memberikan nilai tambah dengan pembentukan klaster industri kelapa sawit yang berkelanjutan dan berkeadilan. Kebijakan pemberian subsidi suku bunga
kredit investasi sesuai dengan Peraturan Kementerian Keuangan Nomor 117PMK.062006
dan Peraturan
Kementerian Pertanian
Nomor 33PermentanOT.14072006 serta Perjanjian Kerjasama Pendanaan antara
Menteri KeuanganDirjen Perbendaharaan dengan 16 Bank Pelaksana PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Mandiri, PT BUKOPIN, PT BNI, PT BPD
Sumatera Utara, BPD Sumatera Selatan, BPD Sumatera BaratBank Nagari, BPD Riau, BPD NAD, BPD Papua, PT Bank Niaga, PT Bank Agro, Bank
Mega, Bank Artha Graha, PT BII, dan BPD Kalimantan Timur. Pemberian subsidi suku bunga kredit investasi bertujuan agar investor menerima bunga
kredit sebesar 10 persen. Simulasi ini digunakan untuk melihat respon investor terhadap peningkatan investasi yang dilihat melalui peningkatan
produksi PKO dan turunannya, yaitu CBS. 2.
Peningkatan penawaran PKO di Indonesia sebesar 10 persen. Simulasi ini dilakukan berdasarkan wacana alternatif kebijakan pemerintah yaitu Domestic
Market Obligation DMO terhadap kelapa sawit dan turunannya yaitu salah
satunya PKO dan CBS. Simulasi ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan penawaran PKO sebagai bahan baku industri CBS untuk meningkatkan
produksi industri hilirnya yaitu CBS.
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN PKO DI INDONESIA
5.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model
Kriteria ekonomi, statistik, dan ekonometrika adalah kriteria yang harus dapat dipenuhi untuk menghasilkan model yang baik Koutsoyannis,1997. Model
ekonometrika dalam penelitian ini merupakan model simultan dinamis yang dibangun dari 10 model, terdiri dari 6 persamaan struktural dan 4 persamaan
identitas. Model tersebut sudah melalui beberapa tahapan respesifikasi model. Data yang digunakan adalah data deret waktu time series dengan periode
pengamatan tahun 1989 sampai dengan 2011. Hasil estimasi yang ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4.
Berdasarkan kriteria ekonomi, semua variabel penjelas telah menunjukkan tanda parameter estimasi yang sesuai dengan harapan hipotesis yang disesuaikan
dengan teori ekonomi. Berdasarkan kriteria-kriteria statistika yang umum digunakan untuk mengevaluasi hasil estimasi model cukup meyakinkan. Sebagian
persamaan 50 persen perilaku memiliki koefisien deteminasi R
2
di atas 0.95 dan 50 persen lagi persamaan yang memiliki nilai R
2
dengan kisaran 0.62-0.66. Kemudian dilihat dari nilai F, semua persamaan 100 persen yang memiliki nilai
peluang uji satatisik-F lebih tinggi dari taraf α = 0.20.
Berdasarkan kriteria ekonometrika, hasil uji statistik durbin-w dw didapatkan nilai dengan kisaran 1.21 sd 1.62 dan hasil uji statistik durbin-h dh
didapatkan kisaran nilai -0.149 sd 1.61. Dari hasil tersebut tidak ada persamaan yang mengalami masalah serial korelasi. Terlepas dari ada tidaknya masalah serial
korelasi yang serius, Pindyck dan Rubinfeld 1998 membuktikan bahwa masalah serial korelasi hanya mengurangi efisiensi estimasi parameter dan serial korelasi
tidak menimbulkan bias parameter regresi. Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, dengan mempertimbangkan model
yang cukup besar dengan periode pengamatan yang cukup panjang, maka hasil estimasi model cukup representatif menangkap fenomena ekonomi dari industri
PKO di Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Pindyck dan Rubinfield 1998, bahwa evaluasi model lebih tergantung kepada tujuan dari perumusan