Analisis Optimisasi Persediaan Mata Uang Riyal untuk Musim Ibadah Haji (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi)
(2)
Currency For Hajj Season (Case Studies at Bank Syariah Mandiri in Bekasi Branch). Under guidance PRAMONO D. FEWIDARTO.
SAR or Saudi Arabian Real is the currency of Saudi Arabia is widely used to meet the requirements during the pilgrimage. In 2011, the number of Hajj is dominated fleet departure from Jakarta-Bekasi embarkation fleet as much as 85 groups or 37,740 worshipers. This has resulted in high demand for SAR in several local banks to provide more SAR during the pilgrimage season, one of which is a Bank Syariah Mandiri Bekasi Branch has provided SAR more than other Bank Syariah Mandiri Branch, in the amount of 210,000 SAR. The amount of inventory that has been prepared BSM Bekasi branch sometimes not in line with the level of demand for SAR because of the uncertain state of demand. This condition, triggering BSM Bekasi Branch excess inventory, so that the necessary proper inventory management.
This study aims to (1) Studying the patterns of demand and supply SAR for the Hajj season, (2) Selecting inventory models SAR for the Hajj season, (3) Calculating the optimal inventory levels SAR. The primary data used in this study were obtained through direct interviews with the BSM Bekasi Branch and the Ministry of Religious based list of questions directly. Secondary data obtained from historical data company, literature studies, articles or research related literature. Qualitative data analysis is done by analyzing the patterns of demand and supply patterns, as well as the BSM condition Bekasi Branch. Quantitative data analysis is done by calculating the optimum supply quantity of demand that has been forecast.
Based on the pattern of inventory, ordering SAR does not occur every month because the supply is only focused on the pilgrimage season. Hajj month period can be determined based on the high demand SAR in a given month. Pattern of demand and supply patterns, forecasting can be done about the number of reservations by observing the pattern of demand SAR during the Hajj months to avoid excess or shortage of inventory. Forecasting demand of 158,682 SAR in the period from Hajj performed by using the moving average method. Judging from the conditions that existed at BSM Bekasi branch, where demand SAR during the Hajj season varies and can not be known with certainty, a two-day lead time, order frequency as needed, the inventory method that can be applied BSM Bekasi branch is continuous method probabilitic EOQ. Determination of optimum quantity obtained through iteration, that is equal to 101,244 SAR with reorder levels and inventory reserves amounted to 16,592 SAR and 11,302 SAR. The optimal conditions can anticipate the resulting excess inventory inefficiencies, as well as inventory shortages resulting in loss of customer trust, so that the Bekasi branch of Bank Syariah Mandiri to optimize profitability and create customer loyalty.
(3)
RINGKASAN
YUDHIA PUTRIANA. H24097129. Analisis Optimisasi Persediaan Mata Uang Riyal untuk Musim Ibadah Haji (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi). Di bawah bimbingan PRAMONO D. FEWIDARTO.
SAR atau Saudi Arabian Real merupakan mata uang negara Arab Saudi yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan selama ibadah haji. Tahun 2011, jumlah kloter pemberangkatan haji didominasi dari embarkasi Jakarta-Bekasi sebanyak 85 kloter atau 37.740 jamaah. Hal ini berdampak pada tingginya permintaan SAR di beberapa bank setempat yang harus menyediakan SAR lebih banyak selama musim ibadah haji, salah satunya Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Bekasi telah menyediakan SAR lebih banyak dari BSM Cabang lain, yaitu sebesar 210.000 SAR. Jumlah persediaan yang telah dipersiapkan BSM Cabang Bekasi terkadang tidak seiring dengan tingkat permintaan SAR karena adanya keadaan permintaan yang tidak menentu. Kondisi ini, memicu BSM Cabang Bekasi mengalami kelebihan persediaan, sehingga diperlukan manajemen persediaan yang tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk (1)Mempelajari pola permintaan dan persediaan SAR untuk musim ibadah haji; (2)Memilih model persediaan SAR untuk musim ibadah haji; (3)Menghitung tingkat persediaan SAR optimal. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak BSM Cabang Bekasi dan Kementerian Agama berdasarkan daftar pertanyaan yang diajukan secara langsung. Data sekunder diperoleh dari data historis perusahaan, studi pustaka, artikel atau literatur terkait penelitian. Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan menganalisis pola permintaan dan pola persediaan, serta kondisi BSM Cabang Bekasi. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung kuantitas persediaan optimum dari permintaan yang telah diramalkan.
Berdasarkan pola persediaan, pemesanan SAR tidak terjadi setiap bulan karena persediaan hanya difokuskan untuk musim ibadah haji. Periode bulan haji dapat ditentukan berdasarkan permintaan SAR yang tinggi pada bulan tertentu. Adanya pola permintaan dan pola persediaan, dapat dilakukan peramalan mengenai jumlah pemesanan SAR dengan memperhatikan pola permintaan selama bulan ibadah haji untuk menghindari adanya kelebihan atau kekurangan persediaan. Peramalan permintaan SAR sebesar 158.682 SAR di periode bulan haji dilakukan dengan menggunakan metode moving average. Dilihat dari kondisi yang ada pada BSM Cabang Bekasi, dimana permintaan SAR selama musim ibadah haji bervariasi dan tidak bisa diketahui secara pasti, lead time selama dua hari, frekuensi pemesanan sesuai dengan kebutuhan, maka metode persediaan yang dapat diterapkan BSM Cabang Bekasi ialah metode continuous probabilitic EOQ. Penentuan kuantitas optimum didapatkan melalui iterasi, yaitu sebesar 101.244 SAR dengan tingkat pemesanan kembali dan persediaan cadangan masing-masing sebesar 16.592 SAR dan 11.302 SAR. Kondisi optimal ini dapat mengantisipasi terjadinya kelebihan persediaan yang mengakibatkan inefisiensi, serta kekurangan persediaan yang mengakibatkan kehilangan kepercayaan nasabah, sehingga Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi dapat mengoptimalkan keuntungan dan terciptanya loyalitas nasabah.
(4)
ANALISIS OPTIMISASI PERSEDIAAN MATA UANG RIYAL
UNTUK MUSIM IBADAH HAJI (STUDI KASUS DI BANK
SYARIAH MANDIRI CABANG BEKASI)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
YUDHIA PUTRIANA
H24097129
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
(5)
Judul : Analisis Optimisasi Persediaan Mata Uang Riyal untuk Musim Ibadah Haji (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi)
Nama : Yudhia Putriana
NRP : H24097129
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Pramono D. Fewidarto, MS.
NIP 195802021984031003
Mengetahui: Ketua Departemen
Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 196101231986011002
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yudhia Putriana, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Januari 1988 dari pasangan Julius Aziz dan Arnawati. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Margalaksana Jakarta Timur pada tahun 1994 dan melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 14 Jakarta Timur pada tahun yang sama.
Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 194 Jakarta Timur, kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Umum BPS&K Jakarta Timur dan masuk ke dalam program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Penulis diterima di Diploma Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Akuntansi dengan Program studi Keuangan Perbankan. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis cukup aktif sebagai pengurus koperasi mahasiswa pada tahun ajaran 2006/2007 dan penulis mendapatkan Penghargaan Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) Tingkat Diploma selama dua tahun berturut-turut pada tahun ajaran 2006/2007 dan tahun ajaran 2007/2008.
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Optimisasi Persediaan Mata Uang Riyal untuk Musim Ibadah Haji (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi)” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Tujuan penelitian adalah mempelajari pola permintaan dan persediaan SAR, memilih model persediaan SAR dan menghitung tingkat persediaan optimal SAR untuk musim ibadah haji pada BSM Cabang Bekasi. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dosen pembimbing dan kedua orang tua. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu, kritik ataupun saran sangat diperlukan untuk perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Mei 2013
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi dengan judul Analisis Optimisasi Persediaan Mata Uang Riyal untuk Musim Ibadah Haji (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi) dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua penulis atas kasih sayang, perhatian, doa restu, serta dukungan yang tiada batas.
2. Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
4. Ibu Farida Ratna Dewi, SE.MM, selaku Ketua Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
5. Bapak Fauzi, Bapak Asep dari Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi, Bapak Muzaidi, Ibu Sri beserta staf Pelayanan Ibadah Haji Departemen Agama yang telah memberikan izin dan bantuan dalam memberikan informasi terkait penelitian.
6. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor atas ilmu pengetahuan dan bantuannya.
7. Fauzi Rahman atas semua bantuan, semangat dan kasih sayang yang diberikan selama ini.
8. Teman-teman kuliah Program Sarjana Alih Jenis Manajemen atas bantuan dan dukungannya.
9. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
(9)
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Perbankan ... 6
2.1.1. Bank Syariah ... 6
2.1.2. Prinsip Operasional Bank Syariah ... 6
2.2. Valuta Asing ... 7
2.2.1. Landasan Peraturan Valuta Asing ... 7
2.2.2. Perkembangan Permintaan dan Kurs ... 8
2.2.3. Selisih Kurs ... 9
2.3. Peramalan ... 10
2.4. Metode Peramalan ... 10
2.4.1. Moving average ... 11
2.4.2. Single Exponential Smoothing ... 12
2.4.3. Double Exponential Smoothing ... 12
2.4.4. Triple Exponential Smoothing ... 13
2.5. Kriteria Peramalan ... 13
2.6. Persediaan ... 14
2.6.1. Pengendalian Persediaan ... 14
2.6.2. Sifat Persediaan ... 15
2.6.3 Fungsi Persediaan ... 15
2.6.4. Jenis persediaan ... 16
2.7. Biaya Persediaan ... 16
2.8. Metode Pengendalian Persediaan ... 17
2.8.1. Metode Persediaan Kontinu ... 18
2.8.2. Metode Persediaan Periodik ... 21
2.8.3. Metode Minimum-Maksimum ... 22
2.9. Service Level ... 24
2.10. Prinsip Model Persediaan ... 24
(10)
III. METODE PENELITIAN ... 28
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28
3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 29
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
3.4. Jenis Data yang Dibutuhkan ... 31
3.5. Sumber Data ... 31
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32
3.7.1. Metode Peramalan ... 32
3.7.2. Metode Persediaan ... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 33
4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 33
4.1.2. Struktur Organisasi BSM Cabang Bekasi ... 34
4.1.3. Gambaran Valuta Asing ... 35
4.2. Transaksi Pemesanan SAR di BSM Cabang Bekasi ... 36
4.3. Plot Persediaan dan Permintaan BSM Cabang Bekasi ... 36
4.3.1. Konversi dan Tabulasi Permintaan SAR ... 37
4.3.2. Konversi dan Tabulasi Persediaan SAR ... 38
4.3.3. Plot Gabungan Persediaan dan Permintaan SAR ... 40
4.4. Pola Permintaan SAR BSM Cabang Bekasi ... 44
4.4.1. Peramalan Permintaan SAR ... 45
4.5. Pola Persediaan SAR BSM Cabang Bekasi ... 46
4.6. Analisis Biaya Persediaan SAR ... 47
4.6.1. Biaya Pemesanan ... 47
4.6.2. Biaya Penyimpanan ... 48
4.6.3. Biaya Kehabisan Persediaan ... 49
4.7. Perhitungan Parameter Persediaan ... 49
4.8. Analisis Metode Persediaan SAR ... 50
4.8.1. Deviasi Standar ... 51
4.8.2. Service Level ... 52
4.8.3. Kuantitas Optimum ... 54
4.8.4. Safety Stock ... 54
4.8.5. Reorder Point Optimum ... 55
4.9. Biaya Total Persediaan Minimum ... 56
4.10. Implikasi Manajerial ... 57
KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
1. Kesimpulan ... 59
2. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
(11)
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Konversi data permintaan SAR dari Masehi ke Hijriyah... 37
2. Data permintaan SAR setiap pecahan bulan Ibadah Haji ... 38
3. Konversi data persediaan SAR dari Masehi ke Hijriyah ... 39
4. Data penerimaan SAR setiap pecahan periode 2007-2011 ... 39
5. Periode waktu penetapan BPIH dan pemberangkatan haji kloter pertama ... 41
6. Data nilai kurs berdasarkan periode waktu ... 43
7. Skala pengukuran dan metode peramalan ... 45
8. Konversi hasil peramalan permintaan SAR ... 46
9. Perincian biaya pemesanan ... 48
10. Perincian biaya penyimpanan ... 49
11. Deviasi standar ... 51
12. Hasil perhitungan iterasi ... 53
13. Perbandingan service level ... 55
14. Perbandingan biaya total persediaan ... 56
(12)
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kuota haji Indonesia ... 2
2. Skema sharf (Sri dan Wasillah, 2011) ... 7
3. Kurva metode persediaan kontinu (Elsayed, 1994) ... 18
4. Kurva metode persediaan periodik (Elsayed, 1994) ... 21
5. Kurva metode min-maks (Indrajit, 2005)... 23
6. Kerangka pemikiran ... 29
7. Tahapan penelitian ... 30
8. Plot persediaan, permintaan, penerimaan, kuota haji Bekasi (diolah) ... 40
9. Pola data permintaan SAR (diolah)... 44
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Data jamaah haji Indonesia berdasarkan airlines 1432H/2011M ... 64
2. Data Jamaah Haji Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 ... 65
3. Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi ... 66
4. Contoh perhitungan kurs ... 67
5. Data permintaan SAR bulan Masehi ... 68
6. Data persediaan SAR bulan Masehi ... 69
7. Tingkat penerimaan dan permintaan SAR ... 70
8. Data kuota jamaah haji kota Bekasi ... 71
9. ACF dan PACF pola data permintaan SAR ... 72
10. Perbandingan hasil uji metode peramalan. ... 73
11. Hasil peramalan permintaan SAR ... 76
12. ACF dan PACF pola data persediaan SAR ... 78
13. Perhitungan nilai kurs rata-rata tahun 2011 ... 79
14. Perhitungan selisih nilai kurs tahun 2011 ... 81
15. Tabel distribusi normal ... 82
16 Perhitungan hasil iterasi. ... 84
17. Perhitungan interpolasi faktor keamanan ... 87
18. Perincian perhitungan parameter pendukung pada service level 95 % ... 88
19. Perincian biaya ... 89
20. Daftar pertanyaan wawancara ... 90
21. Data permintaan SAR setiap pecahan periode 2007-2011 ... 91
22. Data persediaan SAR setiap pecahan periode 2007-2011... 92
(14)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peranan perbankan selama musim ibadah haji sering dikaitkan dalam upaya penerimaan setoran dan pengelolaan rekening. Hal ini disebabkan bank ditunjuk oleh Kementerian Agama sebagai bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012. BPS yang ditunjuk ialah perbankan yang memperoleh rekomendasi dari lembaga yang menangani jasa keuangan dan memiliki layanan yang bersifat nasional. Haji berasal dari bahasa Arab yaitu hajj, artinya mengunjungi sesuatu. Ibadah haji adalah rukun Islam kelima dan wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang mampu menunaikannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2010, pendaftaran haji dibuka sepanjang tahun dengan menerapkan prinsip first come first served, yaitu pendaftar haji yang tiba lebih dahulu akan dilayani lebih dahulu. Jika proses tersebut tiba pada waktu yang sama, maka pelayanan dilakukan berdasarkan urutan antrian sesuai dengan nomor urut porsi yang telah terdaftar dalam sistem komputerisasi haji terpadu Kementerian Agama. Nomor urut porsi ini bisa didapatkan setelah adanya pelunasan biaya haji. Menurut Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2012, pembayaran BPIH dilakukan dengan mata uang dolar Amerika atau mata uang rupiah sesuai kurs jual transaksi Bank Indonesia yang berlaku sama pada hari dan tanggal pembayaran. Besaran BPIH ditetapkan oleh presiden atas usul Kementerian Agama setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dimana BPIH meliputi biaya penerbangan haji, biaya pemondokan, dan living cost.
Menurut (Sri dan Wasilah, 2011), penggunaan mata uang kertas dalam transaksi valuta asing dinamakan transaksi al-sharf. Hukum perdagangan mata uang kertas dianggap sah dalam syariah, bila telah memenuhi syarat tertentu diantaranya objek yang ditransaksikan berasal dari jenis mata uang yang berbeda dan cara bertransaksi kedua mata uang tersebut harus dilakukan saling serah terima di tempat kontrak secara kontan. Mata uang kertas yang biasa digunakan perbankan syariah dalam transaksi valuta asing diantaranya mata uang Rupiah,
(15)
Riyal, Ringgit, maupun Dollar. Mata uang Riyal sering digunakan dalam transaksi untuk keperluan wisata umrah, dan perjalanan haji. Mata uang ini telah menjadi kebutuhan bagi jamaah sebagai persiapan tambahan di tanah suci, dan selain untuk membeli kebutuhan selama pelaksanaan ibadah haji juga bisa dipakai untuk bersedekah. Adapun pecahan nominal SAR (Saudi Arabian Real) yang biasanya disediakan perbankan untuk memenuhi kebutuhan individual cost mulai dari 1, 5, 10, 20, 50, 100 hingga 500, namun penyediaan pecahan SAR tersebut disesuaikan kembali dengan kebijakan masing-masing bank.
Para jamaah haji mendapatkan living cost untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama beribadah haji atas kebijakan Kementerian Agama, yaitu sebesar 1500 SAR yang terdiri dari dua lembar pecahan 500 SAR, tiga lembar pecahan 100 SAR dan empat lembar pecahan 50 SAR. Berdasarkan siaran pers Kementerian Agama No : SJ/B.VIII/3/HM.00/839/2012, penyaluran living cost dilakukan di embarkasi haji masing-masing jamaah yang dilaksanakan oleh PPIH (Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji) embarkasi dan pihak perbankan pemenang tender pengadaan SAR (www.kemenag.go.id).
Sesuai dengan keputusan Menteri Agama Nomor 29 tahun 2011, kuota haji untuk Indonesia sebanyak 211.000 orang terdiri dari 194.000 untuk haji regular dan 17.000 untuk haji khusus. Pada 11 September 2011, Menteri Agama mengemukakan bahwa Indonesia mendapat tambahan kuota 10.000 orang yang akan diprioritaskan untuk jamaah haji berusia di atas 60 tahun (Vivanews, 2011). Pada dasarnya kuota haji yang telah ditetapkan untuk Indonesia cenderung meningkat, namun penambahan kuota dari Arab Saudi tidak selalu terjadi setiap tahun, sehingga terlihat adanya peningkatan dan penurunan kuota haji selama beberapa tahun, hal ini dapat dilihat dalam Gambar 1. sebagai berikut :
Gambar 1. Kuota haji Indonesia
205000 210000 215000 220000 225000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
JA
M
A
A
H
(16)
Menurut data Kementerian Agama, pada 29 September 2011 tercatat jumlah kloter kelompok terbang pemberangkatan jamaah haji Indonesia berdasarkan airlines didominasi dari embarkasi Jakarta, yaitu 50 kloter dengan penerbangan Garuda dan 85 kloter dengan penerbangan Saudi, dimana penerbangan Garuda dikhususkan untuk embarkasi Jakarta - Pondok Gede (JKG) meliputi wilayah DKI Jakarta, Lampung, Banten dan penerbangan Saudi untuk embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS) wilayah Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dalam Lampiran 1. Berdasarkan data jamaah haji embarkasi Bekasi provinsi Jawa Barat tahun 2011 yang terdapat dalam Lampiran 2, sebagian besar jamaah berasal dari kota Bekasi sebanyak 3140 jamaah.
Banyaknya jamaah haji asal kota Bekasi mengakibatkan permintaan mata uang riyal atau saudi arabian real (SAR) meningkat, hal ini disebabkan oleh sebagian besar jamaah haji ingin menambah uang SAR dari tanah air karena living cost SAR yang disediakan oleh Kementrian Agama dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di tanah suci, juga karena nilai tukar riyal di Arab Saudi cenderung lebih tinggi. Tingginya permintaan SAR ini berdampak pada beberapa bank setempat, khususnya bank penerima setoran yang berperan sebagai BPS BPIH Cabang Bekasi yaitu Bank Muamalat, BNI, BNI Syariah, BRI, BRI Syariah, BTN, BTN Syariah, Bank Jabar, Bank Jabar Syariah, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bukopin, Bank Mega Syariah. Diantara beberapa BPS BPIH tersebut bank yang memiliki prestasi sebagai bank syariah berkonsep terbaik dan merupakan kantor cabang yang cukup besar di kota Bekasi, yaitu Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi.
BSM (Bank Syariah Mandiri) tumbuh cukup pesat dan telah menjadi bank syariah terbesar yang dapat melayani dan mengembangkan transaksi pertukaran valuta asing didalam berbagai lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mata uang asing. BSM Cabang Bekasi tidak menyediakan SAR diluar musim haji karena penyediaan SAR lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan nasabah selama musim ibadah haji yang melalui BSM, sehingga harus menyediakan SAR lebih banyak karena tidak semua kantor BSM di kota Bekasi menyediakan mata uang SAR. Adanya permintaan SAR yang tidak menentu karena tingkat kebutuhan nasabah terhadap SAR yang tidak selalu sama, kondisi ini menyulitkan perbankan dalam menentukan jumlah persediaan yang harus tersedia, sehingga
(17)
terjadi tingginya kelebihan atau sisa persediaan pada tahun 2011 yang merugikan bank. Hal ini mendorong BSM Cabang Bekasi untuk mengendalikan persediaan SAR lebih baik selama musim ibadah haji. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dilakukan penelitian ini dengan judul “Analisis Optimisasi Persediaan Mata Uang Riyal untuk Musim Ibadah Haji (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi)”.
1.2. Perumusan Masalah
Mata uang SAR bagi jamaah sudah menjadi suatu kebutuhan, namun tingkat kebutuhan setiap jamaah berbeda-beda, sehingga keadaan permintaan SAR yang selalu berubah ini menyebabkan tingkat permintaan SAR terkadang tidak seiring dengan jumlah persediaan yang telah dipersiapkan. Persoalan yang dihadapi BSM Cabang Bekasi dalam menentukan besarnya jumlah persediaan ialah jumlah persediaan berlebih dibandingkan dengan jumlah permintaan. Persediaan yang berlebih dapat dikatakan sisa persediaan yang tidak menghasilkan keuntungan, sehingga mengakibatkan terjadinya inefisiensi biaya persediaan karena adanya biaya penyimpanan menjadi tinggi. Hal ini dipicu karena adanya ketidakpastian permintaan SAR oleh nasabah.
Disamping itu, ketidakpastian permintaan juga dapat menyebabkan kekurangan persediaan yang memberikan dampak kepada nasabah untuk beralih ke bank lain, sehingga terjadi kehilangan penjualan yang menghasilkan keuntungan tidak optimal dan reputasi bank menjadi buruk. Kesulitan-kesulitan ini sangat merugikan bagi bank, sehingga diperlukan manajemen yang lebih baik untuk mengantisipasi kelebihan maupun kekurangan persediaan yang tinggi dengan menggunakan metode probabilistik. Pendekatan metode ini dipilih karena adanya kondisi permintaan yang tidak bisa diketahui secara pasti. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dihadapi adalah:
Bagaimana menetapkan tingkat persediaan SAR yang optimal untuk musim ibadah haji pada Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari pola permintaan dan persediaan SAR untuk musim ibadah haji. 2. Memilih model persediaan SAR untuk musim ibadah haji.
(18)
3. Menghitung tingkat persediaan optimal SAR untuk musim ibadah haji.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Perusahaan
Sebagai masukan dalam mengendalikan persediaan SAR untuk memenuhi kebutuhan nasabah selama musim ibadah haji.
2. Pihak lain
Memperluas ilmu pengetahuan khususnya dalam pengendalian persediaan SAR pada musim ibadah haji dan dapat sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Pembatasan ruang lingkup penelitian ini dilakukan agar lebih mengarah kepada tujuan penulisan, pembatasan tersebut diantaranya ialah:
1. Penelitian yang dilakukan terkait dengan persediaan dan permintaan SAR pecahan 1 s/d 100 SAR selama musim ibadah haji periode 2007 sampai 2011 di luar kebutuhan untuk living cost.
2. Nasabah yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nasabah yang melakukan penukaran SAR selama musim ibadah haji.
3. Batasan waktu musim ibadah haji adalah periode terjadinya permintaan SAR yang besar.
4. Data pembelian dan penjualan SAR yang digunakan adalah data periode 2007 sampai 2011.
5. Biaya-biaya terkait persediaan SAR meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kehabisan persediaan.
(19)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbankan
Berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya, sedangkan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Menurut Kamus Hukum, kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat pertukaran uang. 2.1.1. Bank Syariah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Ascarya dan Yumanita (2005), mengemukakan bahwa bank syariah adalah sebuah lembaga penyedia jasa keuangan yang berprinsip keadilan, membiayai kegiatan usaha yang halal, bebas dari bunga, kegiatan spekulatif yang tidak produktif dan hal-hal yang tidak jelas atau meragukan.
2.1.2. Prinsip Operasional Bank Syariah
Elemen penting dari bank syariah adalah larangan didalam membungakan uang. Elemen lain menekankan kontrak yang adil, pembagian keuntungan, larangan terhadap judi atau spekulasi serta berbagai transaksi yang tidak jelas. Prinsip operasional yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain (Hosen, 2007):
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai yang telah ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus ikut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan menghasilkan uang dari uang. Uang hanya merupakan media pertukaran.
(20)
4. Unsur ketidakpastian dan spekulasi tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik, hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam.
2.2. Valuta Asing
Valuta Asing merupakan suatu mata uang tertentu yang dimiliki oleh negara lain sebagai alat pembayaran (Sri dan Wasillah, 2011). Valuta asing dalam istilah bahasa Arab disebut al-sharf, yaitu penambahan, pertukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang dapat dilakukan baik dengan mata uang sejenis maupun yang tidak sejenis (Sri dan Wasillah, 2011).
Akad sharf harus disepakati dalam transaksi jual beli oleh pembeli dan penjual, ketika pembeli menyerahkan valuta kepada penjual dan sebaliknya penjual menyerahkan valuta lain kepada pembeli. Hal ini terlihat dalam skema sharf pada Gambar 2.
Bank menyediakan valuta asing untuk berbagai kebutuhan nasabah dan perdagangan internasional diantaranya melayani nasabah yang ingin melakukan pertukaran mata uang dan untuk memenuhi kewajiban bank dalam bentuk valuta asing. Menurut Antonio (2007), pasar valuta asing adalah pasar diperdagangkannya surat berharga dalam satu mata uang dengan mata uang lain. 2.2.1. Landasan Peraturan Valuta Asing
Menurut Hosen (2007), dasar hukum Islam yang menjadi landasan diperbolehkan valuta asing terdapat dalam fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) No. 28/DSN-MUI/III/2002 mengenai jual beli mata uang, diantaranya:
(21)
1. Al-Quran surat al-Baqarah ayat 275.
2. Hadits nabi yang di riwayatkan para muslim.
Ketentuan transaksi valuta asing terdiri dari (Sri dan Wasilah, 2011):
1. Nilai tukar atau kurs suatu mata uang dengan mata uang lainnya telah diketahui oleh kedua belah pihak, baik pembeli maupun penjual.
2. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai oleh kedua belah pihak, sebelum keduanya berpisah. Penguasaan tersebut bisa berbentuk material maupun hukum. Penguasaan secara material yaitu pembeli langsung menerima valuta yang dibeli dan penjual langsung menerima valuta lainnya, sedangkan penguasaan secara hukum yaitu pembeli melakukan pembayaran dengan menggunakan cek. Apabila keduanya berpisah sebelum menguasai masing-masing uang penukaran berdasarkan nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akad tersebut batal karena syarat penguasaan terhadap objek transaksi tidak terpenuhi.
3. Apabila valuta yang diperjualbelikan berasal dari jenis yang sama tetapi model dari mata uang berbeda, maka jual beli mata uang tersebut harus dilakukan dalam kuantitas yang sama.
4. Akad sharf tidak memperbolehkan adanya hak pilih bagi pembeli untuk dapat melanjutkan atau tidak melanjutkan jual beli mata uang tersebut setelah akadnya selesai, syarat tersebut diperjanjikan ketika transaksi jual beli berlangsung, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya ketidakpastian atau gharar.
2.2.2. Perkembangan Permintaan dan Kurs
Nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain menunjukkan indikator daya saing perekonomian nasional di pasaran dunia, nilai tukar atau kurs diukur dalam nilai mata uang yang sama. Proses pembentukan kurs ditentukan melalui kekuatan permintaaan dan penawaran valuta asing yang dijadikan mata uang utama (hard currency). Transaksi valuta asing melibatkan pertukaran valas dan rupiah.
Permintaan mata uang asing yang terus meningkat, seiring dengan kebutuhan memproduksikan barang dalam negeri untuk domestik. Pertumbuhan ekspor yang tidak sebanding dengan pertumbuhan impornya, menyebabkan nilai rupiah terhadap mata uang asing dapat melemah. Ketersediaan pasokan dan
(22)
permintaan valuta asing di pasar valas serta ketersediaan likuditas rupiah di pasar uang rupiah juga akan menentukan proses pembentukan kurs. Berlebihnya persediaan valas disaat ketersediaan likuiditas rupiah sangat ketat, mengakibatkan mata uang rupiah menguat terhadap mata uang negara lain. Sebaliknya keterbatasan persediaan valas disaat likuiditas di pasar uang rupiah melimpah dapat mengakibatkan tekanan depresiasi terhadap mata uang rupiah (Purnomo, 2004).
2.2.3. Selisih Kurs
Menurut Kurniawan (2011), selisih kurs mencerminkan perbedaan antara kurs beli dan kurs jual yang ditujukan menutupi biaya persediaan. Selisih kurs beli dan kurs jual biasanya dinyatakan sebagai persentase dari kurs jual.
% 100 x jual
kurs
beli kurs -jual kurs kurs
Selisih
... (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi selisih kurs antara lain:
1. Biaya pemesanan (ordering costs)
Biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan. 2. Biaya penyimpanan (holding cost)
Biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan. Semakin tinggi biaya persediaan, semakin besar selisih yang akan dikenakan untuk menutupi biaya persediaan.
3. Persaingan
Semakin ketat persaingan, semakin kecil selisih kurs yang ditetapkan. 4. Volume
Semakin likuid suatu mata uang, semakin kecil kemungkinan adanya perubahan harga yang mendadak.
5. Risiko mata uang
Semakin berisiko suatu mata uang yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi atau politik suatu negara, maka semakin kecil selisih kurs.
Menurut Muljono (2004), di dalam perdagangan valuta asing, bank perlu menyediakan dana sejumlah transaksi yang akan dilaksanakan tersebut. Dana (uang) yang terlihat dalam transaksi ini mempunyai dua peran yaitu sebagai barang (mata uang) yang diperdagangkan dan sebagai alat likuiditas bagi bank yang bersangkutan.
(23)
2.3. Peramalan
Menurut Heizer dan Render (2008), peramalan adalah proses memperkirakan kejadian di masa depan dengan cara melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa depan dengan suatu bentuk model matematik. Menurut Soeparno (2009), peramalan bertujuan agar peramalan yang dibuat dapat meminimumkan kesalahan peramalan artinya perbedaan antara kenyataan dengan ramalan tidak terlalu jauh. Peramalan yang baik adalah peramalan yang mendekati kenyataan. Oleh sebab itu, peramalan digunakan manajemen perusahaan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan sehingga mendapatkan gambaran perusahaan di masa mendatang dan memperoleh masukan yang sangat berarti dalam menentukan kebijakan perusahaan.
2.4. Metode Peramalan
Menurut Herjanto (2007), peramalan dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengukuran secaran kualitatif lebih didasarkan pada pendapat dari orang yang melakukan peramalan. Pengukuran kuantitatif menggunakan metode statistika. Metoda peramalan kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Metoda peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu disebut metode deret waktu atau time series method.
2. Metoda peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya, yang bukan waktu disebut metode sebab akibat atau metode eksplanatori.
Terdapat empat komponen utama yang mempengaruhi analisis peramalan time series, yaitu:
1. Pola Siklis (Cycle)
Penjualan dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik yang dipengaruhi oleh pola pergerakan aktivitas ekonomi yang terkadang memiliki kecenderungan periodik. Komponen siklis ini sangat berguna dalam peramalan jangka menengah. Pola ini terjadi bila data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus-menerus.
(24)
2. Pola Musiman (Seasonal)
Musim menggambarkan pola penjualan yang berulang setiap periode. Komponen musim dapat dijabarkan ke dalam faktor cuaca, libur, atau kecenderungan perdagangan. Pola musiman berguna untuk meramalkan penjualan dalam jangka pendek. Pola data ini terjadi bila nilai data sangat dipengaruhi oleh musim.
3. Pola Horizontal
Pola data ini terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata. 4. Pola Trend
Pola data ini terjadi bila data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus menerus.
Jika dalam data terdapat komponen trend, seasonal, atau siklis, maka dapat dikatakan data tersebut bersifat tidak stasioner. Sebaliknya, jika pada data tidak ada ketiga komponen tersebut, maka data dikatakan stasioner. Pengujian stasioneritas data dapat dilakukan dengan melihat pola grafik dan menguji autokorelasi data. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan memperhatikan adanya bar (batang) berwarna biru dalam grafik uji korelasi, bar yang terletak di atas garis bernilai positif dan bar yang terletak di bawah garis bernilai negatif. Terdapat dua garis merah terputus-putus yang merupakan garis upper dan lower. Jika bar tidak melewati kedua garis merah tersebut, berarti tidak adanya autokorelasi pada data, maka data terbukti stasioner dan bersifat random (Santoso, 2009).
2.4.1. Moving average
Moving average atau rata-rata bergerak diperoleh dari rata-rata permintaan berdasarkan data masa lalu yang terbaru. Metode ini menggunakan sejumlah data yang dapat dihitung rata-rata nilainya, kemudian menggunakan rata-rata tersebut untuk melakukan peramalan pada periode berikutnya. Jadi jumlah data yang dipergunakan dari waktu ke waktu relatif konstan, walaupun nilai datanya dapat bervariasi. Persamaan moving average dinyatakan sebagai berikut:
Mt = Ŷt+1 = (Yt + Yt-1 +Yt-2 + … + Yt-n+1) / n ... (2) Keterangan:
Mt = Rata-rata bergerak pada periode sekarang Ŷt+1 = Nilai ramalan periode berikutnya
(25)
Yt = Nilai aktual pada periode sekarang Ŷt-1 = Nilai aktual periode sebelumnya n = Jumlah data dalam rata-rata bergerak 2.4.2. Single Exponential Smoothing
Analisis single exponential smoothing merupakan salah satu metode peramalan yang memberikan pembobotan tingkat pentingnya data masa kini lebih besar daripada bobot masa sebelumnya. Semakin jauh sebuah data dari data terkini, maka semakin berkurang bobot data tersebut. Metode ini biasanya digunakan jika data cukup konstan, walaupun nilai datanya kadang kala dapat trend. Rumus metode exponential smoothing adalah:
... (3)
Keterangan:
= Nilai peramalan untuk periode berikutnya.
= Konstanta smoothing dengan nilai antar 0 sampai 1. = Permintaan aktual periode sekarang.
= Nilai peramalan periode sekarang.
Berdasarkan rumus tersebut terlihat bahwa proses exponential smoothing akan secara terus-menerus merevisi sebuah angka saat data terkini muncul. Untuk memulai proses peramalan dengan metode single exponential smoothing, terlebih dahulu dilakukan proses initializing model dengan tujuan menentukan angka awal sebesar tertentu agar proses peramalan dapat berjalan.
2.4.3. Double Exponential Smoothing
Metode analisis double exponential smoothing merupakan metode yang menyesuaikan faktor trend yang ada pada pola data. Berikut adalah persamaan dari double exponential smoothing. Persamaan untuk double exponential smoothing sebagai berikut:
... (4)
Persamaan untuk komponen trend estimate:
... (5)
Keterangan:
= Nilai peramalan pada periode berikutnya.
= Nilai peramalan periode berikutnya dalam rumus single eksponential
smoothing.
= Trend estimate pada periode berikutnya.
= Konstanta smoothing dengan nilai antar 0 sampai 1. = Faktor trend periode sekarang.
(26)
2.4.4. Triple Exponential Smoothing
Metode ini merupakan perluasan dari double exponential smoothing, metode ini menambahkan faktor seasonal atau musiman pada persamaan dasar dari smoothing. Persamaan dalam perhitungan winter’s method adalah sebagai berikut:
... (6)
Persamaan untuk komponen seasonality estimate:
... (7) Keterangan:
= nilai peramalan pada periode berikutnya.
= nilai peramalan periode berikutnya dalam rumus double exponential
smoothing.
= seasonality estimate pada periode berikutnya.
= konstanta smoothing dengan nilai antar 0 sampai 1. = permintaan aktual periode sekarang.
= nilai peramalan untuk periode berikutnya. = faktor seasonality pada periode sekarang.
2.5. Kriteria Peramalan
Beberapa kriteria yang digunakan untuk menguji ketepatan nilai peramalan yaitu (Herjanto, 2007):
1. Nilai Tengah Kesalahan Kuadrat (Mean Square Error) dirumuskan dengan:
∑ ... (8) 2. Kesalahan Persentase (Percentage Error), dirumuskan dengan:
... (9) 3. Nilai Tengah Kesalahan Persentase Absolute (Mean Absolute Percentage
Error), dirumuskan:
∑ ... (10) 4. Nilai Tengah Deviasi Absolut (Mean Absolute Deviation), dirumuskan
dengan:
∑ ... (11) Keterangan:
Xi - Fi = Kesalahan pada periode ke-i. Xi = Data aktual pada periode ke-i. Fi = Nilai ramalan pada periode ke-i. n = Banyaknya periode waktu.
(27)
Suatu perkiraan dapat dikatakan sempurna jika nilai yang diramalkan sama dengan nilai yang akan datang, tetapi untuk dapat melakukan perkiraan yang selalu tepat sangat sulit. Oleh sebab itu, perkiraan diharapkan dapat dilakukan dengan nilai kesalahan sekecil mungkin. Kesalahan peramalan tidak hanya disebabkan karena kesalahan dalam pemilihan metode, tetapi dapat juga karena jumlah data yang diamati terlalu sedikit, sehingga tidak dapat menggambarkan pola yang sebenarnya.
2.6. Persediaan
Menurut R. Agus Sartono (2010), persediaan adalah salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan, persediaan merupakan bagian dari aktiva atau harta perusahaan yang penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan, nilai persediaan akan mempengaruhi laba dalam laporan laba rugi dan aktiva perusahaan. Setiap perusahaan harus dapat mempertahankan jumlah persediaan optimum agar dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat dengan biaya yang serendah-rendahnya untuk menunjang kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Herjanto (2007), persediaan meliputi seluruh barang yang dimiliki perusahan untuk dijual kembali atau tanpa melalui proses perubahan pada saat tertentu. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang, pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi.
2.6.1. Pengendalian Persediaan
Indrajit (2005), menyatakan bahwa pengendalian persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sehingga kebutuhan operasi dapat terpenuhi tepat waktu dan investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal. Pengendalian tingkat persediaan bertujuan mencapai efisiensi dan efektivitas optimal dalam penyediaan material.
Menurut Handoko (2008), pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik berkaitan dengan investasi dalam pos aktiva lancar dan pelayanan kepada pelanggan. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai
(28)
persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dengan biaya minimum sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin.
2.6.2. Sifat Persediaan
Menurut Agoes (2012) sifat persediaan merupakan aktiva lancar yang jumlahnya besar dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi, sifat persediaan tersebut diantaranya adalah:
1. Dikatakan aktiva lancar karena masa perputarannya kurang atau sama dengan satu tahun.
2. Merupakan jumlah yang besar, khususnya didalam perusahaan dagang dan industri.
3. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan rugi laba karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, pembagian deviden dan rugi laba ditahan. Kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan periode berikutnya.
2.6.3 Fungsi Persediaan
Menurut Nilawati (2000), cadangan devisa adalah stok atau persediaan mata uang asing yang dapat digunakan untuk transaksi atau pembayaran internasional. Persediaan dalam perusahaan keuangan juga biasa disebut dengan cadangan devisa. Terdapat fungsi persediaan atau cadangan devisa bagi bank dan nasabah. Fungsi persediaan bagi bank (Purnomo, 2004):
1. Pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri, keduanya merupakan fungsi utama dari cadangan devisa. Hal ini dikarenakan mata uang rupiah bukan merupakan mata uang yang diterima secara global sehingga pemerintah harus menggunakan mata uang asing untuk mengimpor.
2. Mengatur nilai tukar. Apabila pemerintah menginginkan rupiah mengalami penguatan, maka cadangan devisa dalam bentuk dolar atau mata uang lain dapat dilepaskan untuk membeli rupiah.
Fungsi persediaan bagi nasabah (Stice dan Skousen, 2009): 1. Memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.
2. Menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman.
(29)
2.6.4. Jenis persediaan
Terdapat beberapa jenis persediaan dalam manajemen persediaan yaitu (Rangkuti, 2007):
1. Persediaan bahan baku (raw material stock)
Merupakan persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber alam atau dari supplier. 2. Persediaan bagian produk (purchased parts)
Merupakan persediaan barang yang terdiri atas komponen dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan baku pembantu (supplies stock)
Merupakan persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi (work in process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods)
Merupakan persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Diantara kelima jenis persediaan di atas, sebagian besar jenis persediaan dalam perusahaan jasa keuangan merupakan persediaan barang jadi, salah satunya ialah mata uang. Persediaan ini digunakan untuk dijual kembali tanpa melalui proses perubahan.
2.7. Biaya Persediaan
Menurut R. Agus Sartono (2010), tiga macam biaya di dalam keputusan persediaan, yaitu:
1. Biaya pemesanan (Ordering Cost)
Adalah biaya yang dikeluarkan tiap kali pemesanan. Biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilaksanakan dalam perusahaan.
2. Biaya penyimpanan (Holding Cost)
Adalah biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Penentuan besarnya holding cost didasarkan pada persediaan rata-rata dan biaya ini dinyatakan dalam persentase dari nilai dalam rupiah. Biaya
(30)
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas barang yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi.
3. Biaya kehabisan persediaan (Shortage Cost)
Adalah biaya yang timbul bila persediaan tidak mencukupi permintaan, maka terdapat nilai penjualan yang hilang. Biaya kehabisan persediaan ini diperhitungkan atas dasar kuantitas yang tidak dapat dipenuhi.
2.8. Metode Pengendalian Persediaan
Siswanto (2007), menyatakan bahwa metode persediaan probabilistik ditandai oleh permintaan dan waktu tenggang pesan (lead time) yang tidak dapat diketahui sebelumnya secara pasti, informasi yang diketahui hanya berupa pola permintaan yang diperoleh berdasarkan data masa lalu. Jika salah satu bersifat probabilistik, maka asumsi pesanan datang pada saat persediaan habis kemungkinan tidak terpenuhi. Oleh karena itu, sebuah model harus disesuaikan dengan kondisi asumsi tersebut.
Ketika salah satu permintaan dan lead time tidak bisa diketahui sebelumnya secara pasti, maka deviasi kapan persediaan dibutuhkan dan kapan persediaan datang harus diketahui. Terdapat tiga kemungkinan yang akan terjadi, yaitu persediaan habis ketika pesanan belum tiba, persediaan habis tepat pada saat pesanan tiba dan persediaan belum habis saat pesanan tiba, sehingga solusi untuk mengantisipasi penyimpangan tersebut perlu dibentuk safety stock.
Menurut Heizer dan Render (2008), terdapat sifat permintaan dan lead time dalam metode persediaan probabilistik sebagai berikut:
1. Permintaan merupakan variabel dan lead time konstan
̅ ... (12)
Dimana √ ... (13) Keterangan:
ROP = Tingkat pemesanan kembali
̅ = Permintaan harian rata-rata L = Lead time
Z = Faktor keamanan, tergantung besarnya service level
= Deviasi standar dari permintaan harian selama lead time
= Deviasi standar dari permintaan harian 2. Permintaan merupakan konstan dan lead time variabel
(31)
Keterangan:
d = Permintaan harian
̅ = Lead time rata-rata dalam hari
= Deviasi standar selama lead time
3. Permintaan merupakan konstan dan lead time variabel
̅ ̅ √ ̅ ̅ ... (15) Dalam inventory probabilistic terdapat dua kebijakan yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan, yaitu model persediaan kontinu dan model persediaan periodik. Perhitungan solusi optimal dengan menggunakan kedua metode tersebut menghasilkan biaya minimal (Elsayed, 1994).
2.8.1. Metode Persediaan Kontinu
Metode ini disebut juga dengan metode continuous probabilitic EOQ, merupakan pengendalian persediaan yang pemesanannya dilakukan pada saat jumlah persediaan (I) mencapai titik pemesanan kembali (r). Jika pemesanan (Q) dilakukan dibawah reorder point, maka persediaan akan habis sebelum pesanan tiba atau masa lead time (L), tetapi jika pemesanan dilakukan pada saat persediaan diatas reorder point akan mengakibatkan jumlah persediaan terlalu banyak, sehingga jumlah persediaan harus dipantau secara terus menerus. Hal ini dapat diamati dalam kurva metode persediaan kontinu pada Gambar 3.
Gambar 3. Kurva metode persediaan kontinu (Elsayed, 1994)
Beberapa kondisi yang digunakan dalam metode persediaan kontinu ini adalah:
1. Kuantitas pesanan berubah. 2. Periode pemesanan berubah. 3. Lead time tetap
(32)
4. Pemesanan kembali dilakukan pada saat jumlah persediaan telah mencapai reorder point.
5. Adanya safety stock.
6. Kemungkinan terjadi stock out
Perhitungan yang digunakan dalam metode ini: 1. Kuantitas pesanan awal
√ ... (16) Keterangan:
Q = Besarnya jumlah pemesanan D = Permintaan
S = Biaya setiap kali pesan h = Biaya simpan per unit 2. Kuantitas pesanan optimal
√ ... (17) Keterangan:
Q* = Kuantitas pesanan optimal
BK = Biaya kehabisan persediaan per unit K = Ekspektasi kehabisan persediaan 2. Persediaan Pengaman (safety stock)
... (18) Keterangan:
SS = Safety stock
Z = Safety Factor, tergantung besarnya service level = Deviasi Standar
3. Titik pemesanan kembali ( Reorder point )
... (19) Keterangan:
ROP = Reorder point d = Permintaan harian L = Lead Time
4. Peluang kehabisan persediaan
... (20) Keterangan:
(33)
5. Ekspektasi kehabisan persediaan (K)
√ [ ] ... (21) Keterangan:
exp = Eksponen
dlt = Permintaan selama lead time
= Deviasi standar selama lead time 6. Total Inventory Cost (Total Biaya Persediaan)
[ ] ... (22) Keterangan:
Tc = Total inventory cost C = Harga/unit
7. Tingkat pelayanan (Service level)
... (23) Keterangan:
SL = Service level
Penentuan Q dan P(KP) optimum dilakukan dengan cara iterasi, langkah-langkahnya ialah sebagai berikut: (Don T. Philips, A. Ravindran, dan James Solberg, 1976)
Langkah 1 : Asumsi (K) adalah nol, dan hitung Q1 √ Langkah 2 : Hitung P(KP) yang berhubungan dengan Q1. Langkah 3 : Hitung K dan Q2.
Langkah 4 : Hitung P(KP) dengan menggunakan Q2 hasil langkah 3.
Langkah 5 : Ulangi langkah 3 dan 4 sampai menghasilkan nilai P(KP) dan Q yang hampir sama dalam dua iterasi, dimana kedua nilai sudah tidak mengalami perubahan lagi.
Langkah 6 : Menetapkan nilai Q dan P(KP) dari hasil langkah 5 sebagai solusi optimal Q* dan P(KP)*.
Menurut Supranto (2000), deviasi standar adalah tingkat fluktuasi yang dipakai dalam memperkirakan risiko atas penyimpangan yang mungkin terjadi. Deviasi standar dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
√∑ ̅ ... (24) Keterangan:
= deviasi standar
= setiap nilai dari suatu observasi
̅ = rata-rata dari observasi n = jumlah varian yang dihitung
(34)
2.8.2. Metode Persediaan Periodik
Menurut Elsayed (1994), metode inni memperhitungkan tingkat jumlah persediaan (R) dan panjang interval waktu (P). Jumlah pesanannya sangat bergantung pada sisa persediaan ketika periode pemesanan tercapai dan jarak waktu (t) antar dua pesanan adalah tetap. Kurva metode persediaan periodik dapat dilihat pada Gambar 4. sebagai berikut:
Gambar 4. Kurva metode persediaan periodik (Elsayed, 1994)
Terlihat dalam Gambar 4. bahwa pada saat t1, jumlah persediaan (I1) berada di atas reorder point (r) yang ditetapkan, sehingga tidak dilakukan pemesanan. Pada saat t2 dilakukan pemesanan sebesar Q2 = R-I2 unit, karena pada saat tersebut jumlah persediaan (I2) berada di bawah reorder point. Beberapa kondisi yang digunakan dalam metode persediaan periodik ini, antara lain kuantitas pesanan berubah-ubah, permintaan tidak pasti, periode pemesanan tetap, tidak memiliki titik pemesanan kembali, adanya persediaan pengaman atau safety stock.
Perhitungan yang digunakan dalam metode ini:
1. Optimal Review Period (Economic Review Period)
√ ... (25) Keterangan:
P = Optimal review period (Bulan) S = Ordering cost/pesanan
H = Holding cost (Unit/tahun) D = Permintaan
2. Tingkat persediaan setiap siklus
(35)
Keterangan:
R = Tingkat persediaan tiap siklus
= Permintaan selama lead time optimal = Deviasi standar selama lead time optimal
Z = Safety factor, tergantung besarnya service level BK = Biaya kehabisan persediaan per unit
3. Peluang kehabisan persediaan
... (27) Keterangan:
P(KP) = Peluang kehabisan persediaan 4. Ekspektasi kehabisan persediaan (K)
√ [ ] ... (28)
Keterangan:
K = Ekspektasi kehabisan persediaan exp = Eksponen
ROP = Titik pemesanan kembali
5. Total Inventory Cost (Total Biaya Persediaan)
... (29)
Keterangan:
Tc = Total inventory cost
= Permintaan selama lead time = Permintaan selama periode optimal
6. Tingkat pelayanan (Service level)
... (30) Keterangan:
SL = Service level
2.8.3. Metode Minimum-Maksimum
Menurut Indrajit (2005), konsep metode ini dikembangkan berdasarkan jumlah minimum barang tertentu sebaiknya tersedia di persediaan, tetapi barang yang disimpan tersebut tidak terlalu banyak sehingga ada batas maksimum untuk menghindari tingginya biaya simpan. Sistem kerja metode Min-Maks yang terdapat dalam Gambar 5. memperlihatkan bahwa persediaan yang telah melewati batas minimum dan mendekati titik safety stock (SS), maka pemesanan kembali (ROP) harus dilakukan. Batas safety stock dalam kurva metode min-maks yang terlihat pada Gambar 5. ini, merupakan batas untuk pemesanan kembali, sedangkan batas maksimum adalah batas kesediaan perusahaan untuk
(36)
menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan material. Penentuan pemesanan kembali dilakukan jika persediaan telah melewati batas minimum dan mendekati titik safety stock. Beberapa kondisi yang digunakan dalam metode Min-Maks ini adalah:
1. Kuantitas pemesanan tidak tetap. 2. Periode pemesanan tidak tetap.
3. Memiliki titik pemesanan kembali atau reorder point, yaitu pada saat persediaan berada di minimum stok.
4. Adanya persediaan pengaman yaitu sejumlah persediaan yang disiapkan untuk menghadapi adanya perubahan permintaan.
Kurva metode min-maks dapat diamati pada Gambar 5. sebagai berikut:
Gambar 5. Kurva metode min-maks (Indrajit, 2005) Perhitungan yang digunakan dalam metode ini, antara lain:
1. Safety stock
... (31) Keterangan:
SS : Safety stock D : Permintaan
N : Jumlah periode (frekuensi transaksi) 2. Minimum stok
... (32) Keterangan:
d : Permintaan harian L : Lead Time
(37)
3. Maksimum stok
... (33 4. Kuantitas pesanan (Order Quantity)
... (34) 5. Average Inventory Level
... (35) Keterangan:
I : Rata-rata tingkat persediaan Q : Besarnya jumlah pemesanan 6. Turn Over Ratio (TOR)
... (36) 7. Total Inventory Cost (Total Biaya Persediaan)
[ ] ... (37) Keterangan:
Tc : Total inventory cost C : Harga/unit
S : Biaya setiap kali pesan h : Biaya simpan per unit 2.9. Service Level
Service level adalah nilai yang ditetapkan oleh perusahaan, nilai ini diperhitungkan ke dalam persediaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumennya (Ballou, 2004). Nilai service level biasanya berupa persentase dan batas maksimumnya adalah 100%, yang berarti bahwa kebutuhan konsumen selalu terpenuhi. Nilai service level biasanya ditentukan berdasarkan kebijakan yang berlaku dalam suatu perusahaan. Keuntungan pemilihan nilai service level 100% bagi perusahaan adalah jaminan kepastian memiliki persediaan dan tingkat pelayanan konsumen baik, sedangkan kerugiannya adalah tingginya persediaan produk yang disimpan di gudang dan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan investasi tersebut.
2.10. Prinsip Model Persediaan
Menurut Herjanto (2007), keputusan penting dalam model persediaan ialah menentukan kapan pesanan suatu barang dilakukan dan berapa banyak barang yang dipesan. Keputusan yang diambil mempunyai pengaruh terhadap besarnya
(38)
biaya persediaan. Semakin banyak jumlah persediaan yang disimpan mengakibatkan biaya penyimpanan semakin besar, semakin sedikit persediaan yang disimpan dapat menurunkan biaya penyimpanan, namun menyebabkan frekuensi pemesanan semakin besar yang dapat meningkatkan biaya pemesanan. Model persediaan pada prinsipnya ditujukan untuk menentukan jumlah pesanan yang optimal dan barang tersedia pada waktu yang dibutuhkan agar biaya total persediaan dapat diminimalkan.
2.11. Penelitian Terdahulu
Bambang Murtjito (1997) dalam penelitiannya berjudul Pengelolaan Persediaan Uang Kas dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Bank (Studi Kasus pada PT. Bank X Cabang B) menetapkan tujuan untuk melakukan kajian terhadap manajemen kas yang dilakukan pihak manajemen, menganalisis pola penarikan dan penyetoran uang tunai oleh nasabah, menganalisis kendala-kendala yang dihadapi PT. Bank X Cabang B di dalam mengelola kas untuk menjamin lancarnya pelayanan kas dan sekaligus tidak terjadi inefisiensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bank X Cabang B tidak melakukan manajemen kas, tetapi hanyalah melaksanakan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh kantor pusatnya (Divisi Treasury) yaitu mengamati pola penarikan dan penyetoran kas yang terjadi setiap hari untuk menghindari pengendapan saldo kas yang cukup besar menjelang setiap akhir bulan, uang kas untuk pembayaran gaji tidak harus seluruhnya disediakan pada akhir bulan. Pola penarikan dan penyetoran kas tersebut diketahui berdasarkan sebaran data yang ada, yaitu data rata-rata penyetoran kas (kas masuk) menunjukkan adanya kecenderungan yang meningkat pada akhir bulan. Kondisi tersebut terjadi karena PT. Bank X Cabang B melayani pembayaran gaji pegawai negeri maupun perusahaan swasta yang menjadi nasabahnya pada awal bulan. Oleh sebab itu, pada tanggal-tanggal tersebut PT. Bank X Cabang B menyiapkan uang tunai yang cukup besar dengan mengambil uang (cash supply) dari Bank Indonesia. Kendala yang dihadapi ialah rata-rata saldo kas menunjukkan kecenderungan di bawah pagu kas yang ditetapkan sebesar Rp 1.700 juta per hari. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan kas dengan menggunakan metode persediaan probabilistik, yaitu pendekatan kurva Z, pagu kas yang dianggap cukup untuk melayani nasabah PT. bank X Cabang B adalah sebesar Rp. 1.800 juta.
(39)
Tavifansyah (2005) dengan judul Optimasi Persediaan Kas di Bank X Cabang Jatinegara, Jakarta. Tujuan dari penelitian tersebut ialah mengkaji manajemen pagu kas Bank X Cabang Jatinegara, mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan pagu kas ideal, mengkaji metode yang dapat dirujuk untuk menentukan jumlah pagu kas ideal bagi Bank X Cabang Jatinegara dengan membandingkan antara metode Baumal, Miller-Orr, dan Probabilistik. Kesimpulannya ialah dalam pengelolaan persediaan kas, pagu kas Bank X Cabang Jatinegara sering dilampaui, kecuali pada bulan April, Mei, dan Juni. Jumlah frekuensi kelebihan saldo kas terhadap pagu kas pada tahun 2004 adalah 208 kali dengan jumlah nominal sebanyak Rp 606.666.206.575, sehingga peluang cabang untuk memperoleh kesempatan mendapatkan pendapatan menjadi hilang. Faktor yang berpengaruh terhadap penentuan pagu kas adalah ketidakpastian pola penarikan oleh nasabah, koordinasi dengan unit lain, tingkat keahlian dan keterampilan sumberdaya manusia, dan birokrasi dalam penentuan pagu kas memerlukan waktu yang relatif lama. Penentuan pagu kas yang dapat dirujuk untuk menentukan jumlah pagu kas yang ideal bagi Bank X Cabang Jatinegara adalah menggunakan rumus persediaan kas model analisis Miller-Orr, maka pagu kas yang ditetapkan adalah dengan batas bawah sebesar Rp. 8.500.000.000 dan batas atas sebesar Rp. 11.012.531.488, sehingga pagu kas yang ditetapkan saat ini sebesar Rp 8.500.000.000 dianggap tidak relevan disebabkan masih dibawah nilai besarnya titik kembali yaitu Rp 9.337.510.496.
Ade Fitria Imelda (2006) dengan judul Analisis Pengelolaan Persediaan Cash Reserve Optimum pada Kantor Layanan Pluit Kencana PT. Bank X Cabang Y. Tujuan dari penelitian tersebut ialah menganalisis karakteristik transaksi nasabah, mengevaluasi penerapan sistem pengelolaan cash reserve, menentukan persediaan cash reserve optimal. Analisis kakteristik transaksi nasabah di KLN Pluit Kencana dilakukan berdasarkan laporan mutasi kas masuk dan kas keluar selama 1 tahun. Analisa mutasi kas dikelompokkan berdasarkan harian, tanggal dan mingguan. Rata-rata transaksi kas masuk terbesar di KLN Pluit Kencana terjadi pada hari Senin setiap bulannya, pada minggu ke-2 dan pada setiap tanggal 25. Untuk kas keluar, rata-rata transaksi terbesar terjadi juga pada hari Senin, setiap tanggal 25 dan minggu ke-4. Rata-rata remise terbesar terjadi pada hari Senin, minggu ke-2 dan setiap tanggal 2. Rata-rata terbesar untuk supply terjadi
(40)
pada hari Selasa, setiap tanggal 14 dan minggu pertama setiap bulannya. Rata-rata terkecil untuk remise terjadi pada hari Rabu, tanggal 1 dan minggu ke-3, sedangkan untuk supply terjadi pada hari Senin dan Jumat, pada tanggal 16 sampai tanggal 20, tanggal 22 sampai tanggal 23, tanggal 29 sampai tanggal 31 dan minggu ke-3. Evaluasi pengelolaan sistem cash reserve dilakukan dengan mengkaji laporan posisi kas yaitu saldo harian kas, laporan frekuensi supply dan remise selama 1 tahun, biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh Kantor Cabang Y untuk melakukan cash supply dan remise ke setiap KLN. Penentuan persediaan cash reserve optimal menggunakan model Miller-Orr, yaitu Rp 424 Juta dengan batas bawah atau minimal Rp 368,43 juta dan batas atas atau maksimal Rp 535 juta.
(41)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Selama musim ibadah haji, pecahan mata uang SAR bagi nasabah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting. Hal ini terlihat dari banyaknya nasabah yang melakukan transaksi penukaran mata uang rupiah terhadap SAR selama musim ibadah haji, sehingga mengakibatkan tingginya permintaan SAR tersebut. Perbankan yang menghadapi situasi seperti ini, diperlukan pengelolaan yang baik dalam pembelian maupun permintaan SAR.
Permintaan SAR selama musim ibadah haji didorong dengan adanya motif kebutuhan nasabah yang berbeda, yang selalu terkait dengan musim haji atau adanya kebutuhan lain. Permintaan tersebut perlu di prediksi untuk menentukan jumlah persediaan selama musim ibadah haji. Jumlah pembelian SAR yang dipesan ditentukan berdasarkan peramalan permintaan dan pengendalian persediaan selama musim ibadah haji untuk menghindari tingginya kelebihan maupun kekurangan persediaan.
Kelebihan maupun kekurangan persediaan mengakibatkan bank mengalami kerugian seperti reputasi bank menurun, hilangnya penjualan yang mempengaruhi keuntungan, terjadi inefisiensi biaya persediaan karena adanya peningkatan biaya penyimpanan. Jumlah persediaan SAR yang tidak mencukupi atau melebihi permintaan akan berdampak negatif bagi nasabah dan bank, hal ini disebabkan tingkat permintaan pada periode tertentu sering mengalami fluktuasi, maka perlu dilakukan prediksi ulang terhadap jumlah permintaan SAR untuk menentukan jumlah pembelian SAR optimal yang merupakan jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal.
Tingkat persediaan SAR yang mencukupi permintaan, maka kebutuhan nasabah selama musim ibadah haji terpenuhi. Hal ini merupakan faktor terpenting bagi nasabah maupun bank, sehingga dengan adanya stok minimal yang merupakan jumlah persediaan cadangan (safety stock) yang harus dimiliki oleh bank untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya persediaan, menciptakan suatu kepuasan nasabah dan bank memperoleh keuntungan optimal.
(42)
Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian ini terlihat pada Gambar 6.
Tidak
Ya
Gambar 6. Kerangka pemikiran 3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan data yang diperlukan sebagai dasar untuk menentukan data terkait penelitian melalui studi pustaka, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data baik primer maupun sekunder melalui wawancara langsung dan data historis perusahaan. Data yang sudah didapatkan akan diolah dengan cara mengelompokkan data menjadi data permintaan dan persediaan SAR berdasarkan data historis perusahaan. Pengidentifikasian digunakan untuk melihat pola permintaan SAR dan memprediksi permintaan tersebut menggunakan metode peramalan time series, kemudian hasil dari peramalan digunakan untuk menentukan tingkat persediaan
Terkait Musim Haji Terkait
Kebutuhan Lain
Menentukan Jumlah Persediaan
Cukup ? Pembelian
SAR
Permintaan SAR Transaksi SAR
Kebutuhan Musim Haji
Terpenuhi
Kepuasan Nasabah
Stok Minimal Keuntungan
(43)
optimum menggunakan model persediaan yang memiliki parameter sesuai dengan kondisi BSM Cabang Bekasi.
Penilaian parameter ini didapatkan melalui wawancara pihak BSM Cabang Bekasi mengenai penentuan persediaan SAR yang digunakan, sedangkan pola persediaan digunakan untuk melihat tingkat penerimaan SAR selama musim ibadah haji. Tahapan penelitian ini diharapkan akan menghasilkan pelayanan yang maksimal dalam memenuhi kebutuhan nasabah dan memperoleh keuntungan yang optimal dengan stok minimal dalam pengendalian persediaan SAR selama musim ibadah haji. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. sebagai berikut:
Gambar 7. Tahapan penelitian 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi yang beralamat di Jl. Ahmad Yani A5 No. 6-7 selama 3 bulan terhitung mulai bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Pemilihan penempatan tersebut dilakukan secara
Plot Penjualan SAR (Permintaan Kebutuhan)
Plot Persediaan SAR Penentuan Persediaan
yang Digunakan BSM
Mulai
Selesai
Pola Permintaan Metode
Peramalan
Tingkat Persediaan SAR optimum
Pola Persediaan Pengembangan
Model Persediaan
Identifikasi Kebutuhan Data
Data Historis Wawancara
(44)
purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan BSM Cabang Bekasi merupakan kantor cabang bank yang cukup besar di kota Bekasi.
3.4. Jenis Data yang Dibutuhkan
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif dan data yang bersifat kuantitatif. Data bersifat kualitatif meliputi: 1. Data mengenai penentuan persediaan SAR pada BSM Cabang Bekasi selama
musim ibadah haji.
2. Data mengenai sistem transaksi jual beli SAR. 3. Data mengenai metode perhitungan kurs SAR. 4. Data mengenai proses penyediaan dana SAR.
Data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang. Data kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data tentang pembelian dan penjualan SAR selama lima tahun.
2. Data tentang biaya-biaya yang terkait dalam persediaan SAR meliputi biaya pemesanan berupa biaya telepon, upah karyawan, biaya penyimpanan berupa biaya asuransi persediaan, dan biaya kehabisan persediaan.
3. Data kurs jual dan kurs beli SAR selama lima tahun.
3.5. Sumber Data
Data kualitatif dan data kuantitatif yang dibutuhkan, berasal dari berbagai sumber yang dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari Head Teller dan Manajer Operasi BSM Cabang Bekasi, serta Kepala Bagian Tata Usaha BPIH dan Koordinator Keuangan Kementerian Agama. Jenis data lain yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder yang diperoleh dari laporan historis BSM Cabang Bekasi, studi pustaka, dan artikel yang terkait.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, yaitu:
1. Teknik pencatatan dokumen, peneliti melakukan pencatatan dokumen atau laporan historis BSM Cabang Bekasi terkait dengan data yang dibutuhkan. 2. Teknik wawancara, peneliti membuat daftar pertanyaan untuk melakukan
(1)
Lampiran 18. Perincian perhitungan parameter pendukung pada
service level
95%
1.
Safety stock
:
faktor keamanan X deviasi standar = 1,64 x 4.120 SAR = 6.777 SAR
2.
Peluang kehabisan persediaan = 1 -
service level
0,95 = 0,05 atau 5%
3.
Biaya simpan
Safety stock
:
Safety stock
X Biaya simpan = 6.777 SAR x Rp 5,91 = Rp 66.794
4.
Biaya kehabisan persediaan:
Biaya kehabisan persediaan per SAR x
∑
=
Rp 25,61 x (peluang kehabisan persediaan x peramalan permintaan) =
Rp 25,61 x (5%x 158.682) = Rp 203.192
(2)
Lampiran 19. Perincian biaya
Sumber: Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi, 2012 (diolah)
Rp
Upah security, driver, office boy 75.000
BBM 75.000
Biaya Asuransi Persediaan
Biaya simpan per unit
1.121.575
Permintaan (D) Kuantitas (Q)
158.682 101.244 286.821
665.154 Total
Biaya Kehabisan Persediaan
12.362 Biaya pesan (S)
Biaya Total Persediaan Continuous Probabilitic EOQ Biaya Pemesanan
Biaya penyimpanan 299.173
Biaya Pemesanan
Biaya penyimpanan
66.798
11.302 5,91
Masing-masing Rp 25.000
Premi (%) Nilai persediaan (SAR)
938.575 0,2482
183.000
Total
5,91
Biaya simpan safety stock Safety stock (SAR) Biaya simpan/unit (Rp)
158.682
Biaya Telepon Tarif Telepon per menit (Rp) Rata-rata waktu telepon (menit)
33.000
2.200 15
40,13
Biaya Kehabisan/unit selama siklus pesan (Rp)
308
Rata-rata Kehabisan persediaan Kuantitas Rata-rata
(3)
Lampiran 20. Daftar pertanyaan wawancara
Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi:
1.
Bagaimana penentuan penyediaan SAR ?
a.
Apa saja akibat/dampak dari kelebihan persediaan SAR ?
b.
Bagaimana perlakuan bagi persediaan SAR yang berlebih ? apakah
disimpan untuk tahun berikutnya (resiko penyimpanan & perubahan kurs)
atau dijual lagi mengikuti
spread
yang tinggi atau dikembalikan ke pusat ?
c.
Jika terjadi
shortage
, bagaimana dampak dan solusi ?
2.
Bagaimana proses transaksi jual beli SAR ?
a.
Dimana dan kapan pemesanan SAR dilakukan ?
b.
Mulai kapan BSM Cabang Bekasi menyediakan SAR menjelang musim
ibadah haji ?
c.
Sebelum melakukan pemesanan pertama, apakah BSM Cabang Bekasi
sudah memiliki persediaan yang merupakan sisa persediaan akhir di tahun
sebelumnya ?
d.
Berapakah jumlah pemesanan pertama untuk SAR selama musim haji ?
e.
Jika jumlah pemesanan pertama telah habis, Apakah jumlahnya selalu
sama untuk pemesanan berikutnya ?
f.
Apakah frekuensi pemesanan untuk menambah persediaan SAR selalu
tetap ? atau berubah-ubah ?
g.
Bagaimana dengan
lead time
(waktu antara pemesanan dengan penerimaan
pesanan), apakah selalu tepat waktu atau pernah terjadi keterlambatan ?
3.
Apakah ada biaya persediaan terkait dengan penyediaan SAR ?
a.
Bagaimana dengan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan mata uang
SAR, apakah keduanya selalu tetap untuk tiap kali pemesanan dan
penyimpanan ?
b.
Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan apa saja yang terkait transaksi
SAR ?
4.
Bagaimana perhitungan kurs SAR ?
a.
Bagaimana perhitungan nilai kurs SAR rata-rata per tahun ?
b.
Bagaimana perhitungan selisih nilai kurs SAR ?
Kementerian Agama :
1.
Bagaimana proses penyediaan dana
living
cost
SAR ?
2.
Pihak siapa saja yang terkait dalam penyediaan dana SAR ?
(4)
Lampiran 21. Data permintaan SAR setiap pecahan periode 2007-2011
Periode
Permintaan Saudi Arabian Real
Total
SAR
1
SAR
5
SAR
10
SAR
20
SAR
50
SAR
100
2007
Rajab
69
200
300
500
2.000
3.000
6.069
Sya'ban
42
165
240
500
800
2.400
4.147
Ramadhan
2.226
2.075
8.280
8.200 62.200 41.400 124.381
Syawal
1.240
1.215
4.860
4.860 36.450 24.300
72.925
Dzulqaddah 1.360
1.330
6.160
6.040 48.550 28.900
92.340
2008
Sya'ban
939
810
3.250
3.240 24.300 16.200
48.739
Ramadhan
1.651
1.490
5.980
5.960 44.700 29.800
89.581
Syawal
454
390
1.570
1.560 11.700
7.800
23.474
Dzulqaddah
60
60
3.530
2.380 27.600 21.200
54.830
2009
Ramadhan
245
185
730
740
5.500
3.600
11.000
Syawal
1.462
1.215
3.440
3.640 32.800 26.900
69.457
Dzulqaddah 1.468
2.110
6.670
7.240 40.750 19.500
77.738
2010
Sya'ban
4.175 10.850 13.340 13.400
8.350
0
50.115
Ramadhan
6.640 17.245 21.260 21.200 13.400
0
79.745
Syawal
1.785
5.855
8.030
6.400 14.350
0
36.420
Dzulqaddah 2.902
5.155 10.050
5.680 14.300
0
38.087
Dzulhijjah
1.559
1.190
3.530
1.620
800
0
8.699
2011
Ramadhan
900
900
3.600
3.600 27.000 18.000
54.000
Syawal
375
375
1.500
1.500 11.250
7.600
22.600
Dzulqaddah 1.450
1.450 10.700
900 43.500 29.000
87.000
(5)
Lampiran 22. Data persediaan SAR setiap pecahan periode 2007-2011
Sumber: Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi, 2012
SAR 1 SAR 5 SAR 10 SAR 20 SAR 50 SAR 100
Shafar 41 85 70 140 400 0 736
Rabiul Awal 41 85 70 140 400 - 736
Rabiul Akhir 41 85 70 140 400 - 736
Jumadil Ula 41 85 70 140 400 - 736
Jum. Tsaniyah 5.041 5.085 20.070 20.140 150.400 100.000 300.736 Rajab 4.972 4.885 19.770 19.640 148.400 97.000 294.667 Sya'ban 4.930 4.720 19.530 19.140 147.600 94.600 290.520 Ramadhan 2.704 2.645 11.250 10.940 85.400 53.200 166.139 Syawal 1.464 1.430 6.390 6.080 48.950 28.900 93.214 Dzulqaddah 104 100 230 40 400 - 874
Dzulhijjah 104 100 230 40 400 - 874
Muharram 104 100 230 40 400 - 874
Shafar 104 100 230 40 400 - 874
Rabiul Awal 104 100 230 40 400 - 874
Rabiul Akhir 104 100 230 40 400 - 874
Jumadil Ula 104 100 230 40 400 - 874
Jum. Tsaniyah 104 100 230 40 400 - 874
Rajab 3.854 3.850 15.230 15.040 112.900 75.000 225.874 Sya'ban 2.915 3.040 11.980 11.800 88.600 58.800 177.135 Ramadhan 1.264 1.550 6.000 5.840 43.900 29.000 87.554 Syawal 810 1.160 4.430 4.280 32.200 21.200 64.080 Dzulqaddah 750 1.100 900 1.900 4.600 - 9.250 Dzulhijjah 750 1.100 900 1.900 4.600 - 9.250 Muharram 750 1.100 900 1.900 4.600 - 9.250 Shafar 750 1.100 900 1.900 4.600 - 9.250 Rabiul Awal 750 1.100 900 1.900 4.600 - 9.250 Rabiul Akhir 750 1.100 900 1.900 4.600 - 9.250 Jumadil Ula 750 1.100 900 1.900 4.600 - 9.250 Jum. Tsaniyah 750 1.100 900 1.900 4.600 - 9.250 Rajab 3.250 3.600 10.900 11.900 79.600 50.000 159.250 Sya'ban 3.250 3.600 10.900 11.900 79.600 50.000 159.250 Ramadhan 3.005 3.415 10.170 11.160 74.100 46.400 148.250 Syawal 1.543 2.200 6.730 7.520 41.300 19.500 78.793 Dzulqaddah 75 90 60 280 550 - 1.055 Dzulhijjah 75 90 60 280 550 - 1.055 Muharram 75 90 60 280 550 - 1.055 Shafar 75 90 60 280 550 - 1.055 Rabiul Awal 75 90 60 280 550 - 1.055 Rabiul Akhir 75 90 60 280 550 - 1.055 Jumadil Ula 75 90 60 280 550 - 1.055 Jum. Tsaniyah 75 90 60 280 550 - 1.055 Rajab 75 90 60 280 550 - 1.055 Sya'ban 9.900 24.240 35.720 28.880 27.200 - 125.940 Ramadhan 3.260 6.995 14.460 7.680 13.800 - 46.195 Syawal 2.475 3.640 9.930 4.280 1.950 - 22.275 Dzulqaddah 1.573 1.335 3.680 1.700 900 - 9.188 Dzulhijjah 14 145 150 80 100 - 489
Muharram 14 145 150 80 100 - 489
Shafar 14 145 150 80 100 - 489
Rabiul Awal 14 145 150 80 100 - 489
Rabiul Akhir 14 145 150 80 100 - 489
Jumadil Ula 14 145 150 80 100 - 489
Jum. Tsaniyah 14 145 150 80 100 - 489
Rajab 14 145 150 80 100 - 489
Sya'ban 14 145 150 80 100 - 489 Ramadhan 2.614 2.745 18.550 2.480 78.100 52.000 156.489 Syawal 2.239 2.370 17.050 980 66.850 44.400 133.889 Dzulqaddah 789 920 6.350 80 23.350 15.400 46.889 Dzulhijjah 789 920 6.350 80 23.350 15.400 46.889 Muharram 789 920 6.350 80 23.350 15.400 46.889
Total 2011 2007 2008 2009 2010
Persediaan Saudi Arabian Real Periode
(6)