Profil kromatogram hasil analisis komposisi TAG produk asidolisis sebelum atas dan sesudah bawah fraksinasi Konsentrasi TAG target POS dan SOS untuk masing-masing jenis substrat setelah fraksinasi tidak memperlihatkan kecenderungan yang sama dengan substrat sebelum fraksinasi. Pada produk fraksinasi CBE, terlihat bahwa semakin tinggi rasio asam stearat yang ditambahkan, maka semakin tinggi pula konsentrasi POS Waktu Retensi menit R es pon D et ek tor nR IU 5000 10000 15000 20000 25000 OL O PL O PL P OOO PO O PO P PPP SO O PO S PPS SO S PSS SSS D ia s ilg lis e ro l 20 30 40 50 Waktu Retensi menit R es pon D et ek tor nR IU 10 20 30 40 50 10000 20000 30000 40000 50000 D ia s ilg lis e ro l OL O PL O PL P OOO PO O PO P SO O PO S SO S 10 20 30 40 50 yang terbentuk, sedangkan konsentrasi SOS meningkat sampai rasio berat substrat 5:4 fraksi minyak sawitasam stearat. Sementara itu, penurunan konsentrasi POP tidak proporsional dengan semakin tingginya proporsi asam stearat. Gambar 8.2 Profil kromatogram hasil analisis komposisi TAG produk fraksinasi hasil asidolisis atas dan CB bawah Waktu Retensi menit R es pon D et ek tor nR IU 10 20 30 40 50 10000 20000 30000 40000 50000 D ia s ilg lis e ro l OL O PL O PL P OOO PO O PO P SO O PO S SO S 10 20 30 40 50 40 Waktu Retensi menit R es pon D et ek tor nR IU 10000 20000 30000 40000 50000 60000 PO P PO S SO S D ia s ilg lis e ro l SO A 10 20 30 40 50 Tabel 8.1 Komposisi TAG hasil asidolisis enzimatik substrat RBDPOAsam Stearat sebelum BF dan sesudah SF fraksinasi pada berbagai rasio berat substrat Jenis TAG area Rasio Berat Substrat RBDPOAsam Stearat CB 5:1 5:2 5:3 5:4 5:5 BF SF BF SF BF SF BF SF BF SF PLL 0.84 0.53 0.64 0.39 0.54 0.31 0.51 0.37 0.57 0.30 0.38 OLO 2.57 1.74 1.78 1.19 1.47 0.89 1.35 1.00 1.29 0.79 nd PLO 6.75 4.24 5.09 3.21 4.62 2.52 4.31 2.82 4.33 2.98 0.90 PLP 3.75 3.77 2.78 2.55 2.42 1.87 2.44 1.92 2.51 1.95 1.81 OOO 3.51 2.54 2.37 1.80 1.85 1.29 1.78 1.34 1.82 1.34 1.30 SLO 2.70 1.60 3.79 2.48 4.43 2.50 4.33 2.80 4.08 2.66 nd POO 12.85 9.34 9.03 6.94 7.24 5.07 7.23 4.62 7.55 5.21 2.44 SLP 3.02 3.83 4.20 4.12 4.90 4.46 5.09 4.38 4.98 4.52 2.55 POP 15.42

21.19 10.86

14.16 8.74

12.03 9.11

12.20 9.67

12.34 15.40

PPP 6.03 1.28 3.87 1.23 2.69 0.81 2.64 0.81 2.87 0.89 0.69 SOO 6.61 5.22 8.23 6.58 8.81 5.87 8.86 6.97 8.76 6.84 3.08 SLS 1.44 nd 1.67 nd 2.65 nd 2.87 nd 2.79 nd nd POS 13.93

28.24 18.29

31.78 18.93

33.37 20.08

33.19 20.00

35.07 38.57

PPS 8.43 0.90 8.71 0.90 7.22 1.02 6.77 1.10 6.91 1.10 0.75 SOS 4.09

7.32 8.18

15.94 11.22

18.36 12.36

19.90 11.81

19.55 26.49

PSS 4.35 0.31 7.26 0.33 7.35 0.59 6.88 0.78 6.65 0.91 0.86 SOA nd nd nd nd nd nd nd nd nd nd 1.62 SSS 0.90 nd 2.23 nd 2.54 nd 2.28 nd 2.15 nd 0.42 TAG lain 2.81 7.94 1.03 6.40 2.38 9.06 1.10 5.78 1.28 3.54 2.74 DAG 14.7 4.56 11.82 6.21 10.66 4.61 9.78 4.13 8.25 6.20 2.51 ALB 18.53 nd 27.81 nd 35.55 nd 42.15 nd 47.64 nd 0.67 187 Tabel 8.2 Komposisi kelompok TAG hasil asidolisis enzimatik substrat RBDPOAsam Stearat sebelum BF dan sesudah SF fraksinasi pada berbagai rasio berat substrat Jenis TAG area Rasio Berat Substrat RBDPOAsam Stearat CB 5:1 5:2 5:3 5:4 5:5 BF SF BF SF BF SF BF SF BF SF St3: 19.71

2.49 22.07

2.45 19.80

2.52 18.58

2.70 18.57

2.91 2.73

StStSt 19.71

2.49 22.07

2.45 19.80

2.52 18.58

2.70 18.57

2.91 2.73

St2U: 41.65

64.35 45.97

68.55 48.86

69.68 51.95

71.59 51.76

73.44 86.44

StStM 33.43 56.75 37.33 61.88 38.89 63.26 41.55 65.29 41.48 66.96 82.08 StStD 8.22 7.61 8.64 6.66 9.97 6.43 10.40 6.30 10.28 6.48 4.36 StU2: 29.75

20.93 26.77

19.61 25.64

17.97 25.24

17.59 25.29

17.99 6.80

StMM 19.46 14.55 17.26 13.52 16.05 11.99 16.08 11.59 16.32 12.05 5.52 StMD 9.45 5.85 8.88 5.69 9.06 5.58 8.65 5.62 8.40 5.64 0.90 StDD 0.84 0.53 0.64 0.39 0.54 0.40 0.51 0.37 0.57 0.30 0.38 U3: 6.07

4.27 4.15

3.00 3.31

2.60 3.14

2.34 3.11

2.12 1.30

MMM 3.51 2.54 2.37 1.80 1.85 1.50 1.78 1.34 1.82 1.34 1.30 MMD 2.57 1.74 1.78 1.19 1.47 1.10 1.35 1.00 1.29 0.79 nd nd = tidak terdeteksi 188 Tabel 8.3 Komposisi TAG hasil asidolisis enzimatik substrat Olein SawitAsam Stearat sebelum BF dan sesudah SF fraksinasi pada berbagai rasio berat substrat Jenis TAG area Rasio Berat Substrat Olein SawitAsam Stearat CB 5:1 5:2 5:3 5:4 5:5 BF SF BF SF BF SF BF SF BF SF PLL 1.42 0.63 1.14 0.67 0.99 0.44 0.95 0.35 0.97 0.42 0.38 OLO 4.32 2.43 2.93 1.88 2.42 1.55 2.15 1.19 2.14 1.20 nd PLO 8.70 5.83 6.05 5.33 5.46 3.54 4.93 2.88 5.05 2.93 0.90 PLP 3.68 4.11 2.84 3.43 2.38 3.02 2.19 2.29 2.39 2.38 1.81 OOO 5.09 3.01 3.40 3.10 2.53 1.95 2.37 1.47 2.51 1.46 1.30 SLO 3.92 2.45 5.50 3.10 6.12 4.03 6.36 3.58 6.34 3.51 nd POO 14.20 10.11 9.69 8.08 8.00 5.42 7.51 4.37 8.06 4.39 2.44 SLP 3.14 3.89 4.34 3.98 4.83 4.24 5.31 3.96 5.50 3.97 2.55 POP 12.34

18.96 8.36

12.34 6.94

11.35 6.65

10.51 7.21

10.57 15.40

PPP 3.53 1.86 2.29 1.28 1.70 1.47 1.48 1.34 1.38 1.09 0.69 SOO 8.38 6.67 10.40 7.51 11.15 8.20 11.33 7.54 11.40 7.29 3.08 SLS 1.08 nd 2.09 nd 2.94 nd 3.72 nd 3.73 nd nd POS 13.92

21.79 16.92

24.42 17.80

27.58 18.41

29.65 18.78

29.89 38.57

PPS 5.69 0.66 5.80 0.61 5.14 1.42 4.43 1.08 3.91 1.20 0.75 SOS 4.51

8.40 9.11

13.50 12.13

19.50 13.88

21.66 13.67

20.52 26.49

PSS 3.46 1.00 5.81 1.40 6.16 1.70 5.65 1.47 4.46 1.40 0.86 SOA nd nd nd nd nd nd nd nd nd nd 1.62 SSS 0.89 nd 2.09 nd 2.71 nd 2.38 nd 1.81 nd 0.42 TAG lain 1.76 8.18 1.26 9.37 0.60 4.58 0.32 6.66 0.69 7.78 2.74 DAG 14.7 7.25 11.82 5.78 10.66 7.91 9.78 4.89 8.25 7.71 2.51 ALB 18.53 nd 27.81 nd 35.55 nd 42.15 nd 47.64 nd 0.67 189 Tabel 8.4 Komposisi kelompok TAG hasil asidolisis enzimatik substrat Olein SawitAsam Stearat sebelum BF dan sesudah SF fraksinasi pada berbagai rasio berat substrat Jenis TAG area Rasio Berat Substrat Olein SawitAsam Stearat CB 5:1 5:2 5:3 5:4 5:5 BF SF BF SF BF SF BF SF BF SF St3: 13.56

3.52 16.00

3.29 15.71

4.60 13.93

3.89 11.56

3.68 2.73

StStSt 13.56

3.52 16.00

3.29 15.71

4.60 13.93

3.89 11.56

3.68 2.73

St2U: 38.66

57.15 43.65

57.67 47.01

65.70 50.16

68.07 51.28

67.33 86.44

StStM 30.77 49.15 34.38 50.26 36.86 58.43 38.94 61.82 39.66 60.98 82.08 StStD 7.89 8.00 9.27 7.40 10.15 7.26 11.22 6.25 11.62 6.36 4.36 StU2: 36.61

25.70 32.77

24.69 31.73

21.63 31.07

18.72 31.82

18.55 6.80

StMM 22.58 16.78 20.09 15.59 19.15 13.62 18.84 11.92 19.46 11.69 5.52 StMD 12.61 8.28 11.55 8.43 11.58 7.56 11.29 6.46 11.39 6.44 0.90 StDD 1.42 0.63 1.14 0.67 0.99 0.44 0.95 0.35 0.97 0.42 0.38 U3: 9.41

5.45 6.32

4.98 4.95

3.51 4.52

2.65 4.65

2.66 1.30

MMM 5.09 3.01 3.40 3.10 2.53 1.95 2.37 1.47 2.51 1.46 1.30 MMD 4.32 2.43 2.93 1.88 2.42 1.55 2.15 1.19 2.14 1.20 nd nd = tidak terdeteksi 190 Tabel 8.5 Komposisi TAG hasil asidolisis enzimatik substrat sPMFAsam Stearat sebelum BF dan sesudah SF fraksinasi pada berbagai rasio berat substrat Jenis TAG area Rasio Berat Substrat sPMFAsam Stearat CB 5:1 5:2 5:3 5:4 5:5 BF SF BF SF BF SF BF SF BF SF PLL 0.85 0.36 0.58 0.38 0.53 0.43 0.59 0.41 0.54 0.00 0.38 OLO 2.73 1.19 1.77 1.30 1.45 1.29 1.30 1.10 1.26 0.75 nd PLO 6.76 3.41 4.91 3.65 4.32 3.86 4.26 3.66 4.13 2.62 0.90 PLP 3.96 3.20 2.72 3.05 2.45 2.69 2.46 2.63 2.56 2.28 1.81 OOO 3.67 1.78 2.40 2.25 1.83 2.16 1.65 1.59 1.49 1.15 1.30 SLO 2.71 1.67 3.79 3.30 4.23 4.12 4.18 3.93 4.16 2.99 nd POO 13.42 8.58 9.04 7.67 7.57 6.46 7.41 5.08 7.60 5.23 2.44 SLP 2.98 3.63 4.21 4.08 4.86 4.25 4.86 4.29 4.87 4.51 2.55 POP 15.43

24.83 10.75

14.89 9.21

11.80 9.28

11.95 9.50

12.31 15.40

PPP 5.55 1.46 3.84 0.81 2.48 0.85 2.24 0.92 2.19 1.06 0.69 SOO 7.07 5.40 8.40 6.26 8.92 6.65 9.06 6.73 9.14 6.88 3.08 SLS 1.14 nd 1.65 nd 2.45 nd 2.63 nd 2.62 nd nd POS 14.90

29.19 18.55

31.94 20.15

33.47 20.98

33.87 21.25

34.80 38.57

PPS 7.98 0.82 8.56 0.83 6.91 1.08 6.24 0.98 5.97 1.12 0.75 SOS 4.36

7.36 8.65

14.25 11.76

18.41 12.94

20.51 13.23

20.04 26.49

PSS 4.23 0.36 6.86 0.33 7.15 0.66 6.57 0.87 6.43 1.49 0.86 SOA nd nd nd nd nd nd nd nd nd nd 1.62 SSS 0.90 nd 1.92 nd 2.58 nd 2.45 nd 2.52 nd 0.42 TAG lain 1.38 6.75 1.40 5.00 1.15 1.81 0.91 1.49 0.55 2.77 2.74 DAG 14.7 3.53 11.82 3.86 10.66 4.91 9.78 3.86 8.25 3.15 2.51 ALB 18.53 nd 27.81 nd 35.55 nd 42.15 nd 47.64 nd 0.67 191

Dokumen yang terkait

Produksi Asam Palmitat dari Fraksi Stearat Minyak Sawit untuk Pengkayaan Komponen Cocoa Butter Equivalent pada Olein Minyak Sawit melalui Interesterifikasi Enzimatik

0 14 3

Penggunaan Lipase Dedak dan Lypozime dalam Boihidrolisis Olein Minyak Sawit dan Interesterifikasi Enzimatik untuk Menghasilkan Bahan Baku Cocoa Butter Equivalent (CBE)

0 11 93

Inkorporasi Asam Stearat dalam Minyak Sawit dengan Reaksi Interesterifikasi Enzimatik Untuk Pembuatan Cocoa Butter Equivalent

0 11 77

Studi Awal Penggunaan Lipase Dedak Padi dalam proses Interesterifikasi Enzimatik Menggunakan Bahan Baku Olein Minyak Sawit untuk Menghasilkan Cocoa Butter Equivalent (CBE)

0 7 77

Interesterifikasi Enzimatik dengan Lipase pada Campuran Minyak Sawit Merah dan Minyak Kelapa untuk Menghasilkan Bahan Baku Spreads Kaya β-Karoten

0 14 244

Inkorporasi Asam Stearat dalam Minyak Sawit dengan Reaksi Interesterifikasi Enzimatik Untuk Pembuatan Cocoa Butter Equivalent

0 15 67

Produksi Bahan Baku Spreads Kaya β-karoten Berbasis Minyak Sawit Merah Melalui Interesterifikasi Enzimatik Menggunakan Reaktor Batch

2 26 84

Penggunaan dedak dan lypozime dalam biohidrolisis olein minyak sawit dan interesterifikasi enzimatik untuk menghasilkan bahan baku Cocoa Butter Equivalent (CBE)

0 3 3

Produksi bahan baku spreads kaya b-karoten berbasis minyak sawit merah hasil interesterifikasi enzimatik menggunakan reaktor packed-bed kontinyu

0 6 133

Interesterifikasi Enzimatik dengan Lipase pada Campuran Minyak Sawit Merah dan Minyak Kelapa untuk Menghasilkan Bahan Baku Spreads Kaya β Karoten

0 7 126