mengajukan dana untuk pasteurisasi yakni alat pengolahan susu dan alat pengolah pabrik pakan ternak dan untuk tahun berikutnya mengajukan dana untuk
pemasaran hasil pertanian. Namun, ketika pabrik pakan ternak sudah terbangun dan pabrik pengolahan susu sudah berdiri, terdapat kendala lain. Kendala tersebut
berupa modal operasional dalam menjalankan produksi. Menurut End, untuk pengolahan susu dapat berjalan karena bekerjasama dengan Bank Mu’amalat.
Namun, untuk pengolahan pakan ternak, meskipun alat pengolah beserta gedung sudah ada, tetapi unit usaha tidak memiliki cukup modal untuk menjalankan
proses produksi. Unit usaha agribisnis memerlukan kerjasama dengan pihak investor atau sumber modal lain untuk menjalankan produksi pakan ternak.
Selain itu, End menyebutkan bahwa untuk menjalankan operasional produksi pakan ternak, membutuhkan kurang lebih enam sumberdaya manusia
sehingga ini berpotensi menciptakan lapangan kerja baru. Sementara itu, besarnya modal yang dibutuhkan terletak pada pembelian bahan baku seperti dedak,
bungkil kelapa sawit, onggok, dan sisa-sisa tanaman yang lain. Untuk memperoleh bahan-bahan tersebut harus mendatangkan dari wilayah lain sehingga
membutuhkan biaya yang cukup besar khususnya untuk transportasi. Sebagaimana disampaikan oleh Ys, pengelola:
“Untuk mengolah pakan ternak sangat membutuhkan modal besar Mas, kalau hanya membeli bahan baku dengan jumlah yang sedikit maka bisa jadi malah
rugi karena untuk mendatangkan bahan baku ini yang mahal biaya transportasinya dan mendatangkannya dari luar pulau”.
Melihat kondisi tersebut, para pengelola belum berani melakukan spekulasi untuk melakukan produksi. Sampai dengan saat ini, proses menuju
pengolahan pakan ternak baru dalam tahap menjaring kerjasama dengan investor guna mendukung pengadaan modal dengan target tahun 2009 dapat berjalan.
6.2.2 Koordinasi Antar Elemen
Adapun elemen yang terlibat pada proses pengembangan agribisnis peternakan LM3 di Pesantren Pertanian Darul Fallah antara lain: pemerintah
melalui BPSDMP Departemen Pertanian RI, pendamping dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, dan pihak pesantren. Di dalam lingkup pesantren sendiri, antara
pihak yayasan dengan pengelola juga kurang bersinergi, sehingga kegiatan agribisnis yang dilaksanakan terlihat kurang seimbang. Hal ini menunjukkan
lemahnya koordinasi antar elemen. Koordinasi antar elemen terlihat sangat lemah berdasar pada beberapa
alasan. Pertama, kurang optimalnya kontrol yang dilakukan pemerintah terhadap program yang dilaksanakan sehingga seberapa besar pencapaian program kurang
terlihat. Kedua, kurang optimalnya pendamping dalam melakukan fungsinya sehingga proses peningkatan kapasitas para pengelola agribisnis menjadi lambat.
Berdasarkan informasi dari End, pendamping tidak berperan optimal karena dari rencana kerja yang semestinya dilakukan oleh pendamping, tidak dilakukan
seluruhnya. Pendamping hanya menerima laporan tertulis yang dbuat oleh pengelola setiap bulannya tanpa mengontrol aktivitas langsung di lapang secara
berkelanjutan. Ketiga, kurang adanya singkronisasi dari yayasan dan pengelola LM3,
dimana setiap perencanaan yang diusulkan oleh pengelola harus dengan persetujuan pihak yayasan. Hal ini tentu menjadi penghambat karena membatasi
para pengelola dalam menentukan kemandiriannya. Seperti halnya diungkapkan oleh Ys, setiap kali akan mengusulkan beberapa hal seperti mencari pemodal lain
untuk operasional pabrik pakan, yayasan tidak mengizinkan. Menurut Hn, hal itu
dikarenakan yayasan memiliki pertimbangan lain pada setiap masukan yang disampaikan terhadap pengembangan agribisnis. Menurut Qqn, sebaiknya yayasan
tidak sekedar mempertimbangkan usulan tersebut, namun segera merespon dan memberikan alternatif lain dan segera mengambil keputusan karena semakin cepat
semakin baik untuk melakukan hal-hal teknis.
6.2.3 Pemasaran
Adapun kendala di dalam pemasaran adalah terbatasnya sarana pemasaran dan kurangnya jaringan pasar. Langkah yang diambil oleh para pengelola adalah
memanfaatkan sarana yang ada, khususnya transportasi untuk distribusi produk olahan ke agen-agen pasar. Selain, itu, media publikasi diperbesar untuk
memperbesar pasar. Sementara itu, bagi pasar yang sudah ada adalah ketidakkonsistenan agen dalam memesan produk, sehingga terkadang terdapat
kelebihan produk. Namun dibalik itu, terkadang datang beberapa agen penjemput yang tidak kontinyu untuk memesan barang dan hal ini bisa berpotensi
memeperbesar pasar jika dapat menggandeng mereka untuk menjadi agen. Selanjutnya, sebagaimana diungkapkan oleh End, bahwa langkah dari
pengelola dan yayasan untuk mengatasi keterbatasan sarana pemasaran ini adalah dengan mengajukan bantuan LM3 kembali ke Deptan RI hingga terealisasi sarana
transportasi berupa satu unit mobil dan satu unit sepeda motor. Sementara itu, Hn menyampaikan perlunya pengembangan jejaring
kerjasama dengan agen pemasar dan konsumen dengan perjanjian yang jelas. Sampai dengan akhir penelitian ini, pengelola unit agribisnis LM3 Pesantren
Pertanian Darul Fallah telah membuat mekanisme surat perjanjian dengan para
agen. Untuk sementara, bentuk kerjasama melalui perjanjian tersebut dilakukan dalam memasarkan produk olahan yoghurt dan es susu. Syarat untuk menjadi
agen adalah apabila calon agen mampu mencapai target penjualan minimal 5000 batang produk tersebut dalam waktu seminggu akan diberikan pinjaman freezer
dari unit agribisnis LM3 Pesantren Pertanian Darul Fallah. Maka menurut Qqn, sebelum menjadi agen, calon agen diberi keleluasaan untuk promosi produk
selama dua bulan. Setelah itu, dilihat perkembangannya untuk dilakukan evaluasi. Apabila memiliki potensi dan mencapai target penjualan kerjasama dapat
dilakukan dengan disertai penandatanganan surat perjanjian kerjasama yang telah disiapkan oleh unit agribisnis LM3 dengan persetujuan bersama.
6.2.4 Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan satu sisi yang perlu mendapat perhatian dalam sebuah usaha termasuk usaha agribisnis. Kualitas produk inilah yang
menjadi salah satu penghambat dalam usaha agribisnis LM3 di Pesantren Pertanian Darul Fallah. Beberapa hal yang berkaitan dengan kualitas produk
antara lain. Pertama, aspek rasa. Menurut Qqn, salah satu selera konsumen yang perlu diperhatikan adalah dalam hal rasa untuk produk usaha makanan maupun
minuman. Unit agribisnis LM3 Pesantren Pertanian Darul Fallah telah melakukan berbagai variasi rasa dalam setiap produk yang dibuat dengan tetap
mengedepankan sisi kesehatan. Kedua, aspek kemasan. Perhatian terhadap kemasan suatu produk akan sangat penting. Karena segmen utama pasar dari
produk olahan seperti yoghurt, es susu dan kevir adalah anak-anak, maka kemasan yang dibuat disesuaikan dengan selera anak-anak. Sampai dengan saat ini, unit
agribisnis LM3 terus melakukan perbaikan-perbaikan kemasan. Sebagaimana disampaikan Nrl, pengelola:
“Dari awal pembuatan, kemasan untuk yoghurt dan es susu ini dalam bentuk plastic biasa Mas, Namun, mulai tiga bulan terakhir ini, kemasan produk sudah
bervariasi, seperti kevir dalam bentuk cup dan yoghurt dalam bentuk botol”.
Ketiga, aspek legalitas produk. Menurut Ys, untuk mencapai pasar yang lebih tinggi, pengembangan usaha harus memperhatikan legalitas usaha. Legalitas
tersebut berupa izin usaha, sertifikasi halal dari BPOM dan izin dari Departemen Kesehatan. Kendala yang dialami pengelola dalam memenuhi aspek legalitas
usaha ini adalah proses yang membutuhkan waktu yang lama karena factor birokrasi.
Dari ketiga hal tersebut, walaupun unit agribisnis LM3 mendapatkan kendala, para pengelola secara terus menerus akan melakukan perbaikan dengan
kualitas terbaik untuk siap bersaing di pasaran, demikian yang disampaikan oleh End.
6.3 Ikhtisar
Dari berbagai uraian di atas, terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan usaha agribisnis
peternakan LM3 di Pesantren Pertanian Darul Fallah. Faktor tersebut adalah faktor pendukung dan faktor yang menghambat proses pemberdayaan. Faktor
pendukung antara lain: sumberdaya manusia yang berkualiatas, sumberdaya alam dan sarana dan prasarana serta peluang pasar. Sumberdaya manusia yang
berkualitas yang dimiliki oleh unit agribisnis LM3 dapat meningkatkan pengembangan usaha agribisnis dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan yang
mereka miliki. Sumberdaya alam yang potensial yang merupakan anugerah dari Sang Pencipta akan sangat bermanfaat apabila dikelola oleh SDM yang
berkualitas; Sarana dan prasarana yang cukup akan memperlancar SDM dalam melakukan pengelolaan terhadap SDA sehingga mampu menghasilkan produk.
Sementara itu, peluang pasar sangat terbuka terhadap produk yang dihasilkan. Selanjutnya, faktor penghambat pemberdayaan dalam pengembangan
agribisnis peternakan, antara lain modal usaha, koordinasi antar elemen, pemasaran, dan kualitas produk. Modal sangat dibutuhkan untuk kelangsungan
sebuah usaha, sehingga hal ini harus ada. Sementara itu, agar di dalam pengelolaan modal untuk menjalankan usaha agribisnis tepat sasaran dan
mencapai target, maka diperlukan koordinasi antar elemen. Jika koordinasi antar elemen rapuh maka akan menghambat jalannya usaha. Elemen yang berperan
dalam pengembangan usaha agribisnis peternakan LM3 Pesantren Pertanian Darul Fallah adalah pemerintah, pendamping, yayasan, serta para pengelola LM3
Pesantren Pertanian Darul Fallah. Selain itu, pemasaran juga menjadi hambatan apabila tidak berjalan dengan lancar karena sebaik apapun sebuah usaha dalam
melakukan produksi tanpa diimbangi pemasaran maka usaha akan menjadi bangkrut karena hanya mampu memproduksi. Diperlukan jaringan kerjasama
dalam pemasaran untuk memperoleh tempat bagi konsumen dan siap bersaing dengan produk lainnya yang semacam. Demikian halnya perhatian terhadap
kualitas produk. Kualitas produk sangat menentukan apakah produk layak untuk dikonsumsi oleh konsumen, sehingga perlu memperhatikan selera konsumen agar
produk disukai konsumen.