Landasan Peraturan Valuta Asing

1. Al-Quran surat al-Baqarah ayat 275. 2. Hadits nabi yang di riwayatkan para muslim. Ketentuan transaksi valuta asing terdiri dari Sri dan Wasilah, 2011: 1. Nilai tukar atau kurs suatu mata uang dengan mata uang lainnya telah diketahui oleh kedua belah pihak, baik pembeli maupun penjual. 2. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai oleh kedua belah pihak, sebelum keduanya berpisah. Penguasaan tersebut bisa berbentuk material maupun hukum. Penguasaan secara material yaitu pembeli langsung menerima valuta yang dibeli dan penjual langsung menerima valuta lainnya, sedangkan penguasaan secara hukum yaitu pembeli melakukan pembayaran dengan menggunakan cek. Apabila keduanya berpisah sebelum menguasai masing- masing uang penukaran berdasarkan nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akad tersebut batal karena syarat penguasaan terhadap objek transaksi tidak terpenuhi. 3. Apabila valuta yang diperjualbelikan berasal dari jenis yang sama tetapi model dari mata uang berbeda, maka jual beli mata uang tersebut harus dilakukan dalam kuantitas yang sama. 4. Akad sharf tidak memperbolehkan adanya hak pilih bagi pembeli untuk dapat melanjutkan atau tidak melanjutkan jual beli mata uang tersebut setelah akadnya selesai, syarat tersebut diperjanjikan ketika transaksi jual beli berlangsung, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya ketidakpastian atau gharar.

2.2.2. Perkembangan Permintaan dan Kurs

Nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain menunjukkan indikator daya saing perekonomian nasional di pasaran dunia, nilai tukar atau kurs diukur dalam nilai mata uang yang sama. Proses pembentukan kurs ditentukan melalui kekuatan permintaaan dan penawaran valuta asing yang dijadikan mata uang utama hard currency. Transaksi valuta asing melibatkan pertukaran valas dan rupiah. Permintaan mata uang asing yang terus meningkat, seiring dengan kebutuhan memproduksikan barang dalam negeri untuk domestik. Pertumbuhan ekspor yang tidak sebanding dengan pertumbuhan impornya, menyebabkan nilai rupiah terhadap mata uang asing dapat melemah. Ketersediaan pasokan dan permintaan valuta asing di pasar valas serta ketersediaan likuditas rupiah di pasar uang rupiah juga akan menentukan proses pembentukan kurs. Berlebihnya persediaan valas disaat ketersediaan likuiditas rupiah sangat ketat, mengakibatkan mata uang rupiah menguat terhadap mata uang negara lain. Sebaliknya keterbatasan persediaan valas disaat likuiditas di pasar uang rupiah melimpah dapat mengakibatkan tekanan depresiasi terhadap mata uang rupiah Purnomo, 2004.

2.2.3. Selisih Kurs

Menurut Kurniawan 2011, selisih kurs mencerminkan perbedaan antara kurs beli dan kurs jual yang ditujukan menutupi biaya persediaan. Selisih kurs beli dan kurs jual biasanya dinyatakan sebagai persentase dari kurs jual. 100 x jual kurs beli kurs - jual kurs kurs Selisih  ......................................................... 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi selisih kurs antara lain: 1. Biaya pemesanan ordering costs Biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan. 2. Biaya penyimpanan holding cost Biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan. Semakin tinggi biaya persediaan, semakin besar selisih yang akan dikenakan untuk menutupi biaya persediaan. 3. Persaingan Semakin ketat persaingan, semakin kecil selisih kurs yang ditetapkan. 4. Volume Semakin likuid suatu mata uang, semakin kecil kemungkinan adanya perubahan harga yang mendadak. 5. Risiko mata uang Semakin berisiko suatu mata uang yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi atau politik suatu negara, maka semakin kecil selisih kurs. Menurut Muljono 2004, di dalam perdagangan valuta asing, bank perlu menyediakan dana sejumlah transaksi yang akan dilaksanakan tersebut. Dana uang yang terlihat dalam transaksi ini mempunyai dua peran yaitu sebagai barang mata uang yang diperdagangkan dan sebagai alat likuiditas bagi bank yang bersangkutan.