Pemberdayaan Masyarakat sebagai Strategi dalam Pembangunan .1 Pengertian Masyarakat
2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat sebagai Strategi dalam Pembangunan 2.1.3.1 Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat di dalam Bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris society atau community Nasdian, 2003. Konsep society dan
community memiliki perbedaan. Koentjaraningrat 1981, menyebutkan bahwa society merupakan kesatuan
hidup manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama. Cirinya ada tiga;
adanya interaksi antar anggotanya, adanya pola tingkah laku yang khas dalam semua faktor kehidupannya, dan adanya rasa identitas diri antara anggotanya.
Sedangkan community merupakan komunitas atau masyarakat setempat, Nasdian, 2003. Koentjaraningrat 1981, menyebut komunitas sebagai satu
kesatuan manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat serta yang terikat oleh rasa identitas komunitas.
Dasar-dasar komunitas adalah sifat lokalitas dan perasaan masyarakat setempat Soemarjan, 1962 dikutip Nasdian, 2003.
Menurut Ife 1995 dikutip Nasdian 2003, komunitas dibagi menjadi dua, yakni geographical community dan functional community. Geographical
community didasarkan bahwa komunitas yang terlibat atas kesamaan lokalitas atau satu kesatuan tempat tinggal. Functional community didasarkan bahwa komunitas
yang terikat adalah komunitas berdasarkan pada hal lain yang lebih umum dan menimbulkan rasa identitas sendiri.
Sementara itu, Soekanto 2002, menyebut komunitas adalah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan
kepentingan bersama baik yang bersifat fungsional maupun teritorial. Pesantren adalah sebuah institusi pendidikan keagamaan tertua yang
tumbuh dan berkembang secara swadaya dalam masyarakat muslim Indonesia. Lembaga pendidikan yang khas Indonesia indigenous ini bisa dilacak sejak awal
kehadiran dan da’wah Islam di Indonesia. Pesantren merupakan pioner dan corong sosialisasi Islam di Indonesia, bahkan pada era kolonialisme, pesantren tidak saja
bermain dalam wilayah da’wah dan pendidikan akan tetapi juga secara signifikan telah memberikan kontribusi bagi terwujudnya iklim kemerdekaan Mastuhu,
1994. Kata pesantren berasal dari akar kata santri dengan awalan pe dan
akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Di dalam istilah lain, kata santri berasal dari
kata shastri yang dalam bahasa India adalah orang-orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu
Zamakhsari;1983 dikutip Mastuhu, 1994. Sejak awal keberadaannya hingga perkembangan yang terakhir, pesantren
dapat didefinisikan sebagai lembaga pendidikan yang sekurang-kurangnya memiliki tiga unsur, yaitu: Pertama, kiai sebagai tokoh spiritual yang memiliki,
yang mendidik dan mengajar di pesantren yang bersangkutan. Kedua, santri yakni orang-orang yang punya kesadaran untuk menjadi orang saleh dan karenanya mau
belajar. Ketiga, masjid tempat mereka belajar dan mengajar Bernadien, 2009.
Hampir seluruh pesantren di Indonesia konsisten dengan ketiga unsur yang menjadi definisi lembaga pendidikan itu.
Sejarah menunjukkan bahwa pesantren mempunyai akar tradisi yang sangat kuat di lingkungan masyarakat Indonesia yang merupakan produk budaya
asli masyarakat Indonesia. Sejak awal kehadirannya pesantren telah me- nunjukkan watak populisnya dengan memberikan sistem pendidikan yang dapat
diakses oleh semua golongan masyarakat. Hal itu merupakan pengejawantahan dari konsep “ummah” dalam Islam yang menempatkan harkat dan martabat
manusia secara egaliter di hadapan Tuhan Mastuhu, 1994. Oleh karena itu masyarakat pesantren merupakan kelompok sosial yang hidup di pondok dengan
kegiatan utama belajar ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan umum.