Plot Gabungan Persediaan dan Permintaan SAR

karena adanya pemesanan. Periode pemesanan yang dilakukan oleh BSM Cabang Bekasi mengalami pergeseran setiap tahun. Pemesanan awal dilakukan pada bulan Hijriyah yang berbeda karena periode pemesanan yang dilakukan BSM Cabang Bekasi mengikuti periode pelunasan biaya haji pada tahun berjalan, dimana periode pelunasan dikonfirmasikan oleh Kementerian Agama saat peraturan mengenai BPIH ditetapkan. Data periode waktu penetapan BPIH dan pemberangkatan kloter haji pertama dapat dilihat dalam Tabel 5. sebagai berikut: Tabel 5. Periode waktu penetapan BPIH dan pemberangkatan haji kloter pertama Tahun Periode Deviasi Hari Pengumuman BPIH Keberangkatan haji kloter pertama Masehi Hijriyah Masehi Hijriyah 2007 5 Juni Jumadil Ula 17 November Dzulqaddah 164 2008 8 Agustus Syaban 5 November Dzulqaddah 88 2009 3 Juli Rajab 23 Oktober Dzulqaddah 111 2010 29 Juli Syaban 12 Oktober Dzulqaddah 74 2011 12 Agustus Ramadhan 02 Oktober Dzulqaddah 50 Sumber : Kementerian Agama RI, 2013 diolah Hasil deviasi yang semakin kecil nilainya selama lima tahun dalam Tabel 5. menyimpulkan bahwa penetapan BPIH semakin mendekati pemberangkatan haji, sehingga persediaan SAR di BSM Cabang Bekasi mengalami pergeseran ke arah positif selama lima tahun berturut-turut. Kondisi ini dapat mempengaruhi permintaan SAR setiap tahun berjalan karena permintaan SAR mengikuti persediaan, dimana mulainya permintaan terjadi setelah BSM Cabang Bekasi melakukan pemesanan pada saat BPIH telah ditetapkan pemerintah, sehingga mulai terjadinya permintaan SAR di BSM Cabang Bekasi juga mengalami pergeseran ke arah positif. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 8. Persediaan SAR tidak disediakan setiap bulan oleh BSM Cabang Bekasi karena persediaan SAR difokuskan untuk musim ibadah haji, sehingga pemesanan SAR hanya dilakukan BSM Cabang Bekasi pada periode tertentu. Jumlah pemesanan SAR atau persediaan di BSM Cabang Bekasi ditentukan berdasarkan data historis penjualan SAR musim ibadah haji tahun sebelumnya yang telah disesuaikan dengan kuota haji kota Bekasi. Pada tahun 2007, jumlah persediaan SAR masih sangat besar karena belum adanya pembatasan kuota haji di kota Bekasi, sedangkan pada tahun 2008, keberangkatan jamaah haji banyak tertunda akibat pembatasan kuota yang sudah diberlakukan. Kondisi ini mengakibatkan jumlah persediaan SAR di BSM Cabang Bekasi mengalami penurunan. Kuota haji pada tahun 2009 mengalami peningkatan, namun BSM Cabang Bekasi menurunkan jumlah pemesanan atau persediaan SAR karena memiliki sisa persediaan yang cukup besar dari tahun sebelumnya, yaitu 9.250 SAR dan pada tahun 2010, jumlah persediaan SAR tidak terlalu berbeda jauh dengan tahun sebelumnya karena jumlah kuota haji tidak mengalami perubahan selama dua tahun. Pada tahun 2011, kuota haji kota Bekasi mengalami penurunan, namun BSM Cabang Bekasi melakukan pemesanan SAR lebih banyak dari tahun sebelumnya, sehingga mengakibatkan sisa persediaan yang sangat besar. Sisa persediaan tersebut memiliki nilai total yang paling besar diantara sisa persediaan di tahun-tahun sebelumnya. Permintaan SAR yang tinggi selama lima tahun terjadi pada bulan ke-8 yaitu Ramadhan hingga bulan ke-10 yaitu Dzulqaddah dengan tingkat kenaikan permintaan yang berbeda. Pada tahun 2007 sampai 2011, terlihat sama-sama adanya kenaikan permintaan pada bulan Ramadhan dan diikuti kenaikan kembali pada bulan Dzulqaddah. Pada tahun 2007, 2008, dan 2010 tingkat kenaikan permintaan pada bulan Ramadhan lebih tinggi dibandingkan bulan Dzulqaddah. Hal ini disebabkan karena banyaknya nasabah yang menukarkan SAR untuk ibadah umrah di bulan Ramadhan. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kondisi pada tahun 2007, 2008, dan 2010 yaitu sebagian besar jamaah yang telah melunasi biaya haji setelah periode pelunasan pertama, membeli SAR lebih awal untuk persiapan pemberangkatan haji dalam memenuhi kebutuhannya dengan kurs yang belum terlalu tinggi. Pada tahun 2009 dan 2011, tingkat permintaan SAR berbanding terbalik dengan tahun 2007, 2008 dan 2010, dimana tingkat permintaan SAR pada bulan ke-10 lebih tinggi dibandingkan bulan ke-8. Hal ini disebabkan karena para jamaah mulai menyadari bahwa nilai kurs pada akhir pemberangkatan haji menurun, sehingga sebagian besar jamaah haji cenderung menukar SAR pada bulan ke-10. Data nilai kurs berdasarkan periode waktu dapat dilihat dalam Tabel 6. sebagai berikut: Tabel 6. Data nilai kurs berdasarkan periode waktu Tahun Nilai Kurs Pengumuman BPIH Awal Keberangkatan Haji Akhir Keberangkatan Haji 2007 2.345,33 2.485,33 2.482,41 2008 2.445,72 2.930,13 2.946,67 2009 2.480,49 2.516,00 2.493,57 2010 2.303,79 2.383,71 2.371,08 2011 2.283,10 2.420,00 2.361,23 Sumber : Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi Kondisi diatas menyimpulkan bahwa permintaan SAR mengalami peningkatan yang besar sebanyak dua kali dalam setahun, hal ini mengartikan bahwa periode musim ibadah haji, yaitu periode pada bulan Ramadhan hingga bulan Dzulqaddah. Adanya tingkat permintaan SAR yang bervariasi setiap tahun selama musim ibadah haji dipengaruhi oleh banyaknya jumlah nasabah yang menukarkan mata uang SAR di BSM Cabang Bekasi yang berbeda-beda setiap tahunnya karena memiliki tingkat kebutuhan yang tidak selalu sama. Pada tahun 2007, pembagian kuota haji Bekasi berdasarkan kuota provinsi Jawa Barat dengan prinsip first come first served mengartikan bahwa pendaftar haji yang tiba lebih awal, berhak berangkat terlebih dahulu. Sistem ini dapat memberikan kepastian keberangkatan jamaah haji dengan mengembangkan Sistem Komputerisasi Haji SISKOHAT yang dilaksanakan sejak tahun 2004. Prinsip sistem first come first served dirasa tidak cukup adil untuk sebagian provinsi Jawa Barat, dimana penduduk di kota Bekasi dengan taraf kehidupan yang lebih maju, melakukan pendaftaran dan pelunasan biaya haji lebih cepat, namun disisi lain yaitu penduduk bukan asal kota Bekasi seperti Tasikmalaya kemungkinan memerlukan waktu satu tahun atau lebih untuk dapat melunasi biaya haji dan berangkat ke tanah suci. Kondisi ini menghasilkan suatu peraturan baru yaitu pembatasan kuota haji yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 451.14Kep.283.Yansos2008 tanggal 30 mei 2008 menegaskan bahwa pembagian kuota setiap kabupatenkota disesuaikan dengan jumlah penduduk muslim daerah setempat dengan skala perbandingan 1:1000. Peraturan baru ini bertujuan untuk memberikan keadilan kepada seluruh penduduk muslim di Jawa Barat. Pembatasan kuota mengakibatkan kuota jamaah haji kota Bekasi pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 76,5, sehingga banyak jamaah haji yang tidak bisa diberangkatkan ke Arab Saudi. Jamaah haji yang dibatalkan keberangkatannya mempengaruhi permintaan mata uang SAR di beberapa money changer atau bank, khususnya BPS BPIH. Kondisi kuota haji yang menurun ini terkadang mengakibatkan tingkat permintaan SAR di BSM Cabang Bekasi mengalami penurunan, tetapi hal ini belum tentu sama dengan kondisi pada tahun berikutnya karena BPS BPIH di kota Bekasi tidak hanya BSM Cabang Bekasi saja. Adanya penurunan kuota haji yang mengakibatkan penurunan permintaan di BSM Cabang Bekasi, belum tentu dialami BPS BPIH lain ataupun sebaliknya. Data perkembangan kuota haji kota Bekasi untuk musim ibadah haji selama lima tahun dapat dilihat dalam Lampiran 8.

4.4. Pola Permintaan SAR BSM Cabang Bekasi

Adanya plot data permintaan SAR per bulan Hijriyah menghasilkan pola permintaan SAR pada musim ibadah haji selama lima tahun terakhir. Pola data permintaan dapat terlihat dalam Gambar 9. Gambar 9. Pola data permintaan SAR diolah Terlihat dalam Gambar 9, adanya penurunan dan peningkatan permintaan SAR selama lima tahun, akan tetapi tingkat kenaikan maupun penurunan ini masih berfluktuasi disekitar nilai rata-rata. Pola data permintaan SAR menggambarkan pola horizontal yang bersifat data stasioner, terbentuknya pola horizontal karena variasi tingkat permintaan SAR masih stabil disekitar nilai rata- rata selama beberapa tahun pada musim ibadah haji. Dikatakan stasioner karena bar batang berwarna biru dalam grafik uji korelasi tidak melewati garis upper 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 8 9 10 8 9 10 8 9 10 8 9 10 8 9 10 2007 2008 2009 2010 2011 SAR Ket : 8 = Ramadhan 9 = Syawal 10 = Dzulqaddah dan garis lower, kondisi ini mengartikan bahwa tidak adanya autokorelasi pada data, sehingga data terbukti stasioner dan bersifat random. Grafik uji korelasi data permintaan dapat dilihat dalam Lampiran 9.

4.4.1. Peramalan Permintaan SAR

Peramalan permintaan SAR untuk BSM Cabang Bekasi dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu menentukan pola data permintaan SAR selama lima tahun terakhir dengan tujuan untuk mengetahui pola data stasioner atau tidak stasioner. Pola data permintaan yang telah diketahui, dapat menentukan metode peramalan yang digunakan. Metode peramalan tersebut digunakan dalam meramal permintaan SAR untuk setiap bulan haji pada periode mendatang. Munculnya pola horizontal yang bersifat stasioner dari data permintaan SAR, maka metode peramalan yang sesuai dengan pola tersebut ialah metode Moving Average dan Single Exponential Smoothing. Metode peramalan lain seperti double exponential smoothing dan triple exponential smoothing tidak digunakan dalam penelitian ini karena penggunaan kedua metode peramalan tersebut untuk data yang bersifat tidak stasioner. Berikut perbandingan skala pengukuran kesalahan dari dua metode yang paling sesuai dapat dilihat dalam Tabel 7. Tabel 7. Skala pengukuran dan metode peramalan Metode MAPE MAD MSD Moving Average 1 22 36.186 3.755.642.394 Moving Average 2 18 28.912 1.703.945.722 Moving Average 3 18 27.240 1.306.077.774 Single Exponential Smoothing 0,2 24 48.136 3.123.705.111 Single Exponential Smoothing 1,508 25 46.290 2.843.995.220 Sumber: Hasil pengolahan data dengan Minitab 16, 2012 Terlihat dalam Tabel 7, metode peramalan yang dipilih ialah metode peramalan yang memiliki nilai terkecil dari MAPE Mean Absolute Percentage Error, MAD Mean Absolute Deviation, dan MSD Mean Squared Deviation, sehingga metode peramalan permintaan SAR per bulan ibadah haji yang paling tepat digunakan ialah metode moving average dengan length sebesar tiga. Hasil perhitungan MAPE, MAD, dan MSD dilakukan dengan menggunakan software minitab, hal ini dapat dilihat pada perbandingan hasil uji metode peramalan dalam Lampiran 10.