6. Hyposidra talaca Wlk .
Serangga hama ini dikenal dengan ulat jengkal atau twig or cooper caterpillar termasuk ordo Lepidoptera, tamili Geometridae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa dan Sumatera.
Famii Geometrilae ini mempunyai kira-kira 12.000 spesies banyak diantaranya merupakan hama tanaman. Dari hasil pengamatan di lapangan, ada 6 jenis ulat jengkal yang menyerang tanaman teh. Genus
Hyposidae ditandai dengan adanya bintik-bintik putih yang sejajar dan melintang pada badannya, ulat jengkal atau ulat kilan, bila berjalan seperti orang mengukur panjang sesuatu dengan memakai jari-jari
tangan. Ulat jengkal memiliki 5 atau 6 generasi dalam jangka waktu satu tahun. Satu generasi telur sampai imago memerlukan waktu 7,5 - 9 minggu. Serangga dewasa yang ketika meletakkan telur
bersembunyi dan agak sukar ditemukan seperti serasah daun, disela-sela antara kulit yang pecah atau mengelupas pada batang pohon pelindung. Kadang-kadang ditentukan di alang-alang. Telur Hypisidra
diletakkan dalam beberapa kelompok telurnya terdiri dari 50-200 butir dan ditutupi dengan bulu-bulu seperti kapas. Tiap butir telur berukuran 0,4-0,7 mm. Stadium telur berkisar 8-9 hari, ulat instar pertama
akan merayap menuju tanaman inang. Warna ulat coklat buram dengan bintik-bintik putih dan garis berwarna gelap disamping badannya dengan panjang kurang lebih 2-4 cm. Pada saat akan menjadi pupa
kemudian ulat turun ke tanah. Stadium ulat ini berkisar 28-35 hari. Pupa ulat jengkal ditemukan di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 2-4 cm dibawah perdu tanaman teh. Stadium teh berkisar 17,5-21 hari.
Ngengat Hyposidra berwarna kehitam-hitaman dengan daya terbang yang lemah. Ngengat aktif pada malam hari dan tertarik pada cahaya sedangkan pada siang hari biasanya beristirahat di tempat-
tempat yang teduh. Selanjutnya ulat jengkal merupakan hama yang poliphag, selama menjadi hama tanaman teh juga menyerang tanaman kakao, kina, jeruk, sengon, gambir, dan beberapa jamur. Ulat
jengkal menyerang baik daun muda maupun daun tua. Daun teh dimakan dari pinggir.terus ketengah dekat ibu tulang daun dan apabila serangan hebat maka setiap daun hanya tingal cabang dan ranting saja.
Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat untuk beberapa waktu yang lama. Serangan berat terjadi pada musim kemarau sedangkan pada musim penghujan intensitas serangan
menurun, hal ini dapat dipahami karena sebagian dari siklus hidupnya berada dalam tanah stadium pupa, dengan adanya hujan maka stadium pupa akan banyak terganggu karena keadaan tanahnya terlalu dingin
dan basah. Serangan ulat jengkla yang lebih berat ditemkan didaerah pertanaman teh tua, oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian lebih serius misalnya dengan melakukan pemangkasan. Banyak tanaman teh
tidak berdaun sama sekali akibat gangguan hama ini. Pengendalian ulat jengkal dapat dilakukan dengan:
Pengendalian secara mekanis dilakukan pada tanaman teh yang masih muda atau belum tinggi
pertumbuhannya dan serangan belum tinggi. Caranya dengan mematikan ulat jengkal yang ditemukan baik dipertanaman teh atau tanaman inang lain disekitarnya. Kemudian tanaman teh
dipupuk dengan pupuk Kalium, Fosfat, Nitrogen dan Magnesium.
Pengendalian secara biologi dengan menggunakan parasitoid larva Apanteles sp. Parasitoid telur Telenomus sp. Predator semut rangrang Oceophyla sp., atau dengan entomopatogen
Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida karbanil sevin 85 S dosis 2l ha,
Metidation supracide 40 EC dosis 1,50 1ha.