3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jewawut
Jewawut merupakan tanaman pangan pokok non beras yang memiliki peran penting dalam ketahanan pangan negara berkembang di masa mendatang Smith, 1996. Menurut Nurmala
2003, jewawut diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae
Kelas : Monocotyledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum sp.
Data produksi global jewawut, penggunaannya, dan tiga produser jewawut terbesar pada
tahun 1996 dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 . produksi global jewawut, penggunaannya, dan tiga produser jewawut terbesar
Morris dan Bryce, 2000 Berdasarkan kuantitas produksinya, ada 4 jenis jewawut yang terpenting yaitu pearl millet
Pennisetum glaucum, foxtail millet Setaria italica, proso millet Panicum miliaceum, dan finger millet Eleusine coracana. Jewawut yang dipakai dalam penelitian ini berjenis pearl
millet. Pearl millet memiliki potensi tertinggi dibandingkan jenis millet lainnya, berdasarkan karakteristik atau sifatnya untuk dieksploitasi secara komersil Stoskopf, 1985. Pearl millet telah
dijadikan sebagai pangan pokok jutaan manusia Taylor et al., 2006. Di India, pearl millet merupakan sereal keempat terpenting setelah beras, terigu, dan sorgum. Pearl millet juga
menduduki ranking keenam sereal terpenting di dunia setelah terigu, beras, jagung, barley, dan sorgum.
Pearl millet merupakan tanaman dengan rata-rata tinggi 2 m dan panjang tangkai biji 15 – 140 cm National Research Council, 1996. Biji pearl millet berbentuk bulat, berwarna putih
kekuningan, dan kulit biji berwarna cokelat kemerahan. Tanaman dan biji pearl millet ini dapat
dilihat pada Gambar 2.
4
Gambar 2.
a Tanaman jewawut b Biji jewawut
Pearl millet berasal dari daerah Sahel, Afrika Barat. Dari wilayah Sahel menyebar ke Sudan lalu ke Senegal Taylor dan Emmambux, 2004. Pearl millet beradaptasi sangat baik pada
wilayah tropis, dan tetap dapat beradaptasi dengan baik pada wilayah bertemperatur panas. Tanaman ini dapat ditemukan di setiap benua dan dapat menghasilkan biji-bijian pada tanah
berpasir, berbatuan, pada lingkungan tanah yang sangat asam, sangat kering, sangat gersangtidak subur bagi beras dan jagung Stoskopf, 1985.
Pearl millet Pennicetum glaucum L. R. Br. mampu tumbuh pada tanah yang kurang subur dengan water holding capacity yang rendah dimana tanaman serealia lain pada umumnya
gagal produksi McIntyre et al., 1995. Pearl millet dapat tumbuh pada suhu 25 C - 45
C Stoskopf, 1985. Pada suhu 25
C - 30 C pearl millet tumbuh secara optimum Pelembe et al.,
2002. Kondisi pertumbuhan pearl millet membutuhkan waktu penanaman antara 60 - 70 hari. Di
Amerika, produksi pearl millet mencapai 2000 kgha, di iklim tropis kurang dari 1000 kgha, potensi ini dapat ditingkatkan hingga 2500 - 4000 kgha bila curah hujannya rendah ± 500 mm
per musim dan pada tanah berpasir Nurmala, 2003. Jumlah pearl millet dilaporkan mencapai setengah jumlah total produksi jewawut dunia
ICRISATFAO, 1996. Produksi jewawut dunia berkisar 1.5 dari total panen serealia dunia Morris dan Bryce, 2000. Menurut FAO 2007, produksi pearl millet berkisar 33.6 – 37.3 juta
ton pada tahun 2001 hingga tahun 2005. Area yang dapat ditanami pearl millet sangat luas yaitu daerah tropis di Amerika, Afrika,
dan Asia Selatan. Diperkirakan 20 lahan kering belum dieksploitasi di Afrika dan Amerika Selatan Rachie, 1975. Di Indonesia, penanaman pearl millet masih bersifat tumpang sari di
daerah Jawa, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat sehingga produksinya masih rendah Suherman et al., 2003. Namun di Indonesia, penanaman pearl millet Pennicetum
glaucum dapat menggunakan lahan kering seluas 7.7 juta hektar yang belum dimanfaatkan, yang tersebar hampir di semua kepulauan di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, dan Sulawesi lihat Tabel 1. Sampai tahun 2006, Balai Penelitian Tanaman Serealia
Indonesia telah
memiliki koleksi
plasma nutfah
jewawut 57
aksesi http:balitsereal.litbang.deptan.go.id
, 13 September 2010.