2.01 1.98 Interesterifikasi enzimatik bahan baku berbasis minyak sawit untuk produksi cocoa butter equivalents

menggambarkan proses interesterifikasi antar TAG dengan katalis lipase berdasarkan pada pembentukan kompleks asil enzim. TAG 1 + E ↔ TAG 1 .E ↔ DAG 1 + FA 1 TAG .E [1] 2 + E ↔ TAG 2 .E ↔ DAG 2 + FA 2 DAG .E [2] 1 + FA 2 .E ↔ TAG 3 .E ↔ TAG 3 DAG + E [3] 2 + FA 1 .E ↔ TAG 4 .E ↔ TAG 4 TAG + E [4] 3 TAG .E ↔ …… [5] 4 FA .E ↔ …… [6] 1 .E + H 2 O ↔ FA 1 FA + E [7] 2 .E + H 2 O ↔ FA 2 + E [8] Menurut Zhang et al. 2001, reaksi akan terus berlanjut sampai mencapai kesetimbangan dalam sistem, proses ini akan melibatkan produksi intermediate baru dan pembentukan produk TAG baru Persamaan 1-6. Jika kandungan air dalam sistem meningkat, maka kandungan ALB FFA akan meningkat Persamaan 7-8, sedangkan FA 1 .E atau FA 2 Peningkatan konsentrasi TAG selama transesterifikasi, menurut Ghazali et al. 1995 dan Chen et al. 2007 dapat dinyatakan sebagai derajat interesterifikasi transesterifikasi DI yang didefinisikan sebagai total konsentrasi TAG area yang meningkat konsentrasinya pada waktu reaksi tertentu, [TAGI .E menurun. Konsekuensinya, kandungan DAG juga akan meningkat Persamaan 1-2. Oleh karena itu, produk TAG baru hasil interesterifikasi yang dihasilkan akan menurun. t ], terhadap total konsentrasi TAG area yang meningkat tersebut pada awal reaksi, [TAGI ]. Sedangkan [TAGI t ] dan [TAGI Pada Gambar 5.2 dapat dilihat Derajat Interesterifikasi DI masing- masing jenis substrat pada berbagai waktu reaksi. TAG yang meningkat konsentrasinya setelah transesterifikasi adalah TAG SLO, SLP, PPP, SOO, SLS, POS, PPS dan SOS, sehingga dijadikan dasar perhitungan DI. Jenis-jenis TAG selengkapnya yang meningkat dan yang menurun konsentrasinya serta yang terbentuk selama proses transesterifikasi dapat dilihat pada Tabel 5.4. ] dihitung relatif terhadap total konsentrasi TAG pada masing-masing campuran reaksi. Tabel 5.4 Perubahan komposisi TAG substrat setelah transesterifikasi enzimatik Perubahan komposisi TAG Jenis TAG TAG yang meningkat konsentrasinya PPP, SOO, POS, PPS, SOS TAG yang menurun konsentrasinya PLL, OLO, PLO, PLP, OOO, POO, POP, PSS, SSS TAG baru yang terbentuk SLO, SLP, SLS Pada Gambar 5.2 terlihat bahwa substrat Olein SawitFHSO mempunyai DI yang paling tinggi diikuti oleh substrat sPMFFHSO dan RBDPOFHSO pada semua waktu reaksi. Pada substrat Olein SawitFHSO terlihat bahwa konsentrasi TAG SOS meningkat paling tinggi relatif terhadap TAG SOS awal, diikuti TAG POS dan PPP. Peningkatan konsentrasi tersebut juga relatif paling tinggi dibandingkan dengan substrat RBDPOFHSO dan sPMFFHSO. Sebagai ilustrasi, TAG SOS dan POS dapat terbentuk dari reaksi transesterifikasi antara TAG POP atau POO dengan TAG SSS atau PSS dengan katalis lipase spesifik-1,3: POP + SSS → POS + SOS + PSS + PSP POP + PSS → POP + POS + PSP + PSS POO + SSS → POS + SOO + PSS + SSO + SOS POO + PSS → POS + POP + POO + SOO + PSP + PSO + PSS + OSS Konsentrasi TAG POP+POO dan TAG SSS+PSS yang tinggi dalam substrat tidak selalu menghasilkan produk TAG POS dan SOS dengan konsentrasi yang tinggi pula. Hal ini mengindikasikan bahwa proporsi antara TAG POP+POO dan TAG SSS+PSS yang menentukan konsentrasi TAG POS dan SOS yang dihasilkan. Sebagaimana nilai DI yang terlihat pada Gambar 5.2, substrat Olein SawitFHSO diduga memberikan komposisi TAG substrat yang paling proporsional, sehingga memberikan peningkatan konsentrasi TAG yang paling tinggi relatif terhadap konsentrasi TAG substrat awal. Analogi yang sama juga berlaku untuk substrat sPMFFHSO dan RBDPOFHSO. Sementara itu, DI mulai menunjukkan nilai konstan setelah waktu reaksi 8-12 jam. Menurut Zhang et al. 2001, interesterifikasi dari campuran stearin sawit dan minyak kelapa 75:25, bb dengan katalis Lipozyme TL IM sedikitnya membutuhkan 6 enzim untuk mencapai kesetimbangan derajat interesterifikasi dalam 6 jam reaksi pada suhu 60°C. DI dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan waktu reaksi yang sesuai untuk menghasilkan TAG target yang diinginkan atau untuk mengetahui sampai seberapa lama tidak ada lagi peningkatan konsentrasi TAG dengan bertambahnya waktu reaksi. Selain itu, DI juga dapat disetarakan dengan aktivitas interesterifikasi jika konsentrasi enzim serta kondisi reaksi diperhitungkan. Sementara itu, Bloomer et al. 1990 mengukur aktivitas interesterifikasi berdasarkan reaksi etil stearat dan PMF yang dinyatakan sebagai inkorporasi stearat ke dalam TAG monounsaturated dari produk, yang dirumuskan dengan formula: Σ = POS + 2 [ SOS] 2 POP + POS + SOS x 100 Selanjutnya formula tersebut dalam penelitian ini dinyatakan sebagai indeks CBE IC seperti yang dilakukan oleh Satiawihardja et al. 2001 untuk mengetahui kedekatan proporsi TAG POP, POS dan SOS hasil interesterifikasi maupun hasil fraksinasi produk interesterifikasi CBE terhadap proporsi TAG utama CB tersebut. CB yang digunakan pada penelitian ini mempunyai indeks CBE 56.89 POP = 15.40, POS = 38.57, SOS = 26.49. Pada Gambar 5.2 juga dapat dilihat indeks CBE IC masing-masing jenis substrat setelah interesterifikasi pada berbagai waktu reaksi. Proses transesterifikasi mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai IC. Sebagai contoh setelah waktu reaksi 2 jam, IC substrat Olein SawitFHSO meningkat dari 10.53 menjadi 48.27. Hal yang sama juga terjadi pada substrat RBDPOFHSO dan sPMFFHSO. Nilai IC terus meningkat sampai waktu reaksi 8-12 jam dan setelah waktu reaksi tersebut nilai IC cenderung konstan. Substrat Olein SawitFHSO juga memberikan nilai IC tertinggi seperti halnya nilai DI pada semua waktu reaksi, tetapi berbeda untuk substrat RBDPOFHSO dan sPMFFHSO yang memberikan nilai IC yang hampir sama, tetapi nilai DI-nya berbeda. Nilai DI dan IC tidak selalu seiring dalam peningkatan atau penurunannya, karena dasar perhitungannya berbeda. Walaupun demikian, nilai DI dan IC dapat dijadikan dasar untuk penentuan waktu reaksi yang tepat apabila proporsi TAG target sangat menentukan seperti halnya dalam sintesis komponen CBE. Keterangan: RF, Substrat RBDPOFHSO; OF, substrat Olein SawitFHSO; PF, substrat sPMFFHSO; CB, Cocoa Butter Gambar 5.2 Derajat Interesterifikasi DI atas dan Indeks CBE IC bawah masing-masing jenis substrat pada berbagai waktu reaksi Nilai IC memberikan gambaran tentang proporsi TAG utama CB POP, POS dan SOS dalam substrat maupun hasil interesterifikasinya. Seperti halnya dengan nilai DI, proporsi TAG POP+POO dan SSS+PSS dalam substrat sangat menentukan konsentrasi TAG target POS dan SOS yang terbentuk, sebagaimana reaksi yang diilustrasikan sebelumnya. Substrat Olein SawitFHSO memberikan komposisi TAG substrat dengan proporsi yang paling baik, sehingga memberikan nilai IC yang paling tinggi. Sedangkan substrat RBDPOFHSO dan sPMFFHSO memberikan nilai IC yang hampir sama. Pada Tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 dapat dilihat pula pengelompokan TAG berdasarkan kejenuhanketidakjenuhannya Neff et al. 1999; Silva et al. 2009 untuk masing-masing jenis substrat pada berbagai rasio berat. Secara umum, proses transesterifikasi mengakibatkan peningkatan kelompok TAG St2U terutama StStM, sedangkan kelompok TAG yang lain mengalami penurunan. Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya TAG target POS dan SOS yang termasuk kelompok StStM. Perubahan paling besar terlihat pada awal reaksi waktu reaksi 2 jam, selanjutnya hanya terjadi sedikit perubahan pada konsentrasi masing-masing kelompok TAG pada waktu-waktu reaksi berikutnya. Komposisi TAG St3, St2U, StU2, U3 relatif konstan setelah waktu reaksi 8-12 jam. Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Profil SFC dan SMP Pada Gambar 5.3 dan 5.4 disajikan profil SFC masing-masing substrat RBDPOFHSO, Olein SawitFHSO, sPMFFHSO, 1:1 bb setelah reaksi interesterifikasi pada berbagai waktu reaksi. Perubahan yang terjadi dalam komposisi TAG substrat tercermin dalam profil SFC. Seperti halnya yang terjadi pada komposisi TAG yang tidak banyak berubah setelah 8-12 jam waktu reaksi, maka keadaan tersebut juga tercermin dalam profil SFC. Profil SFC untuk masing-masing jenis substrat pada berbagai waktu reaksi menunjukkan profil yang sangat mirip hampir berhimpit, kecuali SFC substrat awal dan waktu reaksi 2 jam. Secara umum, SFC substrat awal dan substrat pada waktu reaksi 2 jam terlihat lebih rendah nilai SFC-nya dibawah suhu pengukuran 30-35°C dan lebih tinggi di atas suhu pengukuran 30-35°C dibandingkan dengan Gambar 5.3 Profil SFC substrat RBDPOFHSO atas dan substrat Olein SawitFHSO bawah setelah transesterifikasi enzimatik pada berbagai waktu reaksi waktu reaksi yang lain. Hal ini berkaitan dengan komposisi TAG yang berbeda, substrat awal dan waktu reaksi 2 jam mengandung TAG St3 titik leleh 56-65°C dan TAG St2U titik leleh 27-42°C yang lebih rendah serta TAG StU2 6-23°C dan U3 titik leleh -13-1°C yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu reaksi lainnya. Selain itu, juga mungandung DAG dan ALB yang lebih rendah dibandingkan dengan waktu reaksi lainnya. Gambar 5.4 Profil SFC substrat sPMFFHSO setelah transesterifikasi enzimatik pada berbagai waktu reaksi Seperti halnya dengan nilai SFC, nilai SMP produk transesterifikasi tidak berbeda jauh setelah waktu reaksi 8-12 jam. Pada Tabel 5.5 terlihat bahwa SMP produk transesterifikasi untuk berbagai jenis substrat pada berbagai waktu reaksi tidak Tabel 5.5 SMP masing-masing jenis substrat 1:1, bb setelah transesterifikasi enzimatik pada berbagai waktu reaksi Waktu Reaksi Jenis Substrat RBDPOFHSO 1:1, bb OleinFHSO 1:1, bb sPMFFHSO 1:1, bb S M P °C 0 jam 2 jam 4 jam 8 jam 12 jam 16 jam 20 jam 24 jam 57.5-58.2 50.8-51.0 47.7-48.9 49.0-49.6 47.5-47.7 47.8-48.0 47.2-47.6 47.4-48.0 56.9-57.3 49.2-49.7 47.0-47.1 47.6-48.0 45.8-46.0 46.5-47.1 45.6-46.2 46.2-46.8 56.4-57.8 50.4-51.0 47.8-48.0 49.0-49.1 46.6-47.0 47.1-47.5 47.5-47.8 47.0-47.2 banyak berbeda. Nilai SMP yang lebih tinggi hanya terlihat pada awal reaksi waktu reaksi 0 dan 2 jam, selanjutnya untuk waktu reaksi berikutnya nilai SMP untuk masing-masing jenis substrat menunjukkan nilai yang hampir sama. Profil SFC maupun profil TAG yang hampir sama akan memberikan nilai SMP yang hampir sama pula. Pengaruh Rasio Substrat Terhadap Komposisi TAG Pada penelitian ini dipelajari pengaruh rasio berat substrat campuran masing-masing fraksi minyak sawit dengan FHSO terhadap komposisi TAG setelah reaksi transesterifikasi enzimatik. Komposisi TAG pada masing-masing jenis substrat sebelum dan sesudah reaksi transesterifikasi disajikan pada Tabel 5.6 RBDPOFHSO, Tabel 5.7 Olein SawitFHSO, dan Tabel 5.8 sPMFFHSO. Sementara itu, TAG target POS dan SOS untuk masing-masing jenis substrat memperlihatkan kecenderungan bahwa semakin tinggi rasio FHSO yang ditambahkan, maka semakin tinggi pula konsentrasi SOS yang terbentuk, sebaliknya konsentrasi POP semakin menurun. Sedangkan tinggi rendahnya POP, tergantung dari tinggi rendahnya konsentrasi POP pada substrat awal. Sementara itu, konsentrasi POS meningkat dengan meningkatnya rasio FHSO sampai rasio 1:1 bb, selanjutnya konsentrasi TAG POS menurun dengan meningkatnya proporsi FHSO. TAG POS menjadi TAG dominan untuk masing-masing jenis substrat pada semua rasio berat substrat. Pada Gambar 5.5 dapat dilihat Derajat Interesterifikasi DI masing- masing jenis substrat pada berbagai rasio berat. TAG yang dijadikan dasar perhitungan DI hampir sama dengan sebelumnya. Hanya saja untuk substrat RBDPOFHSO, TAG PPP tidak diperhitungkan karena konsentrasinya menurun. Masing-masing jenis substrat mempunyai nilai DI yang hampir sama untuk masing-masing rasio berat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proporsi masing- masing jenis TAG pada substrat awal yang sangat menentukan komposisi TAG yang dihasilkan setelah reaksi transesterifikasi enzimatik sebagaimana fenomena yang telah diuraikan sebelumnya. Tabel 5.6 Komposisi TAG substrat RBDPOFHSO sebelum BT dan sesudah ST transesterifikasi enzimatik pada berbagai rasio berat Jenis TAG area Rasio Berat Substrat RBDPOFHSO Rasio 2:1 Rasio 3:2 Rasio 1:1 Rasio 2:3 Rasio 1:2 BT ST BT ST BT ST BT ST BT ST PLL 1.60 0.84 1.54 0.75 1.34 0.67 1.19 0.71 1.14 0.66 OLO 1.49 1.36 1.48 1.07 1.41 0.87 1.26 0.45 1.17 0.00 PLO 6.29 4.41 5.87 4.12 4.98 3.73 4.21 1.87 3.90 1.50 PLP 5.33 3.24 4.83 2.75 4.03 2.69 3.19 1.86 2.77 1.53 OOO 3.27 1.94 3.08 1.46 2.96 0.97 2.84 0.39 2.75 0.39 SLO nd 1.81 nd 2.02 nd 2.39 nd 2.15 nd 1.82 POO 16.27 9.37 14.96 7.45 12.39 5.88 10.34 3.32 9.08 2.40 SLP nd 2.69 nd 2.97 nd 3.55 nd 2.92 nd 2.90 POP 20.20

13.15 18.42 11.30 14.85 9.27

12.16 6.24

10.40 5.09

PPP 5.33 6.00 4.97 5.52 4.32 4.64 3.64 3.84 3.31 3.41 SOO 2.17 5.17 2.06 5.33 1.75 5.71 1.50 3.80 1.32 3.35 SLS nd 0.70 nd 0.95 nd 1.70 nd 1.78 nd 1.86 POS 3.68

15.60 3.28

16.20 2.73

16.49 2.27

15.34 2.00

14.85 PPS 5.77 12.05 6.46 13.06 7.81 12.13 9.21 14.49 10.26 14.30 SOS

0.56 5.25

0.50 6.46

0.49 8.44

0.44 9.24

0.43 9.81

PSS 12.62 8.76 15.21 11.36 19.41 13.92 22.82 20.13 26.69 22.30 SSS 11.12 2.30 13.71 3.42 17.46 6.01 18.81 9.31 20.65 11.73 TAG lain 4.33 5.36 3.65 3.81 4.06 0.94 6.11 2.17 4.13 2.10 DAG 5.35 14.89 5.14 15.05 5.00 14.54 4.59 14.34 4.20 14.54 ALB 0.16 4.66 0.16 4.53 0.16 4.61 0.16 4.71 0.16 4.71 St3: 34.83

29.11 40.35 33.36 49.01 36.69 54.48 47.77 60.91 51.75

StStSt 34.83

29.11 40.35 33.36 49.01 36.69 54.48 47.77 60.91 51.75

St2U: 29.77 40.63 27.02 40.63 22.11 42.14 18.06 37.37 15.60 36.04 StStM 24.44 34.00 22.19 33.96 18.08 34.20 14.87 30.82 12.83 29.74 StStD 5.33 6.62 4.83 6.67 4.03 7.94 3.19 6.56 2.77 6.30 StU2: 26.32

21.60 24.43 19.67 20.45 18.38 17.25 11.85 15.44 9.72

StMM 18.44 14.54 17.02 12.78 14.14 11.59 11.84 7.12 10.40 5.75 StMD 6.29 6.22 5.87 6.14 4.98 6.12 4.21 4.03 3.90 3.32 StDD 1.60 0.84 1.54 0.75 1.34 0.67 1.19 0.71 1.14 0.66 U3: 4.75

3.31 4.55

2.53 4.37

1.84 4.10

0.84 3.91

0.39 MMM 3.27 1.94 3.08 1.46 2.96 0.97 2.84 0.39 2.75 0.39 MMD 1.49 1.36 1.48 1.07 1.41 0.87 1.26 0.45 1.17 nd nd = tidak terdeteksi Tabel 5.7 Komposisi TAG substrat Olein SawitFHSO sebelum BT dan sesudah ST transesterifikasi enzimatik pada berbagai rasio berat Jenis TAG area Rasio Berat Substrat Olein SawitFHSO Rasio 2:1 Rasio 3:2 Rasio 1:1 Rasio 2:3 Rasio 1:2 BT ST BT ST BT ST BT ST BT ST PLL 2.49 1.27 2.28 1.08 2.07 0.86 1.71 0.61 1.59 0.41 OLO 2.02 2.46 1.94 1.97 1.78 1.24 1.59 0.69 1.51 0.43 PLO 9.23 6.34 8.37 5.25 7.62 3.92 6.09 2.53 5.37 2.05 PLP 6.80 3.62 6.04 3.66 5.12 2.65 4.12 2.03 3.54 1.31 OOO 4.21 3.23 4.09 2.22 3.59 1.36 3.21 0.52 2.97 0.46 SLO nd 3.31 nd 3.46 nd 3.38 nd 3.41 nd 2.25 POO 20.67 10.70 18.51 8.65 16.37 5.93 13.26 3.63 11.40 2.54 SLP nd 3.31 nd 3.74 nd 4.23 nd 3.91 nd 3.71 POP 17.26 11.60 15.57

9.90 13.71

7.72 10.49

5.68 8.91

4.55 PPP 0.59 3.67 0.63 3.59 0.69 3.04 0.80 2.99 0.85 2.70 SOO 2.82 7.30 2.77 7.04 2.26 6.39 1.89 5.05 1.51 3.99 SLS nd 1.05 nd 1.56 nd 2.30 nd 2.56 nd 2.70 POS 3.41

15.11 3.10

16.35 2.61

16.47 2.09

15.72 1.74

15.05 PPS 4.51 8.38 5.57 9.69 7.05 10.48 8.31 12.01 9.33 12.42 SOS 0.64

5.82 0.52

7.58 0.46

9.22 0.45

10.43 0.40

10.96 PSS 12.22 8.06 14.85 9.51 18.85 13.00 23.14 17.03 25.99 20.41 SSS 11.15 1.99 13.68 3.20 16.53 5.40 20.70 8.46 22.73 11.70 TAG lain 1.98 2.76 2.08 1.55 1.28 2.41 2.15 2.74 2.16 2.37 DAG 5.73 14.72 5.02 15.15 4.89 15.20 4.15 14.66 3.95 14.83 ALB 0.15 5.07 0.15 4.46 0.16 5.54 0.16 4.61 0.16 3.94 St3: 28.47 22.10 34.73 25.98 43.12 31.92 52.95 40.48 58.90 47.22 StStSt 28.47 22.10 34.73 25.98 43.12 31.92 52.95 40.48 58.90 47.22 St2U: 28.10 40.53 25.23 42.80 21.90 42.59 17.14 40.34 14.59 38.29 StStM 21.30 32.54 19.19 33.84 16.78 33.42 13.02 31.83 11.05 30.57 StStD 6.80 7.99 6.04 8.96 5.12 9.18 4.12 8.51 3.54 7.72 StU2: 35.21 28.93 31.94 25.48 28.33 20.49 22.95 15.23 19.88 11.23 StMM 23.49 18.00 21.28 15.69 18.63 12.32 15.15 8.67 12.91 6.53 StMD 9.23 9.66 8.37 8.71 7.62 7.31 6.09 5.94 5.37 4.29 StDD 2.49 1.27 2.28 1.08 2.07 0.86 1.71 0.61 1.59 0.41 U3: 6.23

5.69 6.02

4.20 5.36

2.60 4.80

1.21 4.48

0.89 MMM 4.21 3.23 4.09 2.22 3.59 1.36 3.21 0.52 2.97 0.46 MMD 2.02 2.46 1.94 1.97 1.78 1.24 1.59 0.69 1.51 0.43 nd = tidak terdeteksi Tabel 5.8 Komposisi TAG substrat sPMFFHSO sebelum BT dan sesudah ST transesterifikasi enzimatik pada berbagai rasio berat Jenis TAG area Rasio Berat Substrat sPMFFHSO 2:1 3:2 1:1 2:3 1:2 BT ST BT ST BT ST BT ST BT ST PLL 1.56 0.91 1.39 0.73 1.33 0.65 1.20 0.55 1.15 0.40 OLO 1.38 1.55 1.37 1.23 1.29 0.90 1.25 0.49 1.20 0.33 PLO 6.12 5.01 5.65 3.97 4.85 3.03 4.13 2.19 3.83 1.70 PLP 6.01 3.48 5.58 3.00 4.54 2.27 3.71 1.72 3.13 1.36 OOO 3.11 2.08 2.84 1.57 2.79 1.10 2.59 0.58 2.52 0.43 SLO 0.00 2.59 0.00 2.52 0.00 2.36 0.00 2.04 0.00 1.66 POO 13.92 10.00 12.83 6.93 10.87 5.74 9.04 3.46 8.15 2.44 SLP nd 3.16 nd 3.01 nd 3.70 nd 3.58 nd 3.37 POP 26.10 13.55 23.21 11.71 19.23 8.96 15.37 6.66 13.29 5.45 PPP 1.61 5.41 1.56 5.22 1.54 4.40 1.37 3.58 1.35 3.29 SOO 1.95 5.85 1.79 5.84 1.70 5.18 1.36 4.35 1.21 3.55 SLS nd 1.07 nd 1.12 nd 1.64 nd 2.21 nd 2.30 POS 5.17 16.48 4.72 17.00 4.03 17.20 3.16 16.75 2.70 15.64 PPS 4.99 10.93 5.66 12.41 6.96 13.05 8.19 13.14 9.39 13.38 SOS 0.72 5.66 0.69 6.62 0.58 8.58 0.58 10.10 0.51 10.60 PSS 12.96 7.99 14.70 10.77 18.38 14.17 22.12 18.06 25.20 20.93 SSS 11.90 2.09 13.61 3.24 17.17 5.43 20.87 8.34 22.91 10.81 TAG lain 2.51 2.19 4.42 3.11 4.71 1.62 5.04 2.20 3.45 2.33 DAG 4.24 14.27 4.21 14.74 4.06 14.13 3.98 14.19 3.69 14.22 ALB 0.12 4.83 0.13 5.07 0.14 4.84 0.14 4.85 0.15 4.71 St3: 31.46 26.42 35.53 31.64 44.05 37.05 52.56 43.13 58.85 48.41 StStSt 31.46 26.42 35.53 31.64 44.05 37.05 52.56 43.13 58.85 48.41 St2U: 37.99 43.41 34.19 42.45 28.40 42.36 22.82 41.02 19.63 38.74 StStM 31.99 35.69 28.62 35.33 23.85 34.75 19.11 33.51 16.50 31.70 StStD 6.01 7.72 5.58 7.13 4.54 7.61 3.71 7.51 3.13 7.04 StU2: 23.55 24.35 21.65 19.98 18.75 16.96 15.74 12.59 14.35 9.76 StMM 15.87 15.85 14.62 12.76 12.57 10.92 10.41 7.80 9.37 5.99 StMD 6.12 7.60 5.65 6.49 4.85 5.39 4.13 4.23 3.83 3.36 StDD 1.56 0.91 1.39 0.73 1.33 0.65 1.20 0.55 1.15 0.40 U3: 4.49

3.63 4.21

2.81 4.09

2.01 3.84

1.07 3.73

0.76 MMM 3.11 2.08 2.84 1.57 2.79 1.10 2.59 0.58 2.52 0.43 MMD 1.38 1.55 1.37 1.23 1.29 0.90 1.25 0.49 1.20 0.33 nd = tidak terdeteksi

Dokumen yang terkait

Produksi Asam Palmitat dari Fraksi Stearat Minyak Sawit untuk Pengkayaan Komponen Cocoa Butter Equivalent pada Olein Minyak Sawit melalui Interesterifikasi Enzimatik

0 14 3

Penggunaan Lipase Dedak dan Lypozime dalam Boihidrolisis Olein Minyak Sawit dan Interesterifikasi Enzimatik untuk Menghasilkan Bahan Baku Cocoa Butter Equivalent (CBE)

0 11 93

Inkorporasi Asam Stearat dalam Minyak Sawit dengan Reaksi Interesterifikasi Enzimatik Untuk Pembuatan Cocoa Butter Equivalent

0 11 77

Studi Awal Penggunaan Lipase Dedak Padi dalam proses Interesterifikasi Enzimatik Menggunakan Bahan Baku Olein Minyak Sawit untuk Menghasilkan Cocoa Butter Equivalent (CBE)

0 7 77

Interesterifikasi Enzimatik dengan Lipase pada Campuran Minyak Sawit Merah dan Minyak Kelapa untuk Menghasilkan Bahan Baku Spreads Kaya β-Karoten

0 14 244

Inkorporasi Asam Stearat dalam Minyak Sawit dengan Reaksi Interesterifikasi Enzimatik Untuk Pembuatan Cocoa Butter Equivalent

0 15 67

Produksi Bahan Baku Spreads Kaya β-karoten Berbasis Minyak Sawit Merah Melalui Interesterifikasi Enzimatik Menggunakan Reaktor Batch

2 26 84

Penggunaan dedak dan lypozime dalam biohidrolisis olein minyak sawit dan interesterifikasi enzimatik untuk menghasilkan bahan baku Cocoa Butter Equivalent (CBE)

0 3 3

Produksi bahan baku spreads kaya b-karoten berbasis minyak sawit merah hasil interesterifikasi enzimatik menggunakan reaktor packed-bed kontinyu

0 6 133

Interesterifikasi Enzimatik dengan Lipase pada Campuran Minyak Sawit Merah dan Minyak Kelapa untuk Menghasilkan Bahan Baku Spreads Kaya β Karoten

0 7 126