Hn, keterbatasan yang dimiliki oleh para pengelola dengan tingkat pendidikan yang berbeda bukan merupakan suatu kendala. Hal itu didasarkan pada spesifikasi
bidang yang mereka kerjakan karena pada dasarnya mereka bisa diberikan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan mereka sesuai spesifikasi kerja yang
dilakukan. End juga menyampaikan bahwa selain pengelola pada tataran teknis dimagangkan, mereka juga selalu diberikan pelatihan sampai bisa seiring proses
waktu yang ada. Hal ini juga diakui oleh Mar, meskipun dia hanya lulus SD, dengan pelatihan yang diberikan melalui magang dan pengetahuan teknis secara
berkesinambungan dari pengelola yang lebih berpengalaman, akhirnya juga mampu mempraktekkan pembuatan produk olahan susu yang siap bersaing di
pasar.
“Saya mah cuma lulusan SD Mas. Dulu tidak bisa sama sekali membuat yoghurt. Awalnya susah banget, kemasannya ada yang kegedhean, kadang ada
yang kekecilan. Setelah diberi pelatihan dan diajari sama Mas Yus terus- menerus, lama-lama akhirnya juga bisa”.
Dengan demikian, pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi untuk dikembangkan, termasuk para pengelola usaha agribisnis LM3 di Pesantren
Pertanian Darul Fallah. Syarat bagi mereka untuk berkembang dan siap bersaing dengan manusia lainnya adalah dengan memberikan mereka pengetahuan dan
ketrampilan melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, magang, sekolah lapang dan semacamnya yang dilakukan secara kontinyu.
6.1.2 Sumberdaya Alam dan Sarana Prasarana
Sumberdaya alam merupakan faktor pendukung dari setiap kegiatan agribisnis dalam bidang apapun. Adapun sumberdaya alam yang dimiliki oleh
Pesantren Pertanian Darul Fallah untuk kegiatan agribisnis peternakan antara lain;
lahan untuk pananaman rumput seluas kurang lebih satu hektar dan sumber air yang melimpah. Sampai dengan penelitian dilakukan, lahan yang berada dilokasi
peternakan ditanami rumput sebagai pakan ternak. Selain itu, sebagian lahan digunakan untuk mendirikan sarana prasarana berupa bangunan, antara lain : dua
buah kandang sapi perah, dua buah kandang kambing peranakan etawa kambing perah, sebuah pabrik pakan ternak, sebuah tempat pengolahan kompos, satu buah
kantor dan mes, tempat pembuatan gas, serta satu buah bangunan untuk pengolahan susu dilengkapi sarana pertemuan. Letak semua sarana bangunan
tersebut saling berdekatan dan saling berhadapan di antara jalan berbatu sehingga memudahkan pengelola melakukan kontrol. Di sekitar bangunan nampak hijau
oleh rimbunnya rumput gajah yang telah ditanam oleh pengelola untuk persediaan makan ternak.
Dokumentasi : Tarjo 2008
Gambar 13. Sarana Kandang Kambing Perah
Sementara itu, guna melengkapi sarana prasarana yang ada, terdapat sebuah unit computer, tiga buah freezer penampung produk, dua buah kulkas, dua
mesin pengolah termasuk alat pasteurisasi, penyaring susu, kaleng-kaleng penampung susu, dan mesin pengolah pakan. Selain itu, untuk memperlancar
pemasaran terdapat sebuah mobil pick up, sebuah mobil APV dan sebuah sepeda motor. Menurut End, keberadaan sumberdaya alam dan sarana prasarana sangat
mendukung proses kegiatan agribisnis. Sebagaimana adanya sepeda motor dan mobil yang sangat bermanfaat sebagai sarana transportasi. Hal ini diakui oleh
Qqn, pengelola:
“Berkat bantuan dana dari Departemen Pertanian melalui Dirjen P2HP, kami memakai dana tersebut untuk membeli sarana berupa mobil dan motor.
Sebelum ada sarana tersebut, dulu kami memasarkan produk dengan sarana kami sendiri sehingga kurang efektif. Setelah adanya sarana, kami tidak susah
lagi dalam mendistribusikan produk kepada agen-agen maupun konsumen kami sehingga terasa lebih efektif”.
6.1.3 Peluang Pasar
Produk agribisnis peternakan yang diproduksi oleh usaha agribisnis LM3 Pesantren Pertanian Darul Fallah memiliki peluang pasar yang sangat besar. Hal
ini didasarkan pada jenis produk olahan yang belum dikenal oleh sebagian besar masyarakat atau konsumen. Menurut Qqn, sekarang ini banyak produk jajanan
yang justru membahayakan konsumen yang notabene adalah anak-anak. Produk olahan dengan bahan baku susu disertai teknik pengolahan yang teliti dengan
mengedepankan sisi kesehatan lambat laun akan semakin dikenal oleh masyarakat. Inilah yang menjadi keyakinan dari para pengelola usaha agribisnis
LM3 Pesantren Pertanian Darul Fallah. Selain itu, peluang pasar juga dimiliki pada usaha pengolahan pakan
ternak apabila dapat dilaksanakan. Menurut End, sudah banyak pengusaha sapi,
kambing yang sifatnya kelompok usaha maupun perorangan yang meminta dibuatkan pakan ternak berupa konsentrat dari usaha agribisnis yang dilakukan
oleh Pesantren Pertanian Darul Fallah. Mereka menilai produk pakan ternak yang diproduksi oleh unit agribisnis ini memiliki kualitas yang lebih baik dibanding
produk dari tempat lain. Hal ini menurut Ys, berkaitan dengan pencampuran bahan baku dimana pengelola benar-benar memperhatikan komposisi masing-
masing bahan baku dengan melihat kadar kandungan zat yang ada di dalam produk olahan sehingga kualitasnya menjadi baik. Selain itu, unit usaha ini juga
memiliki motif menjaga hubungan terhadap konsumen dengan memberikan kualitas yang terbaik.
Peluang pasar inilah yang merupakan salah satu faktor pendorong bagi proses pemberdayaan pada pengembangan LM3 di Pesantren Pertanian Darul
Fallah. Berbekal kemampuan, pengetahuan, dan ketrampilan yang dimiliki, para pengelola semakin termotivasi dalam mengembangkan usahanya.
Dokumentasi : Tarjo 2008
Gambar 14. Sarana Mesin Pengolah Pakan Ternak
6.2 Faktor Penghambat 6.2.1 Modal Usaha
Modal merupakan salah satu aspek penting dalam usaha agribisnis karena tanpa adanya modal, mustahil kegiatan agribisnis dapat berjalan. Modal dapat
berupa modal keuangan dan modal non keuangan seperti trust atau kepercayaan. Di dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
LM3 di Pesantren Pertanian Darul Fallah, faktor penghambat modal yang dimaksud adalah modal keuangan. Berdasarkan informasi dari End, bahwa model
bantuan modal yang diberikan oleh Deptan RI terpisah-pisah sesuai dengan departemen atau ditjen masing-masing. Ditjen P2HP memberikan bantuan pada
sektor pengolahan dan pemasaran, sedangkan BPSDMP menitikberatkan pada pengembangan SDM pertanian. Hal ini menjadi penghambat para pengelola
dalam memprioritaskan bidang yang akan didahulukan. Selanjutnya, Hn menegaskan bahwa bantuan yang diberikan jika harus
diperuntukkan kepada salah satu bidang tidak akan mampu mensinergikan jalannya usaha agribisnis karena sifat usaha agribisnis yang mengalir dari sektor
hulu ke hilir, jika salah satu tidak berjalan maka yang lainnya mengalami hambatan. Seperti halnya P2HP, mengalokasikan dana untuk pembelian alat
pengolahan susu saja, jika di bidang produksinya tidak berjalan maka tidak akan terjadi proses pengolahan susu. Begitu juga dengan bantuan dari ditjen BPSDMP
yang mengalokasikan dana untuk budidaya sapi, jika terdapat produksi susu tanpa adanya alat pengolahan maka usaha pegolahan susu tidak akan berjalan.
Maka langkah yang diambil oleh pengelola LM3 adalah membuat dua model pengajuan. Untuk tahun 2006 LM3 Pesantren Pertanian Darul Fallah
mengajukan dana untuk pasteurisasi yakni alat pengolahan susu dan alat pengolah pabrik pakan ternak dan untuk tahun berikutnya mengajukan dana untuk
pemasaran hasil pertanian. Namun, ketika pabrik pakan ternak sudah terbangun dan pabrik pengolahan susu sudah berdiri, terdapat kendala lain. Kendala tersebut
berupa modal operasional dalam menjalankan produksi. Menurut End, untuk pengolahan susu dapat berjalan karena bekerjasama dengan Bank Mu’amalat.
Namun, untuk pengolahan pakan ternak, meskipun alat pengolah beserta gedung sudah ada, tetapi unit usaha tidak memiliki cukup modal untuk menjalankan
proses produksi. Unit usaha agribisnis memerlukan kerjasama dengan pihak investor atau sumber modal lain untuk menjalankan produksi pakan ternak.
Selain itu, End menyebutkan bahwa untuk menjalankan operasional produksi pakan ternak, membutuhkan kurang lebih enam sumberdaya manusia
sehingga ini berpotensi menciptakan lapangan kerja baru. Sementara itu, besarnya modal yang dibutuhkan terletak pada pembelian bahan baku seperti dedak,
bungkil kelapa sawit, onggok, dan sisa-sisa tanaman yang lain. Untuk memperoleh bahan-bahan tersebut harus mendatangkan dari wilayah lain sehingga
membutuhkan biaya yang cukup besar khususnya untuk transportasi. Sebagaimana disampaikan oleh Ys, pengelola:
“Untuk mengolah pakan ternak sangat membutuhkan modal besar Mas, kalau hanya membeli bahan baku dengan jumlah yang sedikit maka bisa jadi malah
rugi karena untuk mendatangkan bahan baku ini yang mahal biaya transportasinya dan mendatangkannya dari luar pulau”.
Melihat kondisi tersebut, para pengelola belum berani melakukan spekulasi untuk melakukan produksi. Sampai dengan saat ini, proses menuju
pengolahan pakan ternak baru dalam tahap menjaring kerjasama dengan investor guna mendukung pengadaan modal dengan target tahun 2009 dapat berjalan.